Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Orang Tua Perlu Dampingi Remaja Saat Menjalani Masa Pubertas

Foto : ISTIMEWA

Ibu dan anak

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Masa remaja dapat dikatakan masa yang paling kritis bagi perkembangan pada tahap-tahap kehidupan selanjutnya. Hal ini karena pada masa ini terjadi begitu banyak perubahan dalam diri individu bagi itu perubahan fisik maupun psikologis.

Problematika usia remaja mencakup banyak aspek, di antaranya perubahan biologis, perilaku seksual, hubungan sosial dengan orang tua dan teman, pengetahuan mengenai seks, dan perkembangan organ reproduksi. Diperlukan informasi agar mereka tidak mendapatkan informasi yang salah dan merugikan dirinya di kemudian hari.

"Kadang anak-anak remaja kita kurang mengerti apa yang sedang terjadi di dirinya," kata Marketing Manager Personal Care Wings Group Indonesia, Mita Ardiani melalui siaran pers Sabtu (15/4).

Menurut dr. Yassin Yanuar MIB, Sp.OG, KFER, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, dari survei antroprometrik di tujuh daerah di Indonesia, didapatkan bahwa usia menarke anak Indonesia bervariasi dari 12,5 tahun sampai dengan 13,6 tahun. Kondisi kesehatan reproduksi saling mempengaruhi dengan kesehatan reproduksi secara umum, karena status nutrisi dari anak tersebut.

"Anak yang kegemukan akan lebih cepat menarke (menstruasi pertama), karena hormon estrogen yang disimpan pada jaringan lemak menyebabkan peningkatan bioaktivitasnya," ucapnya.

Penting bagi para orang tua untuk mempersiapkan tanda - tanda menstruasi pada remaja putri. Mereka perlu diajarkan untuk tidak takut menyentuh organ kemaluannya sendiri, sama seperti memegang organ tubuh lainnya layaknya tangan dan jari-jari. Ajarkan nama-namanya, ada labia mayora, dan lain sebagainya.

Untuk higienitas, ajarkan anak untuk membasuh atau mengusap organ intimnya dari depan ke belakang mencegah timbulnya koloni kuman dari anus ke vagina, dan pembalut sebaiknya diganti setiap 4-6 jam sekali ketika menstruasi demi mencegah infeksi. Di atas 90 persen perempuan mengalami setidaknya satu gejala menstruasi yang menyulitkan minimal mengganggu setiap bulan sampai mengalami gangguan aktivitas.

"Tolong dampingi putrinya untuk menjalani masa pubertas, dan mereka menjadi lebih paham mengenai tubuhnya sehingga menjadi figur dewasa yang menjaga kesehatan tubuhnya," ujar dr. Yassin.

Tidak hanya pendampingan dari sisi medis atau biologis, anak remaja juga butuh pendampingan orang tua dari sisi psikologis. Kurangnya penanganan dan perhatian akan masalah kesehatan mental remaja bisa jadi memicu kerentanan remaja.

Menurut Psikolog Klinis Anak, Remaja dan Keluarga Roslina Verauli, M.Psi, Psi., 10 persen remaja putri tidak tahu bagaimana cara memasang pembalut, ukurannya, dan lain sebagainya, dan tidak memiliki akses utk bertanya. Orang tua harus menjadi teman diskusi bagi anaknya.

Karena perkembangan otak pada remaja, umumnya terjadi ledakan emosional dan potensi terjadinya perilaku beresiko. Orang tua menjadi jaring pengaman bagi putra putri ketika mereka memiliki problem. Pendampingan di rumah adalah landasan dari segalanya.

" Merasa dicintai adalah penghayatan paling dasar, sadar bahwa anak dicintai orang di sekitarnya. Dekati anak sesuai dengan zamannya, dengan teknik yang sesuai dengan si anak. Contohnya dengan membahas film, lirik lagu atau sosial media yang mereka ikuti," tutur Vera.

Anak remaja membutuhkan energi besar. Mereka harus cukup tidur, walaupun di usia remaja mereka susah tidur. Bahkan, jumlah jam tidur remaja lebih besar daripada anak SD. Cukupkan exercise atau olahraga karena ini baik utk release hormon, dan berikan nutrisi yang sesuai.

"Peran orang tua sangat besar dalam psiko sosial remaja, diantaranya menunjukkan penerimaan dan kasih sayang, memberikan model afeksi yang tepat, memberikan informasi tentang pendidikan seksualitas, memberi akses ke profesional untuk remaja, dan melatih membuat keputusan seksual yang sehat," jelasnya.

Sebesar 70 persen remaja putri pengalaman seks pertamanya terkait ada paksaan dari pacarnya (black dating) yaitu kekerasan dalam relasi berpacaran. Ketika anak perempuan tidak mau dicium kata Vera teman laki-laki harus menghargainya.

"Harus ada persetujuan. Itu namanya consent. Sebagai orang tua harus memperkenalkan consent terhadap anaknya. Ketika tidak artinya tidak, ketika diam artinya tidak, ketika ya, artinya ya. Connect first than correct, namun orang tua cenderung mengoreksi anak dulu," lanjutnya.

Jika anak cerita, biarkan mereka cerita. Connect first, tunjukkan orang tuanya menerima mereka. Jika komunikasi orang tua negatif, anak cenderung akan menghindar. Anak yang disentuh dengan baik dan respect oleh orang tuanya. Jika anak disentuh oleh orang tuanya, ia akan dapat membedakan mana yang good touch, mana yang bad touch. Karena itu tidak bisa diajarkan melalui omongan tapi dari pengalaman.

"Jadi jika di luar anak mengalami sentuhan yang bad touch, mereka dapat membedakannya. Orang tua adalah model afeksi seorang anak, bukan pacarnya," lanjut Vera.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top