Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Nilai Tukar

Pelemahan Rupiah Tidak Serta-merta Naikkan Ekspor

Foto : istimewa

Fokus Group - Anggota Komisi VI DPR RI, Melani Lemena Suharli (tengah) bersama sejumlah narasumber usai fokus grup diskusi dengan tema “Potensi Ekspor di Tengah Pelemahan Rupiah: Mengidentifikasi Komoditas Pendongkrak Ekspor” di Jakarta, Rabu (7/11).

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI, Melani Leimena Suharli mengatakan, pelemahan nilai tukar akan menjadikan bertambah tingginya biaya impor, karena semakin mahalnya harga barang yang diimpor bila dikonversikan ke mata uang lokal.


Namun, tidak demikian dengan ekspor, seharusnya merosotnya nilai tukar mata uang membuat komoditas ekspor terlihat lebih seksi karena menjadi lebih murah menurut negara pengimpor. Selain itu, eksportir akan menikmati profit yang lebih tinggi karena transaksi dilakukan dalam valuta asing.


"Sehingga, apabila dilihat fakta kinerja ekspor tersebut, jelas terlihat bahwa faktor pelemahan rupiah tidak serta merta mendorong performa ekspor Indonesia," ujar Melani dalam fokus grup diskusi bertema " Potensi Ekspor di Tengah Pelemahan Rupiah: Mengidentifikasi Komoditas Pendongkrak Ekspor," yang diselenggarakan Forum Satu Pena di Jakarta, Rabu (7/11).


Terkait dengan fenomena itu, lanjut Melani, pemerintah dituntut harus bekerja lebih keras untuk mengatasi permasalahan ekspor ini.

Hilirisasi industri bisa menjadi jalan keluar untuk menguatkan fundamental ekspor, meskipun tidak bisa dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Fasilitas fiskal maupun.


Fasilitas fiskal maupun prosedural bagi industri dalam negeri menjadi salah satu pilihan mempercepat proses itu.


Menurutnya, bila saat ini fasilitas tersebut hanya diberikan kepada industri yang berorientasi ekspor, maka perlu dipikirkan kembali fasilitas apa yang dapat diberikan bagi industri yang memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama industri yang menyediakan kebutuhan bahan baku penolong maupun barang modal.


Melani mengusulkan, diversifikasi penggunaan mata uang dalam perdagangan internasional juga tak kalah penting, bahkan sepertinya dapat menjadi opsi jangka pendek mengatasi permasalahan ekspor.

Melalui perjanjian currency swap dengan mitra dagang seperti Jepang atau Tiongkok seharusnya dapat mengurangi ketergantungan mata uang dolar Amerika sehingga tekanan pada rupiah dapat berkurang.


Intinya, kata Melani, Indonesia harus lebih terbuka dalam masuknya arus investasi asing khususnya berorientasi ekspor. Hal itu juga bisa menyembuhkan neraca dagang Indonesia yang defisit. sur/E-9


Redaktur : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top