Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mudik Lebaran

Foto : ANTARA/Nova Wahyudi
A   A   A   Pengaturan Font

Tahun lalu, banyak yang maklum dan bisa mengerti ketika pemerintah melarang warga mudik saat Lebaran guna mencegah meluasnya mata rantai penyebaran virus korona (Covid-19) ke berbagai wilayah Tanah Air. Karena saat itu memang pandemi yang bermula dari Wuhan di daratan Tiongkok lagi ganas-ganasnya.

Namun dengan berbagai cara, masyarakat tetap saja ada yang nekat mudik ke kampung halamannya. Ada yang rombongan menyewa kendaraan. Ada juga yang "diselundupkan" di kendaraan niaga guna mengelabui petugas. Yang bernasib baik bisa lolos dan berlebaran kumpul bersama keluarga.

Yang bernasib sial karena ketahuan petugas terpaksa diminta balik ke tempat asal. Yang agak lumayan, tidak dipulangkan ke domisili asal, tetapi yang bersangkutan harus menjalani isolasi mandiri dan tetap tidak bisa merayakan Idul Fitri bersama keluarga.

Kini, pandemi sudah lebih dari setahun. Grafik kasus baru Covid-19 sudah menurun, rata-rata sudah di angka 6.000-an per hari, jauh lebih rendah dari puncak masa pandemi akhir tahun lalu yang mencapai 14.000-an kasus baru per hari. Ini karena masyarakat sudah semakin sadar bahaya penularan virus SARS-CoV-2. Masyarakat semakin disiplin, sudah terbiasa dengan protokol kesehatan yang ditetapkan.

Bila kondisi itu bisa dipertahankan, bukan tidak mungkin jumlah kasus baru akan semakin turun. Apalagi vaksinasi sudah dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Jika pasokan vaksin baik dari luar negeri dan dalam negeri lancar, bukan tidak mungkin pertengahan tahun depan, 160-187 juta (60-70 persen) rakyat Indonesia sudah divaksin. Menurut WHO, angka itu harus dicapai untuk terciptanya kekebalan kelompok (herd immunity).

Meski demikian, untuk tahun ini sebaiknya masyarakat dengan kesadaran sendiri, tidak perlu menunggu pengumuman pemerintah, menahan diri untuk tidak mudik. Memang ini berat, tahun lalu sudah tidak mudik, masa tahun ini juga tidak mudik. Tetapi, itu pilihan terbaik demi mempercepat berakhirnya pandemi.

Kita sudah punya pengalaman, setelah liburan panjang, angka kasus baru Covid-19 selalu melonjak. Jangan sampai hal itu terulang lagi. Kelalaian yang kita lakukan saat mudik Lebaran membuat semua usaha yang kita lakukan untuk menghentikan pandemi menjadi sia-sia. Kita semua tidak mau melangkah mundur dalam memerangi pandemi ini.

Tentu, kita masih ingat kasus yang menimpa rombongan pemain bulu tangkis Indonesia saat mengikuti turnamen All England di Inggris. Hanya karena mereka berada dalam satu pesawat dengan salah satu penumpang yang positif tertular Covid-19, mereka dipaksa mundur oleh NHS (National Health Service) dari kejuaraan yang telah mengharumkan nama Indonesia itu. Seluruh pemain Indonesia yang berada dalam penerbangan tersebut harus isolasi mandiri selama 10 hari.

Sikap tegas Inggris terhadap kepatuhan protokol kesehatan perlu kita tiru. Sebagai negara pertama di dunia yang melakukan vaksinasi, mereka tidak mau kecolongan. Mereka sadar, tanpa upaya keras dan tegas, pandemi ini sulit diramalkan kapan akan berakhir.


Redaktur : M. Selamet Susanto
Penulis : M. Selamet Susanto

Komentar

Komentar
()

Top