Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Miris, Anak Perempuan Masih Dianggap Aset untuk Dinikahkan Biar Dapat Mahar Uang

Foto : Istimewa

Ilustrasi pernikahan anak.

A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Sungguh miris melihat angka perkawinan anak di Indonesia yang masih tinggi menunjukkan bahwa secara nasional sumber daya manusia (SDM) Indonesia dalam ancaman.

Aktivis Nasyiatul Aisiyah, organisasi sayap perempuan PP Muhammadiyah, Rita Pranawati mengatakan ada lima faktor utama perkawinan anak yang musti diperhatikan, di antaranya situasi ekonomi, pornografi, kesehatan reproduksi, pola asuh, dan kultur serta pemahaman agama yang ideologis.

"Karena anak dianggap asset. Menikahkan anak ini orang tua akan mendapat mahar, dapat uang, serah-serahan. Itu dianggap sebagai motif ekonomi untuk melepas beban. Ada juga motif ini, sudah menyumbang banyak, tapi kok tidak ada timbal baliknya. Itu ada di madura. Jadi itu anak dianggap barang yang bisa dipertukarkan dengan barang komoditi. Itu sangat sedih sekali anak dianggap aset," jelas aktivis yang juga Wakil Ketua KPAI ini, dalam sebuah acara Talkshow Nasional PP Nasyiatul Aisiyah, kemarin.

Dalam pelanggaran hak anak jika terjadi perkawinan, Rita menyebutkan tiga kondisi yang dipengaruhi yaitu pada anak, ketika dalam pernikahan, dan dampaknya.

"Pada anak, terputus hak pendidikannya. Tidak terpenuhi hak bermain, memanfaatkan waktu luang. Terganggu hak untuk mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Meskipun secara bilogis masuk dewasa, tetapi organ reproduksinya belum siap. Dipaksa mengalami fase yang bukan fasenya. Menikah bukan menyelesaikan masalah, tetapi itu masuk ke permasalahan yang lebih kompleks," jelasnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top