Paus Fransiskus Menuju Asia Tenggara, Kunjungi Empat Negara Ini
Pemimpin Gereja Katolik sedunia Paus Fransiskus, 87 tahun, akan menempuh perjalanan sejauh hampir 33.000 km untuk mengunjungi Indonesia, Papua Nugini, Timor Timur, dan Singapura.
Foto: APVATICAN CITY - Paus Fransiskus pada hari Senin (2/9) memulai perjalanan 12 hari ke Asia Tenggara, sebuah perjalanan terpanjang dan terjauh selama masa kepausannya.
Paus akan terbang semalaman dan tiba pada hari Selasa (3/9) di Jakarta, ibu kota Indonesia, sebelum menuju ke Papua Nugini, Timor Timur, dan Singapura.
Paus akan menempuh perjalanan sejauh sekitar 32.000 kilometer (hampir 20.000 mil) dengan perbedaan waktu hingga delapan jam. Perjalanan yang akan menguji kesehatan pria berusia 87 tahun yang semakin rapuh itu.
Namun, Paus Fransiskus -- yang menganggap penyebaran iman sebagai prioritas -- juga akan menyampaikan 16 pidato dan mengadakan beberapa misa akbar saat ia berupaya menggalang komunitas Katolik yang sedang berkembang di wilayah tersebut.
Perjalanan ke luar negerinya yang ke-45 itu awalnya direncanakan pada tahun 2020 tetapi ditunda karena pandemi Covid. Selama empat tahun itu, kesehatan Paus Fransiskus menurun.
Pria Argentina ini saat ini rutin menggunakan kursi roda untuk bergerak, menjalani operasi hernia tahun lalu dan terganggu oleh masalah pernapasan.
Dia belum bepergian ke luar negeri sejak mengunjungi Marseille di Prancis pada September 2023, setelah membatalkan pidato yang direncanakan pada pembicaraan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Dubai dua bulan kemudian.
Namun dalam beberapa minggu terakhir Paus tampak bersemangat, dan sebuah sumber Vatikan mengatakan selain dokter dan perawat yang selalu bepergian bersamanya, tidak ada pengaturan medis khusus yang direncanakan untuk perjalanan ini.
Ciptakan Persekutuan
Keempat negara yang dikunjungi itu sangat berbeda, tetapi Paus akan berusaha untuk meningkatkan hubungan dengan masing-masing komunitas Katolik dan pemerintah mereka, kata pengamat.
Tujuannya adalah untuk "memperkuat kedaulatan Paus dan peran Tahta Suci dengan umat Katolik setempat, untuk menciptakan persekutuan", kata Michel Chambon, seorang teolog dan antropolog di Universitas Nasional Singapura.
"Jika Takhta Suci ingin menunjukkan universalitasnya, ia harus bergaul dengan tradisi Asia yang semakin memainkan peran utama dalam tatanan internasional," katanya kepada AFP.
Paus Fransiskus juga diperkirakan akan membahas beberapa isu utama yang telah menandai 11 tahun kepemimpinannya sebagai kepala Gereja Katolik, terutama dialog antaragama, migrasi, dan lingkungan hidup.
Dialog Keagamaan
Paus Fransiskus akan menghabiskan sebagian besar hari pertamanya di Jakarta untuk memulihkan diri dari penerbangan, dan pada hari berikutnya akan mengadakan pembicaraan dengan Presiden Joko Widodo, kaum muda, diplomat, dan pendeta setempat.
Pada tanggal 5 September, ia akan bertemu dengan perwakilan semua agama besar di Indonesia di Masjid Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara, dan menandatangani deklarasi bersama dengan imam besar, Nasaruddin Umar.
Indonesia merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, tetapi negara ini juga secara resmi mengakui Protestantisme, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu.
Namun pengamat menunjukkan adanya peningkatan diskriminasi terhadap kelompok minoritas agama.
"Diskriminasi terhadap minoritas Kristen di Indonesia masih menjadi perhatian," kata Usman Hamid, direktur eksekutif Amnesty International di Indonesia, kepada AFP.
Ia mengatakan situasinya sangat bervariasi tergantung pada wilayahnya, tetapi mencatat laporan adanya serangan terhadap gereja dan pelecehan terhadap umat beriman, serta kesulitan dalam memperoleh izin untuk membangun atau merenovasi gereja.
"Beberapa jemaat telah memperjuangkan izin selama beberapa dekade," ungkap Krispurwana Cahyadi, seorang pendeta dan teolog Jesuit yang tinggal di pulau Jawa, termasuk Jakarta.
"Kita masih memiliki masalah dengan intoleransi beragama," katanya kepada AFP.
"Negara kita tidak selamanya semulus cita-cita yang tergambar dalam pidato-pidato penguasa."
Fransiskus akan menjadi Paus ketiga yang mengunjungi Indonesia, negara kepulauan dengan 17.500 pulau, setelah Paulus VI pada tahun 1970 dan Yohanes Paulus II pada tahun 1989.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: AFP
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Sah, KPU Sampaikan Paslon Herman Deru-Cik Ujang Raih Suara Terbanyak Pilgub Sumsel 2024
- 2 Warga Harus Waspada, Empat Daerah Sumsel Tetapkan Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi
- 3 Wakil Rakyat di DPR Tidak Peka soal Penolakan Kenaikan Tarif PPN 12%
- 4 4 Laundry di Kota Semarang Gunakan LPG 3 Kilogram Tak Sesuai Peruntukannya
- 5 Paripurna DPR Setujui Pimpinan dan Dewas KPK 2024-2029, Diharapkan Profesional, Independen, dan Amanah
Berita Terkini
- Banjir Rendam Sebagian Ruas Tol Pandaan-Malang
- Gawat Semoga Tidak Seganas Covid-19, WHO Kirim Tim Ahli ke Kongo Bantu Selidiki Penyakit Misterius
- Dheky Wijaya Tegaskan Pentingnya Penerapan Pancasila dalam Penyelesaian Sengketa Organisasi Advokat
- Pasca Kebakaran 2019 Katedral Notre-Dame Paris Kembali Dibuka
- Donggala Ajak Masyarakat Lestarikan Makanan Tradisional Kaledo