Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kinerja Perekonomian | Mobilitas yang Dukung Konsumsi Domestik Kunci Utama Ekonomi ke Depan

Mobilitas Jaga Konsumsi Domestik

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kinerja perekonomian nasional dinilai cukup kuat tahun ini di tengah ketidakpastian kondisi global. Tahun depan, perekonomian dalam negeri diperkirakan masih kuat dalam menghadapi risiko resesi global.

Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan Indonesia saat ini masih menjadi negara dengan pertumbuhan tertinggi kedua di antara negara-negara anggota G20, setelah Arab Saudi. "Memiliki pasar domestik yang cukup kuat, perekonomian Indonesia juga relatif aman dari sisi internal dan diprediksi di tahun depan pertumbuhan ekonomi berada di antara 4,8 persen sampai 5,2 persen," ungkap Airlangga dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, akhir pekan lalu.

Kinerja impresif perekonomian Indonesia itu pun akan terus dipertahankan sepanjang 2022 dan didukung dengan faktor eksternal yang masih cukup aman sehingga Indonesia tidak termasuk ke dalam negara yang rentan terhadap masalah keuangan.

Namun, menghadapi berbagai tantangan ketidakpastian dan ancaman resesi global yang saat ini masih membayangi, pemerintah terus melakukan berbagai upaya antisipasi dan penguatan, serta sekaligus menumbuhkan optimisme bagi perekonomian nasional.

Di tengah ancaman resesi global, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo, menilai mobilitas yang bisa mendukung konsumsi domestik akan menjadi salah satu kunci utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023. "Kuncinya adalah mobilitas jangan diganggu. Artinya, Covid bisa kita atasi," kata Dody saat ditemui di sela-sela Pertemuan IMF-WB di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Jumat waktu setempat.

Dia memastikan mobilitas manusia maupun barang yang bisa mendorong kegiatan perekonomian kembali normal pada 2023, sehingga dapat berpengaruh tidak hanya kepada kinerja konsumsi, tetapi juga investasi. Selain itu, lanjut dia, sumber perekonomian seperti konsumsi maupun investasi juga akan terbantu likuiditas besar di sektor perbankan yang bisa menjadi basis pembiayaan baru.

Ekspor Tak Optimal

Namun, Dody menilai kinerja ekspor tidak tumbuh optimal seperti di 2021 dan 2022, meski ekspor komoditas masih menjadi primadona serta adanya penguatan industri hilirisasi atau olahan barang hasil mineral yang berorientasi ekspor. "Mungkin saja ekspor kita tidak sebesar 2021 dan 2022, tetapi akan tergantikan oleh domestic demand (konsumsi domestik)," kata Dody.

Sebelumnya, laporan World Economic Outlook (WEO) IMF terbaru memperkirakan perekonomian global pada kisaran 3,2 persen pada 2022, dan melambat hingga 2,7 persen di 2023, atau turun 0,2 persen dibandingkan outlook pada Juli 2022.

Meski perekonomian dunia melambat dan terancam resesi, IMF memperkirakan Indonesia masih bisa tumbuh pada kisaran lima persen pada 2023 atau sedikit menurun dari 5,3 persen pada 2022. Proyeksi ini juga sejalan dengan outlook BI yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 berada di sasaran 4,6-5,3 persen.

Sebelumnya, Bank Pembangunan Asia (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 menjadi 5 persen dari sebelumnya 5,2 persen. Ekonom Senior ADB, Henry Ma, menjelaskan penurunan proyeksi tersebut akibat ada normalisasi baik dari sisi konsumsi dan ekspor sehingga pertumbuhannya tidak akan setinggi pada 2022.

Ekspor Indonesia pada 2022 mengalami keuntungan dari peningkatan harga komoditas sehingga pertumbuhannya tinggi dan kontribusinya terhadap pertumbuhan maupun penerimaan negara juga besar.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top