Pacu Produksi Sapi di Daerah
Foto: istimewaJAKARTA - Pemerintah perlu memperkuat komitmen untuk mencapai swasembada daging. Sebab, dalam dua tahun terakhir, produksi daging sapi nasional turun setelah naik selama 2017-2019. Selama ini, kemampuan produksi nasional belum mencapai 70 persen sehingga mengalami defisit lebih dari 30 persen.
"Pentingnya komitmen itu agar target swasembada daging ini segera terealisasi. Terlebih lagi, RI memiliki iklim kondusif untuk budi daya sapi," tegas Anggota Komisi IV DPR RI Dwita Ria Gunadi di Jakarta, Selasa (15/2).
Menurut Dwita, rendahnya komoditas utama khususnya daging perlu didorong dengan pemenuhan produksi daging di berbagai daerah. Untuk itu, dia mempertanyakan tindak lanjut dari launching kelahiran 100 ribu pedet (anak sapi) yang dilakukan di Lampung pada akhir Desember 2021.
Lebih lanjut, Dwita mengatakan setidaknya perlu 3-4 tahun lagi bagi Indonesia agar bisa swasembada daging. "Saya rasa ini perlu komitmen, perlu 3-4 tahun, 2-3 tahun. Kalau Lampung ini saja 100 ribu panen pedet kemaren bisa berhasil, 1, 2 tahun kita bisa swasembada pangan swasembada daging," sebut Dwita.
Pemerintah memperkirakan kebutuhan impor daging sapi atau kerbau pada 2022 mencapai 266.065 ton. Meskipun masih membutuhkan pasokan tambahan dari impor, Kementan menegaskan volume impor daging sapi terus turun.
Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Makmun memaparkan pasokan impor yang bukan disebabkan oleh turunnya produksi di dalam negeri. Namun, konsumsi agregat Indonesia dari tahun ke tahun cenderung tumbuh meski konsumsi per kapita stagnan dalam 5 tahun terakhir.
Dalam neraca pasokan dan kebutuhan daging sapi pada 2022, konsumsi per kapita pada 2022 mencapai 2,57 per kg per tahun, meningkat dari konsumsi pada 2021 sebesar 2,46 per kg per tahun. Adapun jumlah penduduk bertambah dari 272,24 juta pada 2021 menjadi 274,85 juta pada 2022 sehingga kebutuhan daging meningkat dari 669.731 ton menjadi 706.388 ton.
Produksi nasional pada 2022 ditaksir 436.704 ton, naik dari 423.443 ton pada 2021. Dengan stok awal tahun yang berjumlah 62.485 ton, Indonesia diperkirakan masih defisit 207.199 ton. Pemerintah juga menetapkan stok cadangan sebesar 58.886 ton sehingga kebutuhan impor menyentuh 266.065 ton.
Dia menjelaskan volume impor cenderung terus turun dalam beberapa tahun terakhir. Volume impor dari 2019 ke 2020 tercatat turun 0,91 persen, sedangkan dari 2020 ke 2021 turun sampai 10,82 persen.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Tiongkok Temukan Padi Abadi, Tanam Sekali Panen 8 Kali
- 2 Cegah Jatuh Korban, Jalur Evakuasi Segera Disiapkan untuk Warga Sekitar Gunung Dempo
- 3 BKD Banten Periksa Pejabat Kesbangpol Buntut Spanduk Kontroversial
- 4 Ratusan Pemantau Pemilu Asing Tertarik Lihat Langsung Persaingan Luluk-Khofifah-Risma
- 5 Dharma-Kun Berjanji Akan Bebaskan Pajak untuk Pengemudi Taksi dan Ojek Online
Berita Terkini
- Dinkes Kota Tangerang Ajak Masyarakat Aktifkan Jumantik Setiap Rumah
- Rektor ULM Perkenalkan KHDTK di Tahura Sultan Adam kepada Mahasiswa
- Sebanyak 167 produk UMKM bersaing di Dekranasda Kaltim Award 2024
- Tim U-18 Pertacami Targetkan Lima Emas Kejuaraan Dunia GAMMA 2024
- BMKG: 10 daerah di Sumsel dilanda hujan ekstrem pada hari pencoblosan