Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perlindungan Konsumen

OJK Dorong Peningkatan Literasi Keuangan

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai peningkatan literasi dan inklusi keuangan digital mendukung terwujudnya daya tahan keuangan bagi masyarakat Indonesia.

Karena itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bekerja sama meningkatkan literasi dan inklusi keuangan digital.

"Selain mendukung bisnis para pengusaha, tentunya kerja sama ini akan mendukung daya tahan keuangan bagi masyarakat Indonesia, yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Friderica yang akrab disapa Kiki ini dalam acara Indonesia Financial literacy Conference, yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat (21/7).

Peningkatan literasi dan inklusi keuangan perlu dilakukan lantaran semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, sejalan dengan tren perkembangan ekosistem keuangan digital, dengan berbagai model bisnis.

Dia menyebutkan beberapa model bisnis tersebut, di antaranya seperti layanan perbankan digital, Peer to Peer (P2P) Lending, securities crowdfunding, dan berbagai klaster inovasi keuangan digital lainnya.

Di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi digital, terdapat beberapa tantangan untuk mewujudkan ekonomi digital di Indonesia dengan inovasi keuangan digital yang lebih merata dan bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Kesenjangan Melebar

Tantangan pertama, yakni masih adanya kesenjangan antara literasi dan inklusi keuangan di Tanah Air. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Tahun 2022, tingkat literasi keuangan masih berada pada level 49 persen, sedangkan tingkat inklusi keuangan sebesar 85 persen.

Kiki mengungkapkan kondisi tersebut menggambarkan pengguna belum banyak mendapatkan literasi mengenai produk dan jasa keuangan yang digunakan.

Kedua, belum meratanya literasi dan inklusi antardaerah dimana saat ini masih ada 14 provinsi dengan indeks literasi keuangan di bawah rata-rata nasional, dan 15 provinsi dengan indeks inklusi keuangan di bawah rata-rata nasional.

Lebih lanjut, tantangan ketiga yakni masih ada celah antara literasi dan inklusi keuangan digital di masyarakat, dimana tingkat literasi keuangan digital sebesar 41 persen dan inklusi keuangan digital 55,82 persen.

Dia melanjutkan, tantangan keempat yakni masih adanya kesenjangan pembiayaan dari lembaga keuangan untuk memenuhi kebutuhan akses pembiayaan UMKM, yang harapannya dapat dijembatani melalui penyediaan akses keuangan secara digital.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top