Musik Sunda yang Makin Mendunia
» Sekelompok pelajar dari mancanegara tengah belajar bermain angklung di bawah bimbingan instruktur di Saung Udjo Bandung.
Foto: KORAN JAKARTA/Teguh RahardjoKekayaan ragam seni budaya wilayah Jawa Barat (Jabar) khususnya dalam bidang musik daerah kembali dikolaborasikan dengan musik dari mancanegara.
Tak disangka, musik Sunda ternyata bisa klop dengan aransemen musik internasional atau dari luar negeri, bahkan menciptakan harmoni World Music.
Namun penikmat world music ini masih belum sebanyak musik pop, meski sejumlah acara untuk memperkenalkan musik Sunda atau tradisional asal Jabar dalam bentuk world music beberapa kali dilakukan.
Terakhir masyarakat Bandung menikmati world music tradisi Sunda ini pada tahun 2011 lalu, melalui West Java World Music Festival (WJWMF). Tahun itu merupakan gelaran kedua, namun setelahnya tidak terdengar lagi.
Padahal saat itu masyarakat begitu menikmati pertunjukan seni budaya yang ikut meramaikan event world music. Seperti Seni Kuda Tanji dari Kabupaten Sumedang, Gotong Singa dan Genjring Ronyok dari Kabupaten Subang atau Seni Kunclung dari Kabupaten Bandung.
Banyak alat musik tradisional asal Jabar yang dapat dikolaborasikan dengan musik modern untuk menciptakan world music. Paling banyak adalah yang menggunakan bahan dari bambu. Misalnya karinding.
Alat musik unik yang dibunyikan dengan menempelkan pada bibir dan digetarkan itu semakin sakral jika dimainkan dalam jumlah banyak. Suaranya akan terdengar mendengung seperti ribuan lebah keluar dari alat musik tradisional ini.
Lalu ada pula angklung yang tidak asing, dan arumba. Arumba ini mudah dimainkan sehingga disukai dan banyak dimainkan pemusik asing.
Produk Kolaboratif
Mendengarkan kolaborasi musik Sunda dengan musik mancanegara memberikan pengalaman baru, dan bagi senimannya sendiri, kolaborasi ini tentunya lebih mengeksplorasi kemahiran dalam bermusik. Musik khas tradisional asal Jabar dianggap mudah untuk berkolaborasi dengan musik modern dari musisi asing. Sehingga cukup banyak produk musik kolaboratif yang kini dapat dinikmati.
Salah satu kelompok musik tradisional yang aktif dalam pengembangan world music adalah Samba Sunda. Mereka merupakan kelompok musik tradisi, kreasi, dan kontemporer, di mana kini mereka juga menggarap musik tradisi dari berbagai wilayah di Indonesia, bukan hanya dari Jabar saja.
Ditemui disela persiapan Matasora World Music Festival di Bandung, Pimpinan Samba Sunda, Ismet Ruchimat mengatakan selain memproduksi rekaman musik tradisi dan kolaborasi, mereka juga melakukan konservasi musik tradisi.
Nama Samba Sunda mulai diperkenalkan pada 1990. Saat membuat album perdana, awalnya menggunakan nama PRAWA. Di dalam album berjudul Rhytmical in Sundanese People, ada satu judul lagu, Samba Sunda. Yang akhirnya lebih cocok dijadikan nama kelompok musisi tradisional ini.
Samba Sunda telah beberapa kali tampil dalam berbagai event dalam dan luar negeri, diantaranya tercatat sebagai Best Performance pada Multi Cultural Of Asian Music Festival di Colombo Sri Lanka pada 1999.
Menjelang pergantian 2000-2001 ini mereka menghasilkan dua album baru yang berjudul Takbir dan Shalawat serta Magic Skin Of Drums. Dengan komposisi lagu yang semakin banyak, mereka pun mulai berkeliling konser ke berbagai negara di Asia dan Eropa. Seperti Malaysia, Jerman, Belanda serta Amerika Serikat.
"Sebenarnya nama Samba Sunda diambil dari akronim Samba dan Sunda. Samba dalam ruang lingkup budaya Cirebon mempunyai pengertian remaja yang sedang menuju masa puber. Sedangkan nama Sunda merupakan nama suku atau etnis di Jabar. Kami sebagai generasi muda yang penuh semangat moril dalam mengembangkan nilai luhur seni budaya Indonesia," ujar Ismet.
Dalam proses perjalanan musikalnya mereka kemudian banyak melakukan kolaborasi. Memadukan instrumen musik dari berbagai etnis yang berbeda, seperti Bali, Sumatra, India, Afrika, Finlandia, dan lain-lain.
"Kami memang terus berupaya menuju suatu orientasi musik yang sedang populer saat ini dengan istilah world music," tegasnya.
Kolaborasi musik Sunda yang unik ini menarik perhatian dari musisi lain bahkan membuatnya sering mengikuti undangan provinsi dan negara lain. Misalnya Samba Sunda ikut mengisi Festival Gendang Serumpun Se-Asean yang diselenggarakan di Pakanbaru, mengisi 202 naning International Art Festival of Folkshing di Tiongkok, dan banyak lagi lainnya.
"Selama dua hari kami akan menyajikan musik-musik kolaborasi antara dunia. Musik etnis Indonesia atau Sunda akan berkolaborasi dengan musik dari Inggris dan negara lainnya. Ini akan menjadi pertunjukan akhir pekan yang menarik bagi penikmat musik," ujarnya belum lama ini.
Colin Bass, musisi asal Inggris yang menciptakan lagu Denpasar Moon mengatakan sangat menarik jika musik internasional atau musik khas dari Inggris dikolaborasikan dengan Sunda. Menurutnya alat musik tradisional Sunda, seperti suling, angklung dan lainnya sangat mudah untuk dikolaborasikan.
"Kami sangat menikmati kolaborasi musik Sunda ini, dan kami ingin world music ini didengar masyarakat secara luas," tuturnya. tgh/R-1
Judul Lagu dari Makanan Khas
Musik tradisional Jabar ternyata tidak lepas dari kuliner khasnya. Banyak lagu yang menceritakan nama makanan khas, kemudian ngetop. Kadang syair lagunya menceritakan asal-usul kuliner khas itu. Lagu-lagu ini sudah sejak lama muncul dan sering menjadi tembang bermain anak-anak.
Hampir di tiap kabupaten/kota di Jabar memiliki masakan, minuman atau jajanan khas. Bandung dengan Peuyeum-nya, Sumedang dengan Tahu-nya, Galendo dari Ciamis, Dodol dari Garut, dan Tauco dari Cianjur adalah sebagian kecil dari makanan khas yang menjadi icon dari daerah-daerah tersebut dan menjadi oleh-oleh yang wajib dibawa wisatawan.
Rupanya hal ini menjadi inspirasi para seniman Jabar untuk menciptakan kawih atau tembang yang bertemakan makanan khas suatu daerah atau setidaknya menyebutkan nama makanan tersebut.
Lagu Tauco Cianjur pernah dipopulerkan juru kawih sohor Upit Sarimanah pada 1962. Tahu Cibuntu oleh almarhum Darso yang dinyanyikan dengan iringan musik bambu, calung. Lalu ada Peuyeum Bandung dan Borondong Garing, lagu zaman dahulu yang sering dirilis ulang para juru kawih dengan jenis musik yang berbeda dan lebih modern, menyesuaikan dengan tren musik terbaru.
Ada juga lagu Surabi Haneut yang dinyanyikan artis Sunda Bungsu Bandung. Lagu ini populer dan digemari oleh para pecinta musik Pop Sunda saat ini. Bahkan ada sebuah band beraliran pop dan rock Jepang yaitu Jafunisun merilis lagu berjudul Tahu Sumedang, yang berbahasa Sunda. tgh/R-1
Redaktur:
Penulis:
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Electricity Connect 2024, Momentum Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional
- 2 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 3 Tim Putra LavAni Kembali Tembus Grand Final Usai Bungkam Indomaret
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Seminar Internasional SIL UI Soroti Koperasi Indonesia di Era Anthropocene
Berita Terkini
- Undav Diperkirakan Absen Sampai Akhir Tahun karena Cedera Serius Ini
- Berantas Korupsi, KPK Beri Penyuluhan Pencegahan Tipikor untuk 60 Anggota DPRD Sukabumi
- Inggris Dukung Program Makan Bergizi Gratis untuk Anak di Indonesia
- Benny Jozua Mamoto Terpilih Jadi Anggota Dewan Pengawas KPK
- Program makan siang bergizi gratis untuk masyarakat