Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pegula Lolos ke Partai Puncak

Foto : istimewa

pegula

A   A   A   Pengaturan Font

CANCUN - Jessica Pegula mengalahkan Coco Gauff untuk melaju ke Final WTA, Minggu (5/11). Cuaca buruk kembali mempengaruhi pertandingan yang membuat laga Aryna Sabalenka kontra Iga Swiatek di semifinal lain, terhenti karena hujan.

Petenis nomor satu dunia Sabalenka dan petenis nomor dua dunia Swiatek baru memainkan tiga game dan harus berhenti ketika hujan turun. Laga itu juga mempertemukan dua pemain yang memperebutkan peringkat nomor satu pada akhir tahun.

Jika juara Australia Open, Sabalenka, menang akan mengakhiri tahun ini dengan peringkat teratas. Namun jika juara Prancis Open, Swiatek, melaju dan merebut gelar, akan kembali menempati posisi nomor satu.

Siapa pun yang menang harus selanjutnya akan menghadapi Pegula yang sedang dalam performa terbaik dan belum pernah kehilangan satu set pun di lapangan keras luar ruangan di Cancun. Pegula mengatasi situasi penundaan akibat hujan dan kondisi berangin untuk mengalahkan juara US Open Gauff, rekannya di nomor ganda, dalam waktu satu jam.

"Saya melaksanakan dengan sangat baik. Dalam kondisi berangin, saya pikir ini bekerja lebih baik," ujar Pegula. Lebih jauh Pegula hanya berusaha untuk tidak merasa frustrasi dengan servis atau pengembalian. Poin-poin aneh apa pun yang ada, tetap menjaga kaki tetap bergerak.

Tidak ada jeda bagi Sabalenka dan Swiatek dari cuaca yang mendatangkan malapetaka sepanjang pekan di turnamen tersebut. Swiatek unggul 2-1 di set pembuka ketika hujan mulai turun. Para pemain tetap berada di lapangan, dibungkus handuk di tengah harapan, pertandingan akan segera dimulai kembali.

Namun, hujan yang lebih deras membuat mereka dikirim ke ruang ganti. Para ofisial minta penghentian pertandingan segera. Sabalenka mengalahkan Swiatek di semifinal tahun lalu dan telah dua kali bertemu di lapangan tanah liat dengan petenis Polandia tahun ini, menang di Madrid dan kalah dari Swiatek dalam final di Stuttgart.

Pegula memiliki catatan menang-kalah 2-4 dalam karirnya melawan Sabalenka. Namun, dia mengalahkan Swiatek awal pekan ini dalam pertandingan round-robin. Gauff, pemain berusia 19 tahun yang meraih gelar Grand Slam pertamanya bulan September lalu di lapangan keras New York.

Pegula bertemu di semifinal sesama petenis AS pertama kali di Final WTA sejak format round-robin untuk ajang tersebut diberlakukan kembali. Pegula, yang meraih kemenangan ketujuh berturut-turut atas rivalnya yang berada di peringkat 10 besar, memenangkan 10 dari 11 game terakhirnya.

Dia juga mematahkan servis Gauff enam kali dalam performanya yang mendominasi. Hasil itu memperpanjang catatan kemenangan beruntunnya menjadi sembilan pertandingan.

"Anginnya kencang sekali. Saya merasa pukulannya keras dan rata," ujar Pegula. Jika dia ingin keluar dan meraih kemenangan, rasanya terlalu bagus. Tapi menurutnya tidak ada orang yang bisa melakukan seefisien itu.

Tanggung Jawab

Kondisi berangin dan hujan di banyak pertandingan serta masalah permukaan lapangan menimbulkan keluhan para pemain sepanjang pekan. Kondisi ini mendorong CEO WTA Tour, Steve Simon, menanggapi kritik para pemain.

"Jelas Anda tidak senang dengan keputusan berada di Cancun. Saya memahaminya dan Anda telah didengarkan," ujar Simon. Menurutnya, ini bukanlah ajang yang sempurna. Dia memahami kondisi dan menjadi tantangan. "WTA menerima tanggung jawab," ujar Simon.

Legenda tenis dunia, Martina Navratilova, menyerukan perubahan kepemimpinan WTA. "Seharusnya pengambilan keputusan tidak dilakukan di akhir tahun. Itu serangkaian keputusan buruk," ujarnya tentang pilihan Cancun untuk Final WTA di luar ruangan.

Para pemain menyesuaikan diri. Datang ke Cancun di musim hujan. Mereka tidak bisa berharap tidak akan turun hujan di ajang utama WTA Tour. Navratilova menyentil, Simon harus mengakui keputusan buruknya. Dia menegaskan, sekarang saatnya muncul kepemimpinan baru. ben/AFP/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Benny Mudesta Putra

Komentar

Komentar
()

Top