![Mpu Uteun, Kelompok Perempuan Pelindung Hutan Aceh yang Melawan Patriarki](https://koran-jakarta.com/images/article/mpu-uteun-kelompok-perempuan-pelindung-hutan-aceh-yang-melawan-patriarki-230421131543.jpg)
Mpu Uteun, Kelompok Perempuan Pelindung Hutan Aceh yang Melawan Patriarki
![Mpu Uteun, Kelompok Perempuan Pelindung Hutan Aceh yang Melawan Patriarki](https://koran-jakarta.com/images/article/mpu-uteun-kelompok-perempuan-pelindung-hutan-aceh-yang-melawan-patriarki-230421131543.jpg)
Anggota Mpu Uteun saat patroli hutan.
Kelompok perempuan pengampu alam sudah lama bermunculan. Di Indonesia, ada perempuan Dayak Benawan di Kalimantan Barat, perempuan Kendeng di Jawa Tengah, Kelompok Perempuan Peduli Lingkungan Taman Nasional Kerinci Seblat, atau perempuan Mollo di Nusa Tenggara Barat.
Sayangnya, karena budaya patriarki yang masih kental di Indonesia, sektor hutan dan lahan masih didominasi oleh laki-laki. Perempuan hanya memegang peran marginal dalam proses pembuatan kebijakan di sektor ini.
Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama mengubah situasi ini. Perempuan harus terlibat secara memadai dan berarti sejak tahap perencanaan pengelolaan sektor hutan dan lahan. Program ataupun kebijakan yang mengecilkan perempuan justru berisiko tak efektif atau bahkan berdampak lebih buruk terhadap kaum hawa.
Langkah praktis dapat dimulai dengan pemakaian perspektif ekofeminisme dalam perencanaan program ataupun kebijakan, misalnya dengan pelibatan perempuan setempat dalam perencanaan pengelolaan hutan di suatu daerah. Harapannya, suara perempuan bisa lebih didengarkan, terutama yang berasal dari komunitas lokal dan merasakan dampak langsung kerusakan hutan.
Karina Utami Dewi, Assistant Professor in International Relations, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan Masitoh Nur Rohma, Assistant Professor in International Relations, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya