Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ibu Kota Negara

Nusantara Punya Makna Spiritual dan Historis

Foto : ANTARA/Aji Cakti/pri

Maket gagasan desain Nagara Rimba Nusa di Jakarta, Senin (23/12/2019).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Budayawan, Dr Ngatawi Al Zastrouw, mengatakan terdapat makna spiritual dan historis di balik pemilihan nama Ibu Kota Nusantara. Secara spiritual, Nusantara memiliki makna perjuangan secara sungguh-sungguh dan tekad yang kuat untuk mempersatukan bangsa.

"Dari sisi historis, Nusantara bermakna mengingatkan bangsa ini akan sejarah kita yang terdiri atas berbagai pulau, suku, ras, agama, dan budaya dari Sabang sampai Merauke yang bisa bersatu padu menjadi satu kesatuan," ujar Dr Ngatawi Al Zastrouw dalam keterangan tertulis yang diterima Antara, di Jakarta, Rabu (26/1).

Selain itu, Ngatawi menilai pemilihan nama Nusantara mengandung cita-cita dan optimisme untuk mengembalikan kejayaan Nusantara.

"Sudah pasti merupakan doa dan harapan agar kejayaan Nusantara sebagaimana yang terjadi pada zaman dahulu bisa diwujudkan kembali oleh bangsa Indonesia dalam konteks kekinian," kata mantan asisten pribadi Presiden ke-4 RI, KH Abdurahman Wahid (Gus Dur).

Ngatawi juga menyinggung terkait dengan banyaknya opini dan sentimen negatif yang beredar di tengah masyarakat. Situasi ini dapat menjadi ancaman ke depannya bagi bangsa dan dapat menggoyahkan semangat persatuan jika tidak tepat mengelolanya.

"Pro kontra adalah hal yang biasa. Pemicunya karena perbedaan pemikiran, ketidakpahaman, ada yang mencari perhatian publik serta politik dan yang paling bahaya adalah yang dipicu alasan ideologis. Ini yang bahaya," ujarnya.

Ia menjelaskan kelompok yang berusaha menggiring opini berlandaskan alasan ideologis tersebut jika dibiarkan dan tidak dikelola dengan baik akan mengalami peningkatan eskalasi. Namun, dia melihat sejauh ini masih dalam taraf yang wajar saja.

"Artinya, masih dalam taraf wajar sebagai perbedaan wacana. Kendati demikian, tetap harus dipantau agar tidak goyahkan persatuan," katanya.

Spirit Kejayaan
Dari kacamata budaya, Ngatawi memandang perlu menumbuhkan spirit kejayaan Nusantara dengan cara mengajarkan kembali nilai-nilai sejarah Nusantara kepada generasi muda dengan cara kreatif dan menarik.

"Dengan begitu, mereka paham dan mengerti sejarah bangsanya. Jika mengerti akan sejarah Nusantara dan kejayaannya, mereka akan bangga dan dapat mengambil nilai-nilai dan spirit dari sejarah itu," katanya menjelaskan.

Jika generasi muda sudah memiliki pemahaman dan pengertian baik, mereka dapat mengaktualisasikan nilai tersebut secara baik dan dapat menjadi inspirasi dalam menghadapi realitas kekinian.

"Kedua, perlunya mengubah cara pandang sejarah di kalangan generasi muda bangsa ini bahwa sejarah bukan hanya kronologi peristiwa masa lalu semata, melainkan harus dipahami sebagai gerak dan rute peradaban suatu bangsa," kata peraih Doktor Bidang Sosiologi Universitas Indonesia itu.

Untuk itu, Ngatawi mengimbau masyarakat untuk dapat mengingat dan mengambil hikmah sejarah pada masa lalu yang pernah dicetuskan Mahapatih Gadjah Mada dengan Sumpah Palapa-nya yang ingin mempersatukan Nusantara.

"Perlu adanya sosialisasi tentang sosok Gadjah Mada itu sendiri beserta kiprahnya untuk mengeliminasi kesalahpahaman terhadap makna dan spirit Sumpah Palapa," katanya.

Ia pun mengimbau agar generasi muda dapat mengerti dan memahami spirit dan cita-cita yang ada di Sumpah Palapa dan mengambil hikmah dari peristiwa bersejarah tersebut.

"Dengan begitu, akan mengembalikan mentalitas bangsa ini sebagai bangsa yang unggul dan jaya yang dibangun oleh persatuan dalam keragaman," kata Ngatawi.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top