Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Orangtua "Keblinger"

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Ada "kemajuan" alias sesuatu yang baru dalam rentetan bom di Surabaya: tiga gereja, rusun Sidoarjo, dan Mapolres Surabaya. Dalam rentetan bom itu para pelaku menyertakan bocah-bocah dan dilakukan dalam kesatuan keluarga secara bersama-sama. Jadi, seluruh anggota keluarga dalam pengeboman tersebut secara bersama-sama bertindak selaku teroris. Ayah, ibu, anak-anak secara aktif menjadi bagian kejahatan luar bisa yang mematikan. Mereka menjadi bombers.

Dita bersama istri dan keempat anaknya mengeksekusi gereja Santa Maria Tak Bercela, gereja Pantekosta di Jalan Arjuno dan gereja GKI di Jalan Diponegoro, Surabaya. Kemudian, Anton sekeluarga diduga akan menjadi pelaku bom juga. Hanya sebelum ke target, ada bom yang telanjur meledak di rusun Sidoarjo. Semua terjadi pada Minggu (13/5).

Kemudian, pada hari Senin (14/5) pagi keluarga EFA dan ES menjadi pelaku penyerangan bom di Mapolres Surabaya. Keluarga yang kehilangan atau menjadi korban jelas berduka. Seluruh bangsa berdoa untuk korban meninggal, terluka, dan keluarga. Semua itu menyedihkan. Namun sesungguhnya ada yang lebih menyedihkan. Tak lain dan tak bukan adalah orangtua-orangtua atau para ayah ibu yang keblinger (sesat) menjadikan keluarganya sebagai keluarga teroris, keluarga pembunuh, keluarga pengebom.

Inilah sesungguhnya yang menjadi kepedihan luar biasa dari rentetan bom tersebut: mengapa para orangtua mendidik kejahatan dan mencekoki anak-anak dengan paham atau idelologi bengkok, keblinger. Mengapa ada orangtua yang meracuni anak-anak dengan ideologi destruktif? Padahal binatang sebuas apa pun tidak ada yang mengajarkan "kejahatan" kepada anak-anaknya.

Ini manusia apa, ada ayah ibu mengajarkan terorisme kepada anak-anak sendiri. Orangtua macam apa menjadikan anak-anak sendiri agar mau diajak mati konyol. Mereka adalah orangtua-orangtua yang bukan hanya salah jalan ke jurang sesat, lebih dari itu, mereka adalah monster-monster yang menciptakan neraka bagi anak-anaknya. Orangtua macam apa yang mengirim anak-anak sendiri ke gerbang neraka?

Ini semua karena paham yang berhasil dicekokkan ke kepala orang-orang dewasa yang mementingkan ego, merasa benar sendiri dalam beragama. Sementara itu, ajaran agama lain bukan hanya keliru, tetapi sesat, maka harus dimusnahkan. Paham hitam sesat inilah yang akhirnya merelakan orang-orang menjadi monster pembunuh terhadap orang-orang yang tengah berdoa di gereja. Bayangkan, orang berdoa mereka bunuh. Mereka hancurkan! Berdoa adalah berkomunikasi secara intim dengan Allah, tetapi mereka yang berpaham paling benar sebagai anak Allah, mengebomnya!

Paham logika bengkok bahwa dengan membunuh mereka akan memperoleh surga tersebut telah membutakan hati, tanpa takut mati menjadi pelaku bom bunuh diri. Inilah buah kesuksesan tindak kejahatan cuci otak yang dilakukan orang-orang degleng, yang mengaku menganut paham agama paling benar dan paling memiliki Tuhan. Padahal semua itu bertolak belakang. Tidak ada Tuhan yang membenarkan pembunuhan. Seluruh pembunuhan berlawanan dengan sifat Tuhan yang mahabaik.

Dengan kata lain, nerakalah yang mereka cari. Karena neraka adalah tempat yang menampung orang-orang biadab, orang-orang sesat, dan orang-orang jahat. Menjadi tanggung jawab semua untuk membentengi sesama dari upaya cuci otak oleh penganut paham kebiadaban. Kasihan anak-anak yang tidak mengerti apa-apa harus dibawa-bawa menjadi pelaku bom bunuh diri.

Hendaknya, para orangtua benar-benar kembali memperhatikan bibit, bobot, dan bebet dalam mencari menantu. Artinya orangtua harus benar-benar mengenal calon mantu bahwa mereka dari keluarga baik-baik. Namun yang paling penting, orangtua harus benar-benar mengenal anak-anak agar mereka tak terjerumus ke dalam kelompok penjahat yang penuh kebiadaban ini.

Komentar

Komentar
()

Top