Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pariwisata Bisa Dongkrak Ekonomi

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

oleh hayu wuranti

Pembangunan kepariwisataan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja, mendorong pemerataan kesempatan berusaha, dan berkontribusi penerimaan devisa. Dia juga berperan mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pariwisata merupakan industri pendukung yang sangat potensial dalam memperbaiki stuktur ekonomi dan dapat meningkatkan kemandirian daya saing daerah.

Berdasarkan laporan World Travel and Tourism Council (WTTC) tahun 2017 sumbangan pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dunia mencapai 10 persen. Sementara itu, penerimaan dari kunjungan wisatawan internasional menyumbang tujuh persen total ekspor barang dan jasa dunia atau 30 persen dari total ekspor jasa dunia.

Satu dari 10 tenaga kerja lahir karena kegiatan pariwisata (UNWTO,2018). Sedangkan menurut World Trade Organization (WTO), secara akumulatif, sektor pariwisata mampu mempekerjakan 230 juta orang. Nilai ekonomi pariwisata kadang tidak dapat diukur secara nyata dalam bentuk nominal dan seringkali terkesan hanya berhubungan dengan para pelaku pariwisata.

Namun, sesungguhnya nilai ekonominya tidak hanya dinikmati satu sektor. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan, naik pula konsumsi mereka sehingga akan semakin besar dampak ekonomi banyak sektor. Dengan peningkatan jumlah kunjungan, baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun nusansatara (wisnus), diharapkan tercipta konsumsi atau belanja turis. Hal itu menjadi pendorong pengembangan sarana dan prasarana pariwisata. Akhirnya akan mendorong perkembangan perekonomian pada umumnya.

Indonesia pernah mengalami masa emas perkembangan pariwisata tahun 1995 dengan penghasil devisa terbesar sekitar 15 miliar dollar AS saat ekspor kayu, tekstil, dan migas turun. Namun pascatahun 1998, sektor ini menurun signifikan karena dampak gejolak sosial politik dalam negeri. Kunjungan wisman menurun drastis. Selain itu, peristiwa terorisme, flu burung, dan gangguan keamanan, turut menurunkan wisman. Ini termasuk travel warning beberapa negara untuk berkunjung ke Indonesia.

Kegiatan pariwisata tahun 2017 mampu berkontribusi 4,11 persen dari total PDB Nasional. Potensi besar pengeluaran wisatawan terhadap perekonomian nasional menjadi pendorong usaha-usaha lain pendukung kepariwisataan seperti usaha jasa penyediaan akomodasi.

Unggulan

Pemerintah telah menetapkan pariwisata sebagai sektor unggulan pembangunan nasional. Pariwisata menjadi core economy negara ini ke depan dan komoditas paling berkelanjutan serta menyentuh hingga level bawah masyarakat. Setiap tahun, performa pariwisata menanjak, saat beberapa komoditas lain, seperti minyak, gas, batu bara, serta kelapa sawit terus merosot. Sektor pariwisata diharapkan menjadi salah satu alternatif, di samping industri manufaktur, untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama Januari-Maret 2019, jumlah wisman mencapai 3,82 juta. Pada tahun 2018 tercatat 15,81 juta atau naik 12,61 persen dari 2017 yang berjumlah 14,04 juta. Mereka masuk lewat bandara 10,08 juta, dermaga 3,22 juta dan darat 2,51 juta. Selama tahun 2018, wisman ASEAN naik sebesar 20,6 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya. Sedangkan wilayah Timur Tengah menurun 6,31 persen. Sementara itu, menurut kebangsaan, kunjungan wisman 2018 paling banyak dari Malaysia, Tiongkok, Singapura, Timor Leste, dan Australia.

Semakin tinggi wisman berpengaruh juga terhadap Tingkat Penghunian Kamar Hotel (TPKH). BPS mencatat bahwa TPKH klasifikasi bintang pada Januari 2018 mencapai rata-rata 51,91 persen atau naik 1,25 poin dari Januari 2017 sebesar 50,66 persen. Sebagai gambaran lama seorang tamu menginap pada suatu waktu tertentu, maka perlu mengetahui rata-rata lama menginap di hotel atau jasa akomodasi. Rata-rata lama menginap tamu asing dan wisnu di hotel bintang mencapai 2,02 hari selama Januari 2018.

Bertambahnya wisman berdampak pula pada devisa. Saat ini, penyumbang devisa terbesar minyak kelapa sawit, pariwisata, migas, dan batu bara. Hanya, sektor pariwisata tumbuh paling tinggi dari tiga lainnya, 25 persen. Pada 2016, devisa pariwisata mencapai 13,5 miliar dollar AS per tahun.

Dia hanya kalah dari minyak sawit mentah ( CPO) sebesar 15,9 miliar dollar AS per tahun. Sedangkan tahun 2017 pariwisata mampu menyerap devisa 16,8 miliar dollar AS, meningkat 24,44 persen. Di masa datang sektor pariwisata diprediksi akan menyumbang devisa terbesar. Pemerintah memiliki target tahun 2019 antara lain wisman 20 juta dan wisnu 275 juta. Target devisanya 260 triliun rupiah.

Untuk menggenjot iklim pariwisata pemerintah mau melakukan pemasaran dan promosi berbagai keunggulan dan keindahan alam. Kemudian menata akses, atraksi, dan daerah untuk mempermudah kunjungan wisatawan. Pemerintah juga menyiapkan sumber daya manusia dan industri yang lebih berdaya saing untuk bisa berkompetisi dengan pekerja luar negeri.

Pelaku usaha bidang pariwisata juga diharapkan meningkatkan kualitas produk, layanan, dan pengelolaan demi kenyamanan wisatawan. Prioritas tersebut dan peran serta pelaku usaha pariwisata diharapkan mampu mendongkrak perekonomian, khususnya sektor perpelancongan. Penulis meminati isu turistik

Komentar

Komentar
()

Top