Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Dunia Usaha l Daya Beli Rendah, Sejumlah Pedagang Jual Kiosnya

Omzet Pedagang Tanah Abang Turun

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pedagang di Tanah Abang, Jakarta Pusat mengaku omzet turun mencapai 30 persen.

JAKARTA - Dunia bisnis dalam sektor pakaian di beberapa pusat perbelanjaan yang ada di Ibu Kota sepertinya sedang berjalan lamban. Kondisi ekonomi yang tumbuh melambat serta daya beli masyarakat yang menurun diduga menjadi penyebab omzet sejumlah pedagang ikut merosot.

Salah satu pedagang pakaian muslim di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Maulana, 49 tahun, mengaku sudah beberapa bulan terakhir dirinya kesulitan menjual barang dagangannya akibat pengunjung yang semakin berkurang. Haltersebut berdampak pada penurunan transaksi jual-beli di toko miliknya yang berada di Blok B.

"Sekarang mah enggak seramai dulu, terutama yang eceran. Memang menurun, enggak tau juga kenapa," kata pedagang yang memiliki perawakan Timur Tengah itu saat ditemui Koran Jakarta di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (18/7).

Maulana mengungkapkan penurunan terlihat dari jumlah pendapatan yang berhasil ia terima per harinya. Omzet yang sebelumnya bisa mencapai 15 hingga 20 juta rupiah per hari, kini Maulana hanya bisa mengantongi sekitar 10 juta rupiah per hari.

"Dulu kalau ramai bisa sampai 20 juta per hari. Tapi sekarang, ini saja baru dapet 7 jutaan," ungkap Mualana yang ditemui saat siang hari.

Sepi Pembeli

Hal serupa juga dialami pedagang celana denim, Ria Rachmawati yang mengalami penurunan omzet hingga 30 persen. Sebelumnya, dalam satu hari, wanita berkulit putih mulus itu bisa menjual hingga 150 item celana namun sekarang hanya mampu menyentuh angka 100 item.

"Paling sehari rata-rata 100 sampai 110 potong celana yang bisa kejual. Kalau lagi sepi banget bisa kurang dari itu, kalau rame bisa lebih tapi enggak sampai 150 potong lagi," terang Ria.

Pemilik toko yang berada di Blok B lantai 3 itu menyebutkan penuruan omzet mulai dirasakan pada sebelum bulan puasa dan lebaran kemarin. Biasanya satu minggu sebelum Ramadan dan Idul Fitri, pasar terbesar se Asia Tenggara ini sudah dibanjiri ribuan pengunjung dari berbagai penjuru kota di Indonesia maupun manca negara.

"Bulan puasa tahun kemarin omzet bisa dua sampai tiga kali lipat dari hari biasa. Kalau tahun ini ya enggak sampai segitu lah, menurun," urai dia.

Seperti diketahui, fenomena pusat perbelanjaan yang mulai meredup ditinggal konsumen sangat terasa di DKI Jakarta. Hal tersebut tak hanya berakibat kepada perputaran uang dalam dunia bisnis perdagangan semakin melemah tetapi juga menyebabkan para pemilik tenant alias toko terpaksa menutup tokonya seperti yang sudah terjadi di Pusat Elektronik Glodok.

Penjaga toko Mega Elektronik di Glodok, Sari, 35 tahun mengaku sejak dua tahun terakhir daya beli masyarakat turun "Banyak yang tutup, karena pembelinya sepi banget,. Mungkin mereka lebih memilih belanja di Mall atau online," terang dia.

Salsa Elektronik, Viona, 47 tahun, mengatakan sepinya pengunjung yang datang sangat berdampak kepada jumlah barang dagangan yang mampu ia jual. Dengan demikian pendapatan atau omzet yang ia terima juga sangat menurun drastis.nis/P-5


Redaktur : M Husen Hamidy

Komentar

Komentar
()

Top