Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Proyeksi Ekonomi I Bank Dunia Perkirakan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,2%

Pemerintah Diminta Dukung Sektor Penyanggah Perekonomian

Foto : Sumber: BPS, Bank Dunia– Litbang KJ/and - KORAN JA
A   A   A   Pengaturan Font

» Kalau angka yang terjangkit Covid-19 terus melandai maka pemulihan bisa segera berjalan.

» Sektor pertanian menjadi salah satu penyanggah ekonomi saat krisis akibat pandemi Covid-19.

JAKARTA - Berdasarkan laporan Global Economic Prospects dari Bank Dunia yang dirilis pekan lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,2 persen pada tahun ini. Pertumbuhan tersebut didukung oleh permintaan yang kuat dari dalam negeri serta kenaikan harga komoditas.

Lembaga tersebut juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2021 mencapai 3,7 persen atau masih tetap sama dengan perkiraan sebelumnya yang dirilis Desember 2021 lalu.

Ekonomi Indonesia pun dinilai masih melanjutkan momentum pertumbuhan ekonomi pada 2022. Kemudian pada 2023 mendatang, lembaga ekonomi internasional itu memperkirakan ekonomi Indonesia melanjutkan pertumbuhan di level 5,1 persen.

Proyeksi Bank Dunia terhadap RI lebih tinggi dibandingkan Thailand yang diperkirakan tumbuh hanya 3,9 persen pada 2022 dan 4,3 persen pada 2023, namun lebih rendah dibandingkan Filipina yang mencapai 5,9 persen pada 2022.

Pada sisi lain, Bank Dunia menyoroti risiko penurunan terhadap prospek pertumbuhan di tengah kerentanan terhadap penyebaran Covid-19 varian Omicron meskipun banyak negara di kawasan ini diperkirakan mencapai tingkat vaksinasi 70 persen pada pertengahan 2022.

"Pembatasan mobilitas karena gelombang baru pandemi, vaksinasi yang tidak lengkap, dan pengujian yang tidak memadai terutama dalam menghadapi varian Omicron, dapat mengganggu pemulihan industri pariwisata dan perjalanan dan membebani kepercayaan konsumen," sebut laporan Bank Dunia.

Menanggapi pernyataan Bank Dunia itu, Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Imron Mawardi, mengatakan Indonesia memiliki peluang memenuhi proyeksi pertumbuhan Bank Dunia yang akan pulih pada tahun 2022 di sekitar 5 persen.

"Tren kasus Covid-19 memang semakin baik. Kalau terus melandai, tidak ada gangguan dari varian baru maka tahun ini bisa mulai menuju pemulihan meskipun untuk mencapai di atas 5 persen sedikit berat karena beberapa sektor belum pulih penuh," katanya.

Kendati demikian, dia mengakui tetap ada peluang asal dibantu dengan berbagai pelonggaran pembatasan, untuk mendorong sektor-sektor krusial seperti pariwisata dan transportasi. Selain itu juga dengan langkah-langkah dari makroekonomi menjaga iklim investasi baik.

"Investment grade yang baik membuat pasar percaya akan memberikan capital inflow besar, dan perlu juga mencari pasar ekspor alternatif," pungkas Imron.

Penanganan Cepat

Sementara itu, Pakar Ekonomi Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B Suhartoko, mengatakan untuk saat ini proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dipublikasikan oleh lembaga lembaga ekonomi nasional ataupun internasional tidak akan berbeda jauh yakni di sekitar 5 persen.

"Proyeksi Bank Dunia 5,1 persen tidak berbeda jauh dengan lembaga lain. Mengapa demikian, lembaga-lembaga tersebut beranggapan bahwa kapasitas dan aktivitas ekonomi sudah mendekati kapasitas dan aktivitas ekonomi sebelum terjadi pandemi Covid 19.

"Jika terjadi gejolak pandemi Covid-19 yang sangat sigifikan sehingga berakibat mengerem mobilitas masyarakat maka pertumbuhan ekonomi tidak akan mencapai 5 persen," ungkapnya.

Saat ini merupakan saat yang genting karena ada lonjakan kasus baru Covid-19. Harapannya, semoga dapat dilakukan penanganan yang cepat dan tepat baik dari sisi ekonomi maupun kesehatan. Dengan demikian, pemulihan ekonomi segera terealisasi.

Ekonom STIE YKP, Aditya Hera Nurmoko, mengatakan perkiraan Bank Dunia bahwa ekonomi Indonesia pada tahun ini bisa tumbuh 5,2 persen mesti membuat pemerintah makin intensif mendukung sektor tanaman pangan dan pertanian yang terbukti jadi buffer ekonomi selama pandemi. "Tapi, sektor itu punya masalah dengan tingginya risiko iklim dan cuaca dan stabilitas harga jual produk. Sektor unggulan pangan perlu ada blueprint-nya sampai hilir produk jadi dengan brand kuat," Aditya.

Selain itu, pemerintah juga perlu serius mendorong pertumbuhan ekonomi yang selama pandemi terus negatif, yakni sektor angkutan udara, angkutan air, dan bisnis wisata.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top