Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
GAGASAN

Orangtua dalam Teror Teknologi

Foto : KORAN JAKARTA/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

Pada tahun 2012 ada sebuah studi dari common sense media, sebuah organisasi nirlaba dari San Francisco, menegaskan bahwa tekhnologi digital bisa membuat perhatian siswa menjadi lebih pendek, menghambat kemampuan menulis siswa dan kecakapan berkomunikasi serta nalar fikir kritis siswa hilang ketajamannya. Tekhnologi mengajari anak untuk berfikir pendek, instan dan nir kreativitas.

Anak tidak bisa melakukan eksprimen-eksprimen baru, karena semuanya dangan teknhnologi serba mikanik. Perkembangan otak yang distimulasi melalui tekhnologi- ponsel, internet, iPads dan TV-juga berefek negatif. Small dan Pagini (2015) melalui hasil penelitiannya mengatakan bahwa tekhnologi telah mengurangi perhatian anak, gangguan belajar, keterlambatan kognitif dan menurunnya kemampuan untuk mengatur diri sendiri.

Maka tak heran ketika Steve Jobs, menginginkan semua piranti elektronik menjauh dari anak-anaknya, tetapi dia menginginkan semua orang untuk memilikinya sebagai sebuah tujuah komoditas an sich. Secara jujur, anak-anak Steve Jobs menjadi perkecualian dari proyek komoditas piranti yang dibuatnya sendiri.

Ia tetap ingin mendidik anaknya untuk bermain dengan cara-cara konvensional, berintraksi melalui kontek fisik dan berkomunikasi tatap muka yang melibatkan emosional serta mengajari anak berfikir dengan buku dan baca tulis manual. Steve Jobs pun mengirim anaknya ke sekolah Waldorf di Los Altos, California yang sepi dari alat-alat tekhnologi.

Di sekolah itu kita hanya akan menjumpai anak-anak dan guru berintraksi melalui kapur dan papn tulis, menggeluti kerajinan melalui teknik menyulam dan bermain melalui benda-benda alat permainan tradisional yang memberi pengalaman- pengalaman kongkrit pada anak-anak.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top