Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Nyeri Lutut Bisa Diatasi Tanpa Operasi

Foto : ISTIMEWA

nyeri lutut

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Masalah nyeri sendi yang salah satunya adalah nyeri lutut dapat diatasi tanpa harus melakukan tindakan operasi. Proses penyembuhan tanpa operasi ini merupakan alternatif pilihan terapi yang dapat mengembalikan kualitas hidup pasien.

Salah satu klinik yang dapat mengobati nyeri lutut tanpa operasi adalah Klinik Flex Free. Selama ini klinik tersebut dikenal sebagai tempat rehabilitasi medik khusus di bidang muskuloskeletal dengan mengembangkan teknik penyembuhan nyeri lutut tanpa operasi.

Klinik Flex Free menyediakan beberapa layanan untuk mengatasi nyeri sendi seperti, injeksi pelumas sendi dengan bantuan USG Muskuloskeletal, terapi regeneratif seperti Prolotherapy, Platelet Rich Plasma(PRP) Musculoskeletal, dan Secretom. Setelah pasien berkonsultasi dengan dokter spesialis rehabilitasi medik selanjutnya ditentukan tindakan dan obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

Ketua Komite Medis, CEO Klinik Flex Free dr. Arif Soemarjono, Sp.KFR, FACSM, mengatakan, klinik Utama Flex Free merupakan klinik praktek Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Klinik ini sudah berpengalaman baik di dalam negeri maupun di luar negeri dalam pelayanan kesehatan khusus muskuskeletal (otot, tulang dan sendi) dan saraf kejepit.

"Kami memiliki visi menjadikan klinik rehabilitasi muskuloskeletal yang pertama, serta sebagai pusat rujukan rehabilitasi medik regional, nasional maupun internasional dalam bidang rehabilitasi neuromuskuloskeletal," paparnya dalam media briefing di Jakarta, Rabu (24/5).

Misi Klinik Flex Free kata Arif yaitu membantu penderita gangguan nyeri dan kelainan otot, tulang, sendi, tulang belakang dan saraf kejepit aga dapat bergerak kembali dengan bebas dan leluasa tanpa nyeri, tanpa harus melakukan tindakan operasi dalam proses penyembuhannya.

Klinik Flex Free baru saja menambahkan klinik baru di gedung The Bellezza Shopping Arcade, lantai dasar unit SA58-60, Permata Hijau, Kebayoran lama, Jakarta Selatan. Penanganan di klinik ini berupa penanganan rehabilitasi medis bersifat holistik dan meliputi rehabilitasi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.

"Kami terus mengembangkan layanan yang terbaik untuk masalah lutut seperti injeksi pelumas sendi dengan bantuan USG Muskuloskeletal, dan terapi regeneratif seperti Prolotherapy, Platelet Rich Plasma (PRP) muskuloskeletal, ataupun secretom," tambahnya.

Aktivitas Berisiko

Pada kesempatan yang sama, Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik, Klinik Flex Free m dr. Ferius Soewito, Sp.KFR, AIFO-K, memaparkan, cedera lutut dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Hal itu bisa terjadi pada saat berolahraga, bekerja, saat melakukan hobi, misalnya menari, bahkan pada aktivitas sehari-hari seperti berjalan juga tetap ada risiko.

Lutut merupakan bagian tubuh cukup berisiko terutama untuk kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan berdiri, berjalan, berlari dan melompat. Olahraga lari misalnya, atau basket, badminton, tenis, merupakan olahraga yang sering dilakukan dan memiliki risiko yang cukup tinggi untuk terjadi cedera.

"Hobi yang berisiko cedera misalnya menari. Tari tradisional yang banyak melibatkan aktivitas setengah jongkok juga berisiko cedera. Banyak penari yang mengira bahwa aktivitas tersebut aman-aman saja, tapi sebenarnya berisiko tinggi untuk mengalami cedera," paparnya.

Selain itu, hobi bercocok tanam dengan posisi jongkok dalam waktu lama juga memiliki risiko. Tidak jarang, cedera terjadi pada aktivitas berjalan, khususnya bila permukaan tanahnya tidak rata atau pada aktivitas naik turun tangga. Cedera pada lutut dapat terjadi pada jaringan pengikat (ligamen), bantalan (meniskus), tulang rawan, otot dan sebagainya.

Menentukan bagian yang cedera sangat penting dalam penanganan cedera lutut, karena akan mengarahkan pada tatalaksana yang tepat. Anamnesis (tanya jawab dokter-pasien), pemeriksaan fisik, pemeriksaan USG serta pemeriksaan X Ray, CT Scan dan MRI sangat berperan penting.

USG saat ini tidak hanya digunakan untuk pemeriksaan kehamilan saja, namun dapat untuk memeriksa kondisi lutut. USG memiliki kelebihan yaitu tidak memerlukan ruang khusus, tidak ada radiasi, dapat dilakukan pada saat pasien ketemu dengan dokter sehingga kondisi yang diperiksa real saat itu juga, serta dapat membantu mengarahkan dalam melakukan tindakan seperti injeksi.

Tatalaksana yang tepat bergantung pada pemeriksaan dan kondisi pasien. Bila cedera dalam fase radang akut, maka harus dikurangi peradangannya. Bila peradangan sudah tidak akut, dapat dilakukan tindakan regenerasi, yaitu tindakan untuk mempercepat penyembuhan jaringan.

"Proses penyembuhan dapat dipercepat dengan terapi misalnya terapi shockwave dan laser, atau dengan Perineural Injection Treatment, tindakan berupa pemberian gula khusus (dextrose) untuk menangani cedera maupun mengatasi nyeri, secretom (cairan yang diekstrak dari stem cell), Platelet Rich Plasma (faktor pertumbuhan yang diambil dari darah) atau pun dari sel punca (stem cell)," kata dr. Ferius.

Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Klinik Flex Free dr. Reggy Trialetta Injo, Sp.KFR menjelaskan bertambahnya usia merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, semua makhluk hidup akan bertambah usia seiring berjalannya waktu. Proses penuaan menyebabkan terjadinya berbagai proses degeneratif di tubuh, termasuk sendi lutut.

Penyakit degeneratif pada sendi disebut osteoarthritis (OA), yang dikenal luas pada masyarakat dengan sebutan pengapuran sendi. OA merupakan suatu kondisi yang sangat sering ditemukan pada usia lanjut. OA merupakan tipe arthritis yang terbanyak, dengan angka kejadian kasus OA lutut sebesar 240 per 100.000 orang tiap tahun.

Prevalensi Meningkat Seiring Usia

Prevalensi osteoartritis di Indonesia meningkat seiring dengan usia. Prevalensi sebesar 5 persen terjadi pada individu berusia lebih kecil dari 40 tahun, 30 persen pada usia 40 - 60 tahun, dan 65 persen pada usia lebih besar dari 61 tahun.

Prevalensi OA lutut sebesar 15,5 persen pada laki-laki dan 12,7 persen pada perempuan. Faktor risiko OA diantaranya adalah usia, jenis kelamin, genetik, aktivitas fisik, obesitas, trauma. OA merupakan suatu penyakit yang sangat membebani kualitas hidup penderitanya, dan dapat menyebabkan disabilitas.

"Pada OA terjadi kerusakan pada sendi secara menyeluruh, dapat melibatkan tulang rawan sendi, bantalan sendi (meniscus), ligamen dan tulang itu sendiri," terang dr. Reggy.

Proses tatalaksana yang tepat merupakan suatu hal yang sangat penting, dimulai dari tanya jawab, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (X Ray, MRI, USG) dan terapi yang diberikan. USG lutut dilakukan untuk melihat struktur-struktur di lutut yang tidak dapat terlihat pada X Ray, dan tentunya dari segi biaya lebih murah bila dibandingkan dengan MRI.

Pemeriksaan USG merupakan sesuatu yang aman dan mempunyai kelebihan dibanding yang lainnya karena pemeriksaan USG merupakan suatu pemeriksaan real time dan dapat melakukan pemeriksaan dinamis, dimana struktur yang diperiksa dapat digerakkan untuk melihat suatu kelainan dengan lebih jelas. USG juga dapat membantu dalam melakukan terapi injeksi, agar pemberian injeksi tepat pada sasaran.

"OA tidak dapat disembuhkan, namun keluhan OA dapat dikontrol sehingga penderita dapat beraktivitas dan melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasakan nyeri. Tatalaksana yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi pasien, tidak semua pasien dengan OA mendapat terapi yang sama," katanya.

Secara garis besar, terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri dan peradangan dengan menggunakan berbagai modalitas fisik, mempercepat regenerasi jaringan dengan modalitas fisik dan terapi regeneratif seperti Prolotherapy, Platelet Rich Plasma, ataupun Secretom. Tujuan dari terapi pada OA adalah untuk mengurangi nyeri dan mencegah perburukan penyakit agar pasien memiliki kualitas hidup yang baik.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top