Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Nilai Tukar

Pelambatan Ekonomi Global Berpotensi Menekan Rupiah

Foto : Sumber: BI - KORAN JAKARTA/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi global yang melambat berpotensi berimbas negatif ke perekonomian nasional dan pada akhirnya akan menekan kurs rupiah. Hal itu karena ekonomi Indonesia sangat berkorelasi dengan ekonomi global.

"Rupiah sangat rentan dengan faktor eksternal," kata pengamat pasar uang, Ariston Tjendra kepada Antara di Jakarta, Kamis (9/11).

Faktor eksternal yang mempengaruhi perekonomian nasional adalah masalah geopolitik yang masih berlangsung dan mungkin saja ada konflik baru ke depannya yang mendorong pelaku pasar menempatkan portofolionya di safe heaven atau aset aman yaitu dollar Amerika Serikat (AS).

Dari Yogyakarta, pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Achmad Maruf, mengatakan faktor ketidakpastian masih akan membayangi ekonomi semua negara pada 2024 nanti. Perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh tingginya inflasi di AS usai pandemi ditambah oleh dampak El Nino pada 2022, perang Eropa, dan kini perang di Timur Tengah, semuanya belum ada yang tahu sampai kapan eskalasinya berakhir.

"Di dalam negeri ada faktor transisi kekuasaan yang dibarengi dengan ramainya masalah di Mahkamah Konsitusi. Tak hanya membuat serangkaian demonstrasi di dalam negeri, tapi juga mendapat perhatian dunia internasional. Banyak media internasional memberi spotlight lebih pada masalah MK," papar Achmad.

El Nino, menurut Maruf, telah mengubah wajah bisnis dunia dalam banyak hal. Negara-negara pengekspor pangan menghentikan ekspornya yang membuat perdagangan pangan dunia terganggu. Hari-hari ini semua negara mementingkan negaranya masing-masing dan faktor ketidakmenentuan akibat iklim benar-benar memberi tekanan pada ekonomi dunia.

Di tengah situasi transisi politik dalam negeri, secara global akan ada perebutan pengaruh Tiongkok dan AS di Indonesia dan di kawasan sehingga juga akan makin menambah situasi ketidakmenentuan.

"Kita tidak bisa begitu saja percaya bahwa fundamental kita baik, pertumbuhan terjaga, inflasi terkendali, defisit perdagangan terjaga, tidak bisa lagi. Benar cadangan devisa kita relatif bagus untuk menjaga rupiah, tapi faktor uncertainly terlalu besar sehingga benar-benar semua otoritas dituntut untuk stay awake 24 jam memantau situasi," papar Maruf.

Makin Lebar

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, potensi perlambatan ekonomi global seiring dengan divergensi sumber pertumbuhan ekonomi antarnegara yang makin lebar.

"Jadi tahun 2024 diliputi ketidakpastian, ekonomi global cenderung melambat. Memang mulai mengerucut di 2025, tetapi baru stabilisasi di 2026," terang Perry dalam konferensi pers, Kamis (19/10).

Sebenarnya kondisi ini juga sudah tercermin dari tahun berjalan 2023.

Dengan melihat kondisi terkini, Perry mengambil contoh negara Amerika Serikat (AS) yang mulai menunjukkan denyut perekonomian. Walaupun pada tahun 2024 berpotensi kembali melambat.

Sebaliknya negara China, menunjukkan perlambatan ekonomi pada tahun 2023 dan bahkan menunjukkan potensi perlambatan lebih lanjut pada tahun depan.

Untuk menangulangi potensi perlambatan perekonomian lebih lanjut, Perry berpesan seluruh dunia harus berupaya mendorong permintaan domestik agar pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top