Pagelaran Wayang Mempunyai Makna Filosofis yang Kuat
Foto: istimewaBANJARNEGARA - Wayang kulit merupakan kekayaan nusantara yang lahir dari budaya asli masyarakat Indonesia yang mencintai kesenian.
Setiap pagelaran wayang mempunyai simbol dan makna filosofis yang kuat.
Apalagi dari segi isi, cerita pewayangan selalu mengajarkan budi pekerti yang luhur, saling mencintai dan menghormati, sambil terkadang diselipkan kritik sosial dan peran lucu lewat adegan goro-goro.
Demikian juga, pagelaran wayang kulit merupakan sarana efektif untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat.
Melalui sebuah pagelaran wayang kulit, ki dalang maupun pejabat yang memangku pemerintahan, bisa menyampaikan pesan-pesan penting kepada masyarakat.
Pesan tersebut, tidak hanya sejarah dunia pewayangan atau pelajaran budi pekerti, namun media hiburan warisan leluhur itu kini bisa dijadikan sebagai ajang untuk menyampaikan pesan-pesan pemerintah kepada rakyatnya.
Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Jawa Tengah, Ferry Wawan Cahyono mengajak masyarakat untuk tetap nguri-uri budaya jawi, seperti pagelaran wayang kulit yang sekarang ini digelar.
Sejak dahulu pagelaran wayang menjadi sarana untuk pesan atau dakwah kepada masyarakat.
Bahkan, Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu Wali Songo juga mempergunakan media wayang untuk menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.
Menurutnya, pentas wayang kulit merupakan hiburan yang murah meriah bagi masyarakat.
Selain itu, pagelaran wayang dengan berbagai lakon (cerita) memiliki banyak pelajaran positif yang dikandungnya, seperti pelajaran tentang budi pekerti, keteladan, kepemimpinan, kerja sama hingga strategi berperang.
Menurutnya, wayang kulit merupakan warisan leluhur yang setiap ceritanya mempunyai arti penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Nguri-uri budaya Jawa adalah tangung jawab bersama, salah satunya dengan melestarikan pagelaran wayang.
Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari pesan moral yang disampaikan dalam cerita pewayangan, mulai dari segi agama, kebersamaan, persatuan dan kerukunan sesama warga masyarakat,” ujar dia.
Untuk menghidupkan wayang kulit, Ferry mengatakan pihaknya kerap menggelar pentas wayang kulit di sejumlah daerah.
Hal ini untuk menumbuhkan rasa cinta masyarakat terhadap wayang kulit sehingga wayang kulit bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
“Beberapa kali saya menggelar pentas wayang kulit di sejumlah daerah.
Saya senang karena animo masyarakat masih sangat besar.
Mereka menonton dari berbagai pelosok desa, sehingga menumbuhkan perputaran perekonomian di daerah,” katanya.
Seperti diketahui, pada tahun 2003 wayang kulit ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda pertama Indonesia dalam kategori Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.
“Kalau orang barat saja mengakui wayang kulit sebagai budaya Indonesia, sudah menjadi kewajiban kita untuk melestarikan,’’ katanya.
Wayang kulit menggunakan bentuk karakter mitologi yang biasanya dibuat kulit kerbau atau sapi yang dikeringkan.
Wayang kulit bercerita soal pesan dari kepercayaan dan budaya mengenai budi pekerti luhur, atau kritik sosial. (Adv)
Berita Trending
- 1 Presiden Prabowo Pastikan Pembangunan IKN Akan Terus Berlanjut hingga 2029
- 2 Danantara Jadi Katalis Perekonomian Nasional, Asalkan...
- 3 Ekonom Sebut Pembangunan IKN Tahap II Perlu Pendekatan yang Lebih Efisien
- 4 Gugatan Lima Pasangan Calon Kepala Daerah di Sultra Ditolak MK
- 5 Uang Pecahan Seri Anak-Anak Dunia 1999 Tak Lagi Berlaku, Ini Cara Penukarannya
Berita Terkini
- Pemerintah Perlu Fokus Awasi Penyaluran Elpiji Subsidi
- Transformasi Keuangan, Holding UMi Bantu 1,84 Juta Nasabah Capai Level Baru
- Ironi, Pemerintah Akan Impor Daging dari India yang Belum Bebas PMK
- DeepSeek dan Qwen sebagai Simbol Revolusi AI Global
- Fabio Quartararo Jadi yang Tercepat di Sesi Perdana Tes Sepang