Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Natal, Sebuah Kepedulian

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

oleh rev junry jan alow, mdiv,mth

Natal sejatinya sebuah bentuk kepedulian Allah terhadap manusia berdosa. Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, sejak saat itulah manusia terpisah dari Allah (Kejadian 3). Tetapi dalam pasal yang sama kitab Kejadian 3 itu, Allah berinisiatif memberi solusi atas dosa dan keterpisahan tersebut.

Allah berjanji mengutus Juruselamat melalui perawan Maria. Nubuat tersebut sangat jelas tertulis dalam Kejadian 3: 15 yang berbunyi, "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya. Keturunannya akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya."

Sekali lagi, solusi atas dosa manusia adalah kepedulian dan keprihatinan Allah sehingga Dia mengutus Anak-Nya Yang Tunggal. Maka, barangsiapa yang percaya kepada Putra akan mendapat keselamatan dari Allah. Inilah yang disebut anugerah Allah melalui Yesus yang menjadi satu-satunya jalan dalam pendamaian serta penyelesaian manusia dari dosa (Yohanes 3:16).

Proses yang dijalani bayi Yesus sejak awal kelahiran-Nya juga sungguh memprihatinkan. Kisah ini memberi pelajaran bahwa Sang Bayi Yesus juga mengalami masa-masa sulit. Ini mulai dari ancaman pembunuhan oleh Raja Herodes sampai pengungsian ke Mesir karena terancam pembunuhan itu.

Bahkan pada masa kelahiran-Nya pun sungguh sangat memprihatinkan. Yusuf dan Maria tidak mendapat tempat penginapan, sehingga terpaksa menerima tawaran untuk tinggal dan menginap di kandang hewan sampai masa kelahiran tiba. Bayi Yesus pun, setelah dilahirkan, dibaringkan di palungan, tempat makan hewan ternak di kandang.

Bau aroma khas kotoran hewan tercium dan terasa pada masa persalinan Maria ketika melahirkan Juruselamat. Semiskin-miskinnya manusia, sangat jarang ada orang yang lahir di kandang hewan dan dibaringkan di tempat makan peliharaan yang disebut palungan. Tapi, pengalaman Natal, mungkin menjadi kelahiran paling langka.

Di sinilah empati, simpati, serta kepedulian Allah terhadap situasi manusia yang kotor, gelap, dan berada dalam dosa, diperlihatkan. Di tengah konteks seperti inilah Natal dihayati Yusuf, Maria, serta para gembala.

Natal adalah bentuk inkarnasi Allah menjadi daging dalam rupa dan bentuk manusia. Allah adalah Roh yang mengambil rupa seorang hamba. Dia mengosongkan diri dan menjelma menjadi manusia, menjadi sama seperti kita memiliki darah dan daging (kenosis). Dia bahkan bertumbuh besar layaknya manusia biasa seperti kita.

Lukas 2:52 berkata, "Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya, serta makin dikasihi oleh Allah dan manusia." Inkarnasi Allah adalah praktik nyata kasih kepedulian Bapa terhadap manusia berdosa. Inkarnasi adalah penyangkalan dan pembatasan Diri Allah demi manusia yang berdosa.

Kelahiran Natal adalah mahakarya Allah terhadap situasi ketidakberdayaan dan keterbatasan manusia melepaskan diri dari jerat dosa. Allah memasuki kelahiran untuk mengambil kembali manusia yang memisahkan, menjauhkan, serta mengucilkan diri dari Allah. Itulah sifat manusia berdosa, menjauhkan diri dari kasih Allah.

Manusia terjerat dosa sehingga tidak mau mendekat kepada Allah Yang hidup. Allah berinisiatif mencari dan menyelamatkan manusia. Sebaliknya, manusia justru menjauh. Tapi peristiwa Natal merekatkan kembali manusia kepada Bapa yang mau melawat manusia berdosa. Dia Allah yang mengasihi dan mau menyelamatkan manusia.

Natal semestinya sebuah hari raya peringatan kelahiran Yesus sebagai pengingat Allah yang turun ke bumi dalam bayi Yesus. Esensi Natal adalah lawatan Allah kepada manusia. Tetapi lama-kelamaan Natal bergeser makna dan artinya menjadi sekadar seremonial. Dia hanya dimaknai sebagai ritual dan perayaan. Natal terbatas pada kerlap- kerlip lampu, dekorasi, santa Klaus, dan pohon natal.

Bahkan Natal menjadi sekadar potongan harga dan sale di mal-mal atau pusat-pusat perbelanjaan. Natal bergeser arti dan maknanya. Ini harusnya membuat kita prihatin dan sedih. Berita natal yang agung dan mulia mengalami degradasi arti dan makna. Misi Allah dengan mengutus Putra Tunggal tereliminasi pada hingar-bingar dan hiruk-pikuk seremonial.

Keprihatinan

Natal dirayakan di tengah keprihatinan berbagai peristiwa yang jauh dari kehendak surge seperti penembakan pekerja Trans Papua, OTT terus-menerus oleh KPK terhadap banyak pejabat. Natal harus menjadi silih atas dosa-dosa para pelaku.

Natal juga ikut sedih dan prihatin kejadian bencana tsunami di pantai-pantai Banten dan Lampung Selatan. Atau kejadian beberapa waktu lalu seperti likuifaksi di Palu, Donggala, Sigi. Terkait ini, Natal harus dirayakan dalam kesederhanaan sebagai sikap simpati pada para korban. Natal harus menghibur para korban bencana. Maka, dana-dana pesta, sebaiknya dikumpulkan untuk para korban. Jangan ada pesta bermewah-mewah di tengah kepedihan sesama.

Natal juga dirayakan di tengah kemarakan berita-berita hoax dan ujaran kebencian yang berseliweran di media sosial. Terkait ini, Natal harus menjadi sumber kebenaran sejati dan silih atas segala kebencian karena yang ada di kandang hanyalah kasih Yesus. Menimbalah sukacita dan kasih dari kandang Natal, untuk menghalau ujaran kebencian.

Natal pun tak lepas dari situasi kampanye menjelang Pemilu Serentak 2019. Maka, Natal harus menjadi sumber inspirasi membebaskan manusia dari kedengkian satu sama lain. Natal harus menjadi motivasi menyejahterakan rakyat, bila kelak menang pemilu. Namun berbagai situasi tersebut, tak mampu menghambat kasih dan kepedulian Yesus untuk membebaskan manusia dari dosa.

Penulis seorang pendeta, dosen UPH

Komentar

Komentar
()

Top