Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pemulihan Ekonomi | Pemerintah Harus Genjot Investasi dan Ekspor

Optimalkan Penerimaan selain Pajak

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah perlu mengoptimalkan sumber penerimaan sektor lainnya selain pajak untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini. Apabila terlalu bergantung ke pajak, dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, optimistis prospek perekonomian pada 2022 lebih baik, tetapi dengan sejumlah catatan. Salah satunya pajak bukan menjadi satu-satunya tulang punggung penerimaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

"Karena jika pemerintah sangat tergantung pada pajak maka pemerintah akan menguber-uber masyarakat dengan pajak terus. Kondisi ini akan menggerus konsumsi rumah tangga," tegasnya pada Koran Jakarta, Minggu (9/1).

Dia meminta agar penyelenggara negara menggerakkan penerimaan APBN bukan hanya dari pajak, akan tapi dari investasi dan ekspor. "Tarik sebanyak-banyaknya investasi dan tingkatkan ekspor," ucap Esther.

Catatan lainnya, lanjut Esther, masyarakat sudah percaya diri untuk keluar rumah meski pandemi. Hal itu berarti mobilitas masyarakat juga meningkat sehingga konsumsi akan ikut naik. Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi akan meningkat karena sekitar 56 persen pertumbuhan ekonomi disumbangkan dari konsumsi rumah tangga.

Faktor lainnya, terang dia, sektor perbankan akan lebih percaya diri selaras dengan geliat mobilitas dan konsumsi masyarakat. Kredit perbankan akan lebih mudah digelontorkan agar lebih mendorong sektor riil.

Peneliti Ekonomi Indef, Nailul Huda, juga optimistis dengan prospek perekonomian tahun ini, mengingat beberapa indikator menunjukkan hal yang bisa memacu pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, situasi pandemi tidak bisa diprediksi. Kasus Omicron bisa jadi meluas sehingga memicu krisis kesehatan dan ekonomi.

"Jika kasus melonjak tinggi, pengetatan akan kembali dilakukan. "Hantu" pemutusan hubungan kerja (PHK), berkurangnya daya beli, tidak boleh berjualan, masih ada. Ini yang patut kita waspadai," tutur Huda.

Dorong Pemulihan

Seperti diketahui, perekonomian nasional diproyeksikan melanjutkan tren pertumbuhan pada 2022, dengan tiga pemicu utama yaitu vaksinasi semakin meluas, investasi untuk hilirisasi komoditas, dan akselerasi digitalisasi.

Ekonom Senior Bank DBS, Radhika Rao, mengungkapkan prospek positif perekonomian tahun ini didasarkan pada tiga faktor. Pertama, Indonesia akan berhasil memberikan dosis vaksin penuh kepada 99 persen dari total populasi dewasa pada Maret 2022. Capaian vaksinasi yang tinggi akan mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Selanjutnya, Indonesia pun menawarkan lebih banyak investasi untuk hilirisasi komoditas serta mengakselerasi digitalisasi.

"Ketiga, laporan fiskal Indonesia yang memuaskan dan langkah-langkah untuk menambah rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) akan memperkuat Indonesia dibandingkan negara lain di Asia," kata Radhika.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top