Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Tata Kelola Pangan I Presiden Meminta Mentan Tingkatkan Produksi Jagung

Pemerintah Harus Tegas Melarang Impor Jagung

Foto : Sumber: Kementan– Litbang KJ/and - KJ/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

» Petani enggan menanam jagung karena harga produksi mereka kalah dengan impor.

» Kepala Negara juga meminta jajarannya memastikan terpenuhinya kebutuhan jagung di dalam negeri.

JAKARTA - Permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri, dinilai tidak akan menyelesaikan masalah kenaikan harga pakan ternak. Sebab, inti dari masalah kelangkaan bahan baku pakan ternak yaitu jagung, terutama karena petani sudah kecewa dengan industri pakan yang lebih mengutamakan jagung impor.

Pakar Pertanian dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jawa Timur, Surabaya, Ramdan Hidayat, yang diminta pendapatnya, Rabu (6/10), mengatakan produksi jagung turun karena beberapa faktor seperti lahan berkurang, cuaca yang sulit diprediksi karena perubahan iklim, hama, dan permainan mafia pangan yang mengutamakan jagung impor untuk industri pakan ternak.

"Selain hama tikus yang jumlahnya bisa ribuan dalam semalam, produksi turun karena penurunan lahan tanam akibat tingkat kejenuhan petani yang enggan menanam karena harga jagung anjlok kalah dengan impor, sehingga mereka tidak bisa memenuhi kebutuhannya," kata Ramdan.

Petani pun terpaksa beralih menanam komoditas lain yang lebih menarik. Padahal, jagung untuk pakan ternak sangat dibutuhkan. Namun demikian, produsen-produsen besar yang mayoritas Penanaman Modal Asing (PMA) lebih senang jagung impor.

Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh para mafia pangan di pemerintahan yang menyebabkan subsidi benih justru tidak ada pada saat dibutuhkan petani. "Seharusnya pemerintah tegas, melarang impor jagung untuk memutus mata rantai ini karena akan selalu dipermainkan oleh pihak-pihak yang tidak tersentuh," pungkas Ramdan.

Dalam rapat terbatas di Istana, Presiden Jokowi seperti disampaikan Mentan dalam kanal Youtube Sekretaris Kabinet meminta para menteri, khususnya Mentan, meningkatkan produksi jagung dan memitigasi dampak perubahan iklim terhadap sektor tanaman pangan.

Kepala Negara juga meminta jajarannya mendorong produktivitas jagung melampaui target yang telah ditetapkan, serta mengembangkan industri-industri lainnya di sektor pertanian, seperti industri pengolahan telur.

"Bapak Presiden meminta agar main di budi daya agar bisa meningkatkan produktivitas jagung khususnya menghadapi climate change, anomali cuaca, baik secara nasional maupun global," kata Mentan.

Kepala Negara, tambahnya, juga meminta jajarannya memastikan terpenuhinya kebutuhan jagung di dalam negeri. Jika terdapat stok jagung yang melebihi kebutuhan maka industri dapat melakukan ekspor.

Selain produksi jagung, rapat terbatas (ratas) juga membahas turunnya harga telur karena stok yang melimpah. Pemerintah pun menyiapkan beberapa kebijakan untuk memulihkan harga telur, salah satunya dengan menyerap, lalu dibagikan ke masyarakat melalui program bantuan sosial penanganan dampak Covid-19.

Penurunan harga telur itu disebabkan melambatnya aktivitas di sektor hotel, restoran, cake (horeca) karena dampak pembatasan kegiatan masyarakat.

Data Tidak Sinkron

Secara terpisah, Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, mengatakan dari informasi yang diperoleh ada ketidaksinkronan data produksi jagung.

Laporan Kementan sebagai penanggung jawab produksi menyebutkan produksi cukup bahkan diperkirakan surplus hingga akhir tahun, namun di sisi lain Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengeluhkan kurangnya pasokan dari dalam negeri.

"Kementan klaim data produksi jagung surplus, tapi barangnya tidak ada di pasar sampai peternak teriak karena bahan pakan ternak harganya tinggi akibat supply di pasar tidak ada," kata Esther.

Dia berharap Kementan, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan MeteorologiKlimatologi dan Geofisika (BMKG), dan Badan Ketahanan Pangan (BKP) duduk bareng melakukan sinkronisasi data.

"Realitas di pasar juga harus di-check secara berkala dari semua aktor yang ada di supply chain jagung, misalnya dari petani, pedagang, dan peternak. Selain itu, monitoring distribusi jagung juga harus dilakukan, apa ada problem, bagaimana solusinya," kata Esther.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top