Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perkembangan Sains

MIT: Energi Fusi Nuklir Segera Terealisasikan

Foto : Ken Filar/MIT

Rancangan “Sparc ” I Penampakan model reaktor fusi yang dirancang oleh MIT. Jika berfungsi, reaktor ini bisa jadi sumber energi yang ramah lingkungan karena tak menghasilkan karbon sama sekali.

A   A   A   Pengaturan Font

CAMBRIDGE - Impian tentang fusi nuklir akan segera menjadi kenyataan. Menurut sebuah laporan terbaru, Amerika Serikat (AS) akan mengoperasikan sumber tenaga fusi nuklir bebas karbon dalam kurun waktu 15 tahun mendatang.

Diwartakan The Guardian edisi Jumat (9/3), proyek kolaborasi antara para ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan swasta itu akan menggunakan pendekatan yang berbeda secara radikal dari yang pernah dilakukan, dengan mengubah fusi dari eksperimen yang mahal, menjadi energi yang layak dikonsumsi masyarakat.

Tim itu akan menggunakan superkonduktor bersuhu tinggi kelas baru, yang bisa menghasilkan reaktor fusi pertama di dunia. Energi yang dihasilkan akan lebih besar daripada energi yang dibutuhkan untuk proses mendapatkan reaksi fusi itu.

"Idenya adalah memiliki pembangkit tenaga kerja pada waktunya untuk memerangi perubahan iklim. Kami pikir kita memiliki pengetahuan, kecepatan dan skala untuk mengarahkan energi fusi bebas karbon ke jalurnya dalam 15 tahun," kata CEO Commonwealth Fusion Systems, Bob Mumgaard.

Harapan tentang energi fusi nuklir sangat besar, karena bisa menghasilkan sumber energi bebas karbon tanpa pembakaran. Masalahnya, sampai sekarang setiap percobaan fusi yang sudah dilakukan masih mengalami defisit energi sehingga membuat upaya itu tidak bermanfaat sebagai bentuk baru pembangkit listrik.

Energi Bersih

Melalui rentang waktu normal, dibutuhkan waktu 30 tahun untuk mencari bahan superkonduktor baru sebagai salah satu komponen utama reaktor fusi, yang menghasilkan daya magnet sangat kuat. Namun tim dari MIT yakin dapat mencapainya dalam separuhnya.

Fusi bekerja dengan konsep dasar penempaan unsur-unsur ringan, yang secara bersama membentuk unsur lebih berat. Ketika atom hidrogen ditekan cukup keras, akan menyatu menghasilkan helium, yang dalam prosesnya melepas sejumlah besar energi.

Namun proses itu menghasilkan energi bersih hanya pada suhu ekstrem ratusan juta derajat Celcius, yang suhunya lebih panas dari inti Matahari. Bahkan terlalu panas untuk bahan padat yang menahannya.

Untuk menyiasatinya, para ilmuwan menggunakan medan magnet yang kuat untuk menampung plasma panas. Magnet dihasilkan dari sebuah formulasi partikel subatomik gas, untuk mencegah panas bersentuhan ke bagian dalam dari ruangan berbentuk donat itu.

Bahan superkonduktor yang baru berupa pita baja yang dilapisi dengan senyawa yttrium-barium-copper oxide, atau YBCO. Senyawa itu membantu ilmuwan menghasilkan magnet yang lebih kecil dan lebih kuat.

Berbeda dengan bahan bakar fosil, atau bahan bakar nuklir seperti uranium yang digunakan dalam reaksi fisi, proyek ini tidak akan mengalami kekurangan hidrogen.

Wakil presiden riset MIT, Maria Zuber, mengatakan, pembangunan proyek tersebut dapat menjadi kemajuan besar dalam mengatasi perubahan iklim. "Jika kita berhasil, akan terjadi transformasi sistem energi dunia," pungkasnya.

SB/TheGuardian/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top