“Olivença', Kota Portugis yang Hilang
Foto: IstimewaTerletak di Provinsi Badajoz, Spanyol, sekitar 60 kilometer dari perbatasan Portugis, Kota Olivenza telah menjadi titik pertikaian antara 2 negara tersebut selama berabad-abad, dan saat ini perebutan atas kota ini kembali mencuat.
M
enteri Pertahanan Portugal, Nuno Melo, baru-baru telah menghidupkan kembali pertikaian teritorial yang telah berlangsung lama. Ia mengklaim bahwa Kota Olivença (dalam bahasa Portugis) atau Olivenza (dalam bahasa Spanyol) yang berada di Spanyol adalah milik Portugal dan menegaskan bahwa negara tersebut tidak akan melepaskan klaimnya.
Kota sengketa ini terletak di Provinsi Badajoz, Spanyol, sekitar 60 kilometer dari perbatasan Portugis. Dengan luas mencapai 430,1 kilometer persegi, kota ini telah menjadi titik pertikaian antara kedua negara selama berabad-abad hingga saat ini.
Berbicara kepada wartawan pada Jumat (13/9) lalu, Menhan Melo mengatakan: "Olivenza tentu saja milik Portugis dan itu sama sekali bukan provokasi," ujar dia dikutip dari lamanaa.compada Sabtu (14/9).
Pernyataannya itu mengacu pada Perjanjian Alcanices tahun 1297 antara Kerajaan Castile dan Portugal. Berdasarkan perjanjian tersebut, Olivença diserahkan kepada Portugis. Bagi Melo, hal itu bukan masalah masa lalu yang perlu dilupakan namun tetap menjadi masalah hingga sekarang.
"Faktanya, berdasarkan perjanjian tersebut, Olivenza harus diserahkan kepada negara Portugis. Ini bukan masalah dahulu, tetapi masalah hari ini," tegas dia.
Perjanjian Alcanices, yang ditandatangani pada tahun 1297 antara Kerajaan Castile dan Portugal, menetapkan batas-batas baru dan memindahkan Kota Olivença ke Portugis. Akan tetapi, pada tahun 1801, kota itu direbut kembali oleh Spanyol dan tetap berada di bawah kendali Spanyol hingga saat ini, meskipun Portugal terus mengklaimnya.
Pernyataan Melo tersebut menuai kritik dari kedua belah pihak yang bertikai di perbatasan. Manuel Joss Gonzalez Andrade, Wali Kota Olivenza, telah mendesak Melo untuk menghentikan pidato yang negatif dan menyebabkan perpecahan. Andrade pun menekankan bahwa penduduk Olivenza bangga dengan sejarah mereka dan puas dengan status mereka saat ini.
Sementara di Portugal, pemimpin oposisi Pedro Nuno Santos dari Partai Sosialis menuduh Melo melakukan retorika yang tidak bertanggung jawab dan memperingatkan bahwa pernyataan tersebut dapat berdampak serius pada hubungan luar negeri.
Dari sisi sejarah, Olivença merupakan sebuah kota tua yang terletak tidak jauh dari tepi Sungai Guadiana, perbatasan antara Portugal dan Spanyol. Jika sungai sebagai pembatas kedua negara secara geografis saat ini, maka kota tersebut berada di wilayah Spanyol. Meski berada di wilayah negara itu, kota ini kaya akan warisan Portugis yang masih dijunjung tinggi oleh banyak penduduk setempat.
Dengan banyaknya arsitektur bergaya Portugis, kota ini memang dulunya merupakan bagian dari negara itu. Olivença merupakan perpaduan budaya yang unik dengan jejak masa lalu Portugis yang terekam melalui jalan-jalan berbatu, tembok kuno, dan arsitektur Gotiknya.
Bagi masyarakat Portugal kota ini dijuluki dengancidada perdidaatau "kota yang hilang" dan keberadaan Olivença sebagai pengingat akan pertikaian teritorial yang telah berlangsung berabad-abad dalam sejarah Semenanjung Iberia yang pelik.
Dua Sejarah
Dulunya Olivença merupakan bagian dari Alentejo, Portugal. Setelah berabad-abad terjadi pertikaian antara pasukan Portugis dan Castile, Perjanjian Alcanices pada tahun 1297 secara resmi mengakui Olivença sebagai milik Portugis.
Selama hampir 500 tahun, Olivença berkembang pesat di bawah kekuasaan Portugis dengan mengembangkan budaya, bahasa, dan identitas arsitekturnya sendiri. Salah satu bukti kehadiran Portugis sejak lama adalah Paulo da Gama (1465-1499), kakak laki-laki penjelajah Portugis Vasco da Gama, yang lahir di sana.
Namun, angin perubahan datang bersamaan dengan Perang Napoleon di awal abad ke-19. Pada tahun 1801, selama Perang Orange, Spanyol, yang didukung oleh Prancis, merebut Olivença. Meskipun Portugal telah lama menggunakan Perjanjian Alcanices serta Kongres Wina pada tahun 1815 untuk mengklaim pengembaliannya, Spanyol terus menguasai Olivença, yang saat ini juga mencakup Kotamadya Táliga.
Meskipun sengketa wilayah belum terselesaikan, persahabatan antara kedua negara tetap terjalin hingga pengaruh Portugis dan Spanyol dapat ditemukan di seluruh kota. Dalam beberapa tahun terakhir, jembatan menuju Olivença bahkan telah dipugar setelah diledakkan oleh Spanyol pada abad ke-19.
Penduduk di sana yang menelusuri garis keturunan mereka, kembali ke Portugal telah diberikan kewarganegaraan Portugis. Kota ini tetap menjadi kota Spanyol hingga saat ini dengan identitasnya yang kompleks yang mencerminkan sejarah yang bertingkat ini.
Salah satu aspek yang paling mencolok dari Olivença adalah warisan arsitektur Portugisnya yang masih dapat dikagumi di seluruh kota. Berjalan melalui jalan-jalannya, pengunjung akan melihat jendela bergaya Manueline, yang merupakan ciri khas perpaduan Gotik-Renaisans Portugis, terutama di Igreja de Santa Maria Madalena, gereja abad ke-16 yang merupakan bukti pengaruh Portugis terhadap kota tersebut.
Sisa-sisa kastil abad pertengahan yang menjulang tinggi yang dibangun oleh Portugis pada abad ke-14 pu turut mendominasi lanskap, menawarkan pemandangan pedesaan di sekitarnya yang indah. Benteng tersebut tadinya berfungsi sebagai pos pertahanan penting selama berabad-abad peperangan antara Portugal dan Spanyol.
Meskipun perbatasannya bergeser, kastil tersebut masih menjadi saksi asal-usul Portugisnya, dengan prasasti dan simbol yang mengikatnya dengan kuat ke masa lalunya. Bahasa di Olivença berlaku juga bahasa Portugis meskipun bahasa Spanyol adalah bahasa yang dominan saat ini.
Akar bahasa Portugis di Olivença mengakar kuat di hati banyak penduduk setempat. Generasi yang lebih tua masih berbicara bahasa Portugis, terutama di daerah pedesaan di sekitar kota. Tanda-tanda dalam dua bahasa dapat dilihat dari nama jalan. Bahkan cara orang bercakap-cakap memberikan petunjuk nyata tentang warisan kota yang kompleks ini.
Meski saat ini menjadi bagian dari negara Spanyol dengan nama Olivenza, tapi Olivença tetap menjadi titik pertikaian antara Portugal dan Spanyol, meskipun sengketanya berlangsung dalam damai. Portugal yang mengacu dari peta Portugis, sering menunjukkan Olivença sebagai bagian dari wilayahnya.
Namun, Uni Eropa telah meredakan sebagian besar ketegangan. Kedua negara sekarang berbagi perbatasan terbuka yang memungkinkan warga negara dan wisatawan untuk bergerak bebas di antara kedua negara. Keterbukaan ini membuat Olivença terhubung kembali dengan Portugal. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Ribuan Mantan Anggota Jamaah Islamiyah Deklarasi Pembubaran di Solo
- Denny JA Rumuskan 6 Prinsip Emas Spiritualitas di Era AI
- Warga Diminta Waspada, Gunung Ibu di Halmahera Barat Sudah Dua Kali Erupsi
- Meningkat, KCIC Sebut 100 Ribu Tiket Whoosh Terjual Untuk Momen Natal dan Tahun Baru
- Terus Meluas, Otoritas Victoria Keluarkan Perintah Evakuasi Akibat Kebakaran Semak