Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perkembangan Teknologi

Pasar Kerja Dunia Terancam Revolusi Kecerdasan Buatan

Foto : FABRICE COFFRINI/AFP

Pengunjung menyentuh tubuh android “Geminoid HI-2” di stan Hiroshi Ishiguro Laboratories di KTT Global AI untuk Kebaikan di Jenewa, beberapa waktu lalu. Revolusi kecerdasan buatan akan berganti pekerjaan, menciptakan pekerjaan baru, dan membuat yang lain menghilang.

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), pada Selasa (11/7), mengatakan negara-negara terkaya di dunia harus segera bersiap menghadapi dampak revolusi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang akan mengubah pekerjaan, menciptakan pekerjaan baru, dan membuat yang lain menghilang.

Dikutip oleh Agence France-Presse (AFP), perkembangan pesat AI dengan alat yang dapat menghasilkan esai, membuat gambar, dan bahkan lulus ujian medis, telah menimbulkan kekhawatiran bahwa otomatisasi dapat menggantikan seluruh sektor tenaga kerja.

Dalam Prospek Ketenagakerjaan 2023, OECD mengatakan sejauh ini ada sedikit bukti dampak negatif yang signifikan terhadap pekerjaan dari AI.

"Sementara adopsi AI masih relatif rendah, kemajuan pesat, penurunan biaya, dan meningkatnya ketersediaan pekerja dengan keterampilan AI menunjukkan ekonomi OECD mungkin berada di ambang revolusi AI," kata laporan itu.

"Walaupun ada banyak manfaat potensial dari AI, ada juga risiko signifikan yang perlu segera ditangani," ujar OECD.

Organisasi internasional dan berpengaruh ini memiliki 38 negara anggota mulai dari Australia hingga Inggris, Kanada, Jerman, Jepang, Meksiko, dan Amerika Serikat (AS).

Kumpulkan Data

Dikatakan "penting" untuk mengumpulkan data yang lebih baik tentang penyerapan dan penggunaan AI di tempat kerja, termasuk pekerjaan mana yang akan berubah, dibuat atau dihilangkan, dan bagaimana kebutuhan keterampilan bergeser.

Menurut Direktur OECD untuk urusan ketenagakerjaan, tenaga kerja dan sosial, Stefano Scarpetta, penggunaan AI umumnya terkonsentrasi di perusahaan besar yang masih bereksperimen dengan teknologi baru, dan banyak yang tampaknya enggan mengganti staf.

"Namun, juga jelas bahwa potensi substitusi tetap signifikan, menimbulkan kekhawatiran akan penurunan upah dan kehilangan pekerjaan," tulisnya dalam tajuk rencana.

AI memiliki potensi untuk meningkatkan keselamatan di tempat kerja dengan mengurangi "tugas yang membosankan atau berbahaya".

"Dan hal itu dapat menyebabkan upah yang lebih tinggi bagi pekerja yang keterampilannya melengkapi teknologi tersebut," kata laporan OECD.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top