Pakar: Butuh 20 Tahun untuk Melihat Dampak Transformasi Transportasi
Ilustrasi - Bus Transjakarta mengangkut penumpang di Halte Tosari, Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2024-2044 mengupayakan sebesar 55 persen penduduk Jakarta menggunakan transportasi publik untuk mengurangi kemacetan dan polusi udara.
Setelah kereta bawah tanah Washington dibuka pada 1976, Marlon mengatakan bahwa saat itu Arlington County sangat berhati-hati untuk membangun koridor prioritas, sehingga dapat terhubung ke Washington. Pembangunan koridor mempertimbangkan tingkat kepadatan penduduk hingga akhirnya diikuti dengan pembangunan hunian 25 lantai yang kini telah dilengkapi area komersial di lingkungan sekitarnya.
"Itu adalah pembangunan berorientasi transit yang sangat matang dan penuh semangat. Tetapi, itu membutuhkan waktu sekitar dua dekade (untuk benar-benar melihat dampaknya)," ujar Marlon.
Akan tetapi, untuk kasus kota metropolitan seperti Jakarta, Marlon memandangpengembangan transportasi umum mungkin lebih cepat setidaknya satu dekade atau 10 tahun.
"Tetapi, pada dasarnya hal-hal seperti ini membutuhkan waktu yang lama, biasanya lebih lama dari rentang waktu jabatan pemimpin terpilih, danitu salah satu tantangannya. Jadi, kalau saya simpulkan, mungkin antara 10-20 tahun," kata dia.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Harya S. Dillon juga mengamini pendapat Marlon. Ia mencontohkanide untuk pembangunan MRT sebenarnya sudah dipertimbangkan sejak tahun 1980-an, namun baru terealisasikan pada dekade sekarang.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya