![](https://koran-jakarta.com/img/site-logo-white.png)
Museum Benteng Vredeburg Segera Tampil dengan Wajah Baru
Salah satu bagian dari jagang atau bekas parit Benteng Vredeburg sedang dilakukan pembangunan Air Mancur Menari atau Dancing Fountain pada Sabtu (27/4). Pembangunan ini merupakan bagian dari revitalisasi Museum Benteng Vredeburg yang dilakukan oleh Indonesia Heritage Agency (IHA).
Foto: Koran-Jakarta/Dok. Indonesia Heritage AgencyYOGYAKARTA - Benteng Vredeburg merupakan peninggalan kolonial tertua yang ada di Yogyakarta. Pembangunannya bertujuan untuk mengontrol Kesultanan sebagai kerajaan baru pasca disetujuinya Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755 yang melibatkan melibatkan VOC dan perwakilan dari Mataram Islam yaitu Pakubuwana III dan Pangeran Mangkubumi.
Proses pembangunan Benteng Vredeburg memakan waktu yang panjang dimulai dari 1760 berupa benteng sederhana berbentuk bujur sangkar. Selanjutnya, pada 1765 dibuat lebih permanen agar lebih menjamin keamanan atas persetujuan Sultan dengan nama Rustenburg artinya 'Benteng Peristirahatan'.
Gempa dahsyat di Yogyakarta pada 1867 merobohkan beberapa bangunan besar seperti Gedung Residen (yang dibangun tahun 1824), Tugu Pal Putih, termasuk Benteng Rustenburg. Bersama bangunan yang lain benteng ini dibangun kembali dengan nama Vredeburg yang berarti 'Benteng Perdamaian'. Nama ini diambil karena antara Kesultanan Yogyakarta dengan pihak Belanda yang tidak saling menyerang ketika itu.
Kini benteng Vredeburg berstatus sebagai cagar budaya dengan nama Museum Benteng Vredeburg. Dikelola di bawah Indonesian Heritage Agency (IHA), Benteng Vredeburg kini sedang dalam tahap revitalisasi dengan biaya Rp50 miliar. Proses ini rencananya akan selesai dan diresmikan pada 16 Mei 2024.
Ketua Tim Komunikasi dan Kemitraan Museum dan Cagar Budaya, Valentina Beatrix menuturkan IHA sebagai badan layanan umum museum dan cagar budaya di bawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Museum Benteng Vredeburg merupakan museum unggulan.
"Kami saat ini bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan galeri serta 34 situs cagar budaya nasional di Indonesia. Salah satu unggulan dari 18 museum tersebut adalah Museum Vredeburg. Potensinya sangat luar biasa dan dikenal sampai luar negeri," katanya di Yogyakarta, Sabtu (27/4).
Sementara itu, Plt. Kepala Indonesian Heritage Agency (IHA), Ahmad Mahendra melalui siaran pers menjelaskan, revitalisasi Museum Benteng Vredeburg sebagai bagian dari komitmen IHA untuk mengoptimalkan standar pelayanan dan pengelolaan museum yang profesional. Sejumlah proyek revitalisasi yang bertujuan memperbaiki fasilitas serta meningkatkan pengalaman pengunjung.
"Dengan mengedepankan konsep reimajinasi museum, IHA berkomitmen untuk mengubah persepsi dan fungsi tradisional museum, menjadikannya ruang komunal yang dinamis guna mendorong interaksi antara pengunjung dengan museum itu sendiri," ujar dia.
Dalam revitalisasi, IHA mengadopsi pendekatan revolusioner, menekankan konsep reimajinasi untuk mengubah persepsi dan fungsi tradisional museum dan situs cagar budaya. Dengan strategi yang mencakup reprogramming, redesigning, dan reinvigorating, inisiatif ini tidak hanya memprioritaskan peran museum dalam masyarakat, tapi juga meningkatkan interaksi pengunjung dengan warisan budaya melalui penelitian, program pendidikan, dan pengalaman yang lebih interaktif dan menarik.
Proyek revitalisasi Museum Benteng Vredeburg yang dilakukan antara lain perbaikan kerusakan serta pemeliharaan bangunan yang mencakup perbaikan jalur dalam, termasuk sarana dan prasarana publik seperti toilet, mushala dan pembenahan lingkungan dalam. Pembenahan signage untuk memudahkan pengunjung menemukan kebutuhannya.
"Kemudian Pembenahan Ruang Diorama 1, 2, 3, dan 4 juga dilakukan. Pembenahan lanskap dan area lingkungan Museum Benteng Vredeburg antara lain area lahan parkir, jalur plaza pintu masuk sisi barat, area ticketing, area edupark, area pagar jagang, pembuatan Taman Patriot serta pembenahan area Bastion," terangnya.
Ahmad mengatakan, proses revitalisasi Museum Benteng Vredeburg dilakukan secara transparan, melibatkan berbagai pihak terkait dan memperhatikan kebutuhan serta aspirasi masyarakat. Diharapkan tempat ini bukan hanya sekadar tempat menyimpan 7.000 benda peninggalan bersejarah bangsa Indonesia, tetapi juga sebuah institusi yang berperan dalam pelestarian sejarah dan identitas nasional.
"Dengan menggali lebih dalam makna dari transformasi ini, kami berharap dapat memperkuat apresiasi terhadap keberagaman budaya Indonesia dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian sejarah dalam menjaga identitas nasional. Kami percaya melalui partisipasi publik, kita dapat menciptakan museum yang lebih inklusif dan relevan bagi masyarakat modern," ucap Ahmad Mahendra.
Penanggung Jawab Unit Museum Benteng Vredeburg, M. Rosyid Ridlo menjelaskan, proses transformasi museum ini bukan hanya untuk perbaikan fisik, namun pihaknya juga mengupayakan untuk memperkuat peran museum sebagai pusat kebudayaan yang dinamis, inklusif dan menarik. Museum ini diharapkan menjadi tempat mempromosikan apresiasi terhadap keberagaman budaya Indonesia serta kesadaran akan pentingnya pelestarian sejarah.
"Kami menghadirkan konsep wisata yang edukatif dan menghibur dengan menampilkan kesejarahan. Museum yang dekat sekali dengan Nol Km Yogyakarta ini kawasan yang tidak pernah ada tidurnya," ungkapnya.
Ia mengatakan Benteng Vredeburg dikenal sebagai tetenger atau penanda. Namun ia mengakui sebelumnya jarang orang yang tertarik masuk untuk melihat bagian dalam benteng dengan 7.000 koleksi sejarah yang dimiliki mulai dari era Diponegoro hingga Orde Baru.
Satu program baru yang akan diluncurkan, kata Rosyid, saat Museum Benteng Vredeburg kembali beroperasi kembali adalah 'Wisata Malam Vredeburg." Program ini akan pertama kali akan diluncurkan pada saat peresmian IHA dilaksanakan pada bulan Mei mendatang di museum ini.
Program program Wisata Malam Vredeburg menghadirkan Magic Wall, Video Mapping dan juga Air Mancur Menari (Dancing Fountain). Teknologi Informasi yakni Magic Wall akan menjelaskan sepak terjang Pangeran Diponegoro ketika disentuh.
Kemudian sebagai implementasi digitalisasi terdapat juga Video Mapping dengan Media Relief (pada diorama 3) yang mengisahkan peristiwa pada masa revolusi fisik. Dancing Fountain akan bergerak diselaraskan dengan tiga lagu yang diputar. Lokasinya berada di bagian depan bangunan bentang yang menghadap Jalan Malioboro.
Rosyid lebih jauh memaparkan, Museum Benteng Vredeburg juga akan mengoptimalkan area museum yang memiliki luas sekitar 46.574 meter persegi. Selain itu juga mengoptimalkan fungsinya sebagai ruang publik komunal, guna menjawab kebutuhan publik akan edukasi dan rekreasi sekaligus mengakomodasi aktivitas publik dengan membangun coworking space, coffee shop dengan nama Rustenburg, ruang anak dan merchandise shop.
- Baca Juga: Raker soal Jaminan Kesehatan Nasional
- Baca Juga: Jaga Kesehatan Tanpa Khawatir Biaya
"Proyek revitalisasi sedang kami maksimalkan dan saat ini berjalan sesuai rencana dimana akan rampung dan dibuka kembali untuk publik pada awal bulan Juni 2024," ujar dia.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Haryo Brono
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 PLN UP3 Kotamobagu Tanam Ratusan Pohon untuk Kelestarian Lingkungan
- 2 Belinda Bencic Raih Gelar Pertama
- 3 Ada Efisiensi Anggaran, BKPM Tetap Lakukan Promosi Investasi di IKN
- 4 Regulasi Pasti, Investasi Bersemi! Apindo Desak Langkah Konkret Pemerintah
- 5 Bursa Makin Bergairah! 15 Juta Investor Ramaikan Pasar Modal Indonesia