
Pemda Diminta Berikan Respons Cepat Akan Cuaca Ekstrem dalam Beberapa Hari ke Depan
Foto: IstimewaBMKG meminta Pemda merespons secara cepat terkait peringatan dini cuaca ekstrem yang akan terjadi dalam beberapa hari ke depan.
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta respons cepat dari pemerintah daerah (pemda) dalam menindaklanjuti peringatan dini cuaca ekstrem. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan, dalam beberapa hari terakhir, hujan dengan intensitas sangat lebat hingga ekstrem telah terjadi di sejumlah wilayah.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.
“BMKG telah secara aktif memberikan informasi cuaca terkini, namun kesiapan daerah dalam merespons peringatan dini masih perlu ditingkatkan guna mengurangi dampak bencana yang dapat mengancam keselamatan masyarakat,” ujar Dwikorita, dalam keterangan resminya, Selasa (4/3).
Dia menjelaskan, peran serta pemerintah daerah dalam mitigasi bencana sangat krusial, terutama dalam memastikan langkah antisipatif di lapangan. Menurutnya, kecepatan dan kesiapan dalam merespons peringatan dini cuaca ekstrem sangat menentukan upaya mitigasi risiko, baik dari segi korban jiwa maupun kerugian materiil.
“Efektivitas peringatan dini ini sangat bergantung pada kesiapan daerah dalam meresponsnya dengan langkah konkret,” jelasnya.
Dwikorita memahami, bahwa banyak daerah saat ini dipimpin oleh kepala daerah baru yang mungkin masih dalam proses adaptasi dengan perangkat di bawahnya. Pihaknya siap memberikan pendampingan lebih lanjut, agar pemahaman terhadap sistem peringatan dini semakin optimal dan dapat diterjemahkan ke dalam tindakan mitigasi yang efektif.
“Dengan kolaborasi yang erat antara pemerintah daerah, BMKG, dan masyarakat, diharapkan dampak dari bencana akibat cuaca ekstrem dapat diminimalkan,” katanya.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menyampaikan bahwa BMKG memprediksi dalam periode 4 - 11 Maret 2025, hujan dengan intensitas tinggi masih berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, khususnya di bagian barat dan Kepulauan Papua. Gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuatorial, Low Frequency, dan Kelvin diprediksi tetap aktif di sebagian besar Sumatra, Jawa bagian Barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, serta Kepulauan Papua yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan awan hujan dengan intensitas bervariasi di wilayah-wilayah tersebut.
Dia menjelaskan, saat ini terjadi labilitas atmosfer yang berperan dalam mendukung proses pembentukan awan hujan, terutama pada siang hingga sore atau malam hari. Pihaknya mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat, angin kencang, hingga kemungkinan banjir di daerah rawan.
Dampak Banjir
Pemerintah akan mengoperasikan modifikasi cuaca di daerah Jabodetabek. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno mengatakan, langkah tersebut sebagai bagian dari mempercepat penanganan dampak banjir yang melanda kawasan Jabodetabek di awal Maret 2025.
“Kami tadi sudah putuskan untuk melanjutkan operasi modifikasi cuaca dalam beberapa hari ke depan untuk mengurangi curah hujan di wilayah terdampak. Jadi kita turunkan mendung di daerah laut, di pantai, supaya tidak turun di daerah kawasan terdampak,” ujar Pratikno, usai Rapat Koordinasi Penanganan Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi secara daring, Selasa.
Pratikno mengatakan, sejumlah langkah strategis telah disusun untuk memastikan keselamatan warga serta percepatan pemulihan pascabencana. Menurutnya, pemerintah telah mengidentifikasi kebutuhan utama masing-masing daerah terdampak. ruf/S-2
Berita Trending
- 1 Polresta Cirebon gencarkan patroli skala besar selama Ramadhan
- 2 Kota Nusantara Mendorong Investasi Daerah Sekitarnya
- 3 Ini Klasemen Liga 1 Setelah PSM Makassar Tundukkan Madura United
- 4 Soal Penutupan TPA Open Dumping, Menteri LH: Ada Tahapan Sebelum Ditutup Total
- 5 Rekrutmen Taruna TNI 2025 Sudah Dibuka, Ini Link Pendaftaran dan Syaratnya