Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

PBB Laporkan 2022 Sebagai Tahun Terpanas Kedelapan Sepanjang Sejarah

Foto : Climate-xchange

Ilustrasi.

A   A   A   Pengaturan Font

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengkonfirmasi bahwa delapan tahun terakhir menjadi tahun dengan suhu rata-rata terpanas sejak pencatatan dimulai.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada pekan lalu melaporkan, suhu global rata-rata pada 2022, ketika dunia menghadapi serangkaian bencana alam yang belum pernah terjadi sebelumnya, berada di angka 1,15 derajat Celcius di atas suhu rata-rata yang tercatat pada masa pra industrial.

Menjadikannya sebagai tahun kedelapan berturut-turut di mana suhu global tahunan setidaknya berada satu derajat di atas suhu semasa tingkat pra-industri antara tahun 1850 dan 1900.

WMO sendiri mencatat tahun terpanas dalam sejarah masih dipegang oleh 2016, diikuti tahun 2019 dan 2020.

Walau begitu, Kepala Administrasi NASA AS, Bill Nelson pada Kamis (12/1) menggambarkannya sebagai "mengkhawatirkan".

Perjanjian Paris atau Paris Agreement, yang disepakati oleh hampir semua negara di dunia pada tahun 2015, menyerukan pembatasan pemanasan global pada 1,5 derajat Celcius. Angka ini disepakati untuk membatasi dampak iklim ke tingkat yang dapat dikelola.

Akan tetapi, WMO pada Kamis (12/1) memperingatkan bahwa kemungkinan untuk menembus batas 1,5 derajat Celcius meningkat seiring waktu.

Sementara itu, Pemantau iklim Copernicus (C3S) Uni Eropa dalam laporan tahunannya mengatakan bahwa wilayah kutub planet ini telah mencatatkan rekor suhu pada tahun lalu, seperti halnya sebagian besar wilayah Timur Tengah, Tiongkok, Asia Tengah, dan Afrika utara.

Melansir TRT, Eropa bahkan mengalami tahun terpanas kedua sepanjang sejarah, saat Prancis, Inggris, Spanyol, dan Italia mencetak rekor suhu rata-rata baru dan gelombang panas di seluruh benua yang turut diperparah dengan kondisi kekeringan yang parah.

"Sejak 1980-an, setiap dekade lebih hangat dari dekade sebelumnya," katanya.

direktur Institut Studi Antariksa Goddard NASA, Gavin Schmidt, mengatakan tindakan kolektif diperlukan sekarang, tetapi tidak akan pernah ada kata terlambat untuk membuat keputusan yang lebih baik.

"Pemanasan di masa depan adalah fungsi dari emisi karbon dioksida di masa depan," kata Schmidt.

"Kapan pun di masa depan, kita dapat memutuskan untuk melakukan sesuatu yang akan mengurangi emisi dan mengurangi suhu di masa depan," ujarnya.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top