![Para Penyair Mengecam dan Menentang Aksi Terorisme](https://koran-jakarta.com/images/article/php_xc_u_resized.png)
Para Penyair Mengecam dan Menentang Aksi Terorisme
![Para Penyair Mengecam dan Menentang Aksi Terorisme](https://koran-jakarta.com/images/article/php_xc_u_resized.png)
Kenapa teror bisa terjadi? Apa sebenarnya yang ada di kepala para teroris? Puisi berjudul Kepada Para Teroris mungkin bisa sedikit memberi gambaran jawaban. "Atas nama jihad agama semangatmu berkobar. Kauagungkan Tuhan Allahu Akbar! Tapi perilakumu begitu barbar. Bukan kedamaian yang kautebar (hal 51).
Mungkin kita juga masih ingat tragedi teror di Sarinah yang sangat menyakitkan itu. Teror ini sangat sulit dilupakan bagi para keluarga korban dan seluruh masyarakat negeri ini. Puisi berjudul Sarinah mungkin bisa menjabarkan betapa menyakitkan tragedi teror itu. "Sarinah, tak bergeming, walau porak poranda memecah bala, merah membasah darah-darah tak berdosa, lupakah kau, tuan, bahwa Allah benci sang penebar angkara (hal 365).
Puisi berjudul Air Mata Darah Sarinah (Ketika Bunda Pertiwiku Menangis Lagi) semakin menegaskan penjabaran tragedi di Sarinah. "Masih tersisa puing masjid kauratakan, lalu tangis kaupecahkan, kesunyian kauledakkan, di antara belum keringnya air mata kemarin (hal 25).
Betapa menyakitkan dan menyedihkan akibat yang ditimbulkan dari tragedi-tragedi teror. Meski demikian, kita tidak boleh larut dalam kesedihan dan takut pada aksi teror dalam bentuk apa pun, seperti diungkapkan dalam puisi Thamrin: "Lalu langit meminangmu. Menerima persembahan jihadmu? Membakar surga-surga baru di dunia. Keluar dari kekalahan yang kau sebut sebagai keberanian. Tapi, tak membuat takut kami. Sama halnya dentuman bom yang meneror hatimu sendiri, bukan? (hal 326).
Kita tak boleh takut kepada terorisme selama ada cinta dan rasa persatuan. Kita tidak boleh tinggal diam. Kita harus berani mengambil sikap, berani menolak dan melawannya dengan segenap tenaga seperti yang dilakukan para penyair Indonesia dalam antologi puisi ini.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya