Pakar Ingatkan RI Perlu Utamakan Stabilitas dalam Hubungan dengan AS
Tangkapan layar - Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah dalam sebuah talkshow bertajuk "Unveiling ASEAN First Joint Military Drill Pan".
Foto: ANTARA/Agatha Olivia VictoriaJakarta - Pakar hubungan internasional Teuku Rezasyah menilai Indonesia perlu mengutamakan stabilitas di dalam negeri dalam hubungan kerja samanya dengan Amerika Serikat (AS) di masa mendatang.
"Jadi, tampaknya kita tetap harus berpikir setidaknya 'we play by the book', dengan mengedepankan good governance, good corporate governance, kemudian stabilitas dalam negeri," kata Rezasyah kepada ANTARA melalui sambungan telepon pada Senin.
Upaya untuk memprioritaskan stabilitas dalam negeri itu, kata dia, dapat dilakukan salah satunya dengan menyampaikan kepada AS tentang tujuan Indonesia bergabung dengan BRICS, menyusul keanggotaan baru di organisasi kerja sama ekonomi tersebut.
- Baca Juga: Kenya Kirim 200 Polisi Tambahan ke Haiti
- Baca Juga: Asean Desak Junta Prioritas Perdamaian
Komunikasi tersebut, menurutnya, perlu dilakukan untuk menegaskan bahwa bergabungnya Indonesia di BRICS adalah untuk kepentingan nasional, bukan untuk memusuhi siapa pun dan tidak untuk memperkuat siapa pun.
Dalam hubungan ekonomi, Rezasyah menilai Indonesia perlu lebih banyak lagi melakukan perjanjian-perjanjian khusus, mengingat AS tidak termasuk lima besar investor bagi Indonesia.
Peningkatan kerja sama ekonomi tersebut dapat dilakukan di sektor ekspor-impor, investasi perbankan, jasa, konstruksi, dan pertambangan.
"Itu harus diulangi lagi, harus dijaminkan lagi, dipertemukan lagi dia dan aktor-aktor nasional yang ada selama ini. Sehingga terasa Indonesia ini walaupun berganti presiden, tapi tetap mengedepankan keterbukaan dan juga taat pada hukum internasional," kata Rezasyah.
Kemudian, untuk kerja sama keamanan terkait Laut China Selatan, Rezasyah menggarisbawahi perlunya dialog bilateral antara kedua negara karena ada kekhawatiran AS atas kecenderungan Indonesia terhadap China dibandingkan ke negara tersebut.
"Karena lewat joint communique yang tanggal 9 November itu, itu mengkhawatirkan Amerika Serikat. Untuk itu, perlu berbicara lagi, dijelaskan sehingga dia tidak punya image yang salah seperti itu," katanya.
- Baca Juga: Trump Janji Akhiri 'Kemunduran Amerika'
- Baca Juga: Junta Terus Lancarkan Serangan udara
Untuk itu, Rezasyah menilai perlu ada komunikasi yang lebih mendalam di tingkat teknis sehingga dapat dipahami secara utuh.
Berita Trending
- 1 Semangat Awal Tahun 2025 by IDN Times: Bersama Menuju Indonesia yang Lebih Kuat dan Berdaya Saing
- 2 Mulai 23 Januari, Film '1 Kakak 7 Ponakan' Tayang di Bioskop
- 3 Sah Ini Penegasannya, Proyek Strategis Nasional di PIK 2 Hanya Terkait Pengembangan Ekowisata Tropical Coastland
- 4 Pelibatan UMKM-Koperasi di Program Pemerintah Bantu Wujudkan Ekonomi 8 Persen
- 5 Libur Panjang Akhir Bulan, Pemerintah Atur Operasional Angkutan Barang
Berita Terkini
- Strategi Pertamina Mendapat Dukungan Menteri BUMN untuk Wujudkan Swasembada Energi
- Ancam Interogasi Paksa, Penyelidik CIO Korsel Pertimbangkan untuk Pemanggilan Paksa Yoon Suk-yeol
- Presiden Donald Trump Tegaskan AS Hanya Akui Kelamin Pria dan Wanita
- Trump Tegaskan Darurat Perbatasan di Selatan AS dan Tetapkan Kartel Narkoba sebagai Teroris
- Makan bergizi gratis perdana di Papua Tengah