PBB: Target Iklim Perjanjian Paris Terancam Gagal
Sekjen PBB, Antonio Guterres saat KTT COP16 di Kolombia, beberapa waktu lalu. PBB memperingatkan target atau tujuantujuan Perjanjian Iklim Paris “berada dalam bahaya besar”.
Foto: AFP/Luis ACOSTABAKU – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada hari Senin (11/11), memperingatkan target atau tujuantujuan Perjanjian Iklim Paris “berada dalam bahaya besar” dan tahun 2024 berada di jalur yang tepat untuk memecahkan rekor suhu baru.
“Periode 2015–2024 juga akan menjadi dekade terpanas yang pernah tercatat,” kata Organisasi Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) dalam sebuah laporan baru yang didasarkan pada enam set data internasional. Dikutip dari Agence France- Presse (AFP), hal ini mempercepat penyusutan gletser dan kenaikan permukaan air laut, serta melepaskan cuaca ekstrem yang telah membawa malapetaka bagi masyarakat dan ekonomi di seluruh dunia.
“Ambisi Perjanjian Paris berada dalam bahaya besar,” kata WMO ketika para pemimpin dunia berkumpul untuk melakukan pertemuan puncak iklim PBB, Conference of the Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change (COP29), di Baku, Azerbaijan. Di bawah Perjanjian Paris, hampir setiap negara di dunia berkomitmen untuk berupaya membatasi pemanasan hingga “jauh di bawah” dua derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, dan lebih baik lagi di bawah 1,5 Celsius.
Namun, pemantau iklim Uni Eropa, Copernicus, telah menyatakan pada tahun 2024 suhu bumi akan melebihi 1,5 Celsius. Hal ini tidak berarti pelanggaran langsung terhadap kesepakatan Paris, yang mengukur suhu selama beberapa dekade, tetapi ini menunjukkan bahwa dunia masih jauh dari sasarannya.
Memecahkan Rekor
WMO, yang mengandalkan kumpulan data yang lebih luas, juga mengatakan tahun 2024 kemungkinan besar akan melampaui batas 1,5 Celsius, dan memecahkan rekor yang baru saja dicapai tahun lalu.
“Bencana iklim telah merusak kesehatan, memperlebar kesenjangan, merugikan pembangunan berkelanjutan, dan mengguncang fondasi perdamaian. Mereka yang rentan adalah yang paling terpukul,” kata Antonio Guterres, dalam sebuah pernyataan.
Analisis oleh sebuah tim ahli internasional yang dibentuk oleh WMO menemukan bahwa pemanasan global jangka panjang saat ini kemungkinan sekitar 1,3 Celsius, dibandingkan dengan data awal tahun 1850–1900. “Setiap fraksi dari tingkat pemanasan itu penting,” tegas Kepala WMO, Celeste Saulo. Apakah itu pada tingkat di bawah atau di atas 1,5 Celsius pemanasan, setiap kenaikan tambahan pemanasan global meningkatkan ekstremitas iklim, dampak dan risiko.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Electricity Connect 2024, Momentum Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Tim Putra LavAni Kembali Tembus Grand Final Usai Bungkam Indomaret
Berita Terkini
- Lima Remaja Diamankan Polisi Saat Hendak Tawuran di Jakarta Barat
- Ini Peringkat 30 Eksportir Terbesar di Dunia, Indonesia Nomor 3 dari Belakang
- Memiliki Ide Memajukan Jakarta, Rujaks Deklarasi Dukung Ridwan Kamil – Suswono
- Terus Bertambah, Daop 7 Catat 13.489 Tiket Terpesan di Libur Natal dan Tahun Baru 2025
- Hidupkan Pasar Properti, Guangzhou di China Akan Pangkas Pajak Penjualan Rumah Berukuran Besar