Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Daya Beli Masyarakat | Larangan Ekspor CPO Dievaluasi Tiap Bulan

Minyak Goreng Picu Inflasi April

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pergerakan harga mayoritas komoditas pada April 2022 menunjukkan adanya kenaikan. Kenaikan harga minyak goreng berkontribusi besar mendorong kenaikan inflasi pada April 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada April 2022, terjadi inflasi sebesar 0,95 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 109,98. Angka ini cukup tinggi.

Kepala BPS, Margo Yuwono, menjelaskan dari 90 kota IHK yang dipantau, seluruh kota mengalami inflasi.

"Penyumbang inflasi utama pada April ini berasal dari komoditas minyak goreng, bensin, daging ayam ras, tarif angkutan udara, serta ikan segar," sebut Margo dalam konferensi persnya di Jakarta, Senin (9/5).

Komoditas lainnya yang juga mengalami kenaikan harga pada April 2022, terang Margo, antara lain bawang putih, air kemasan, gula pasir, kangkung, tempe, tahu, ayam, bayam, rokok kretek filter, daging sapi, telur ayam ras, bahan bakar rumah tangga, sewa rumah, sabun cair/cuci piring. Kemudian, sabun detergen bubuk/cair, angkutan antarkota, mobil, kue kering berminyak, nasi dengan lauk, dan emas perhiasan.

Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga pada April 2022, antara lain cabai rawit, cabai merah, tomat, dan beras. Dengan inflasi sebesar 0,95 persen di bulan April 2022 tersebut maka tingkat inflasi tahun kalender 2022 sebesar 2,15 persen, sedangkan inflasi tahun ke tahun (April 2022 terhadap April 2021) sebesar 3,47 persen.

Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau merupakan salah satu dari dua kelompok pengeluaran yang memberikan andil terbesar terhadap inflasi April yakni mencapai 0,46 persen.

"Komponen pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil terhadap inflasi April sebesar 0,46 persen atau terjadi inflasi 1,76 persen," jelas Margo.

Selain kelompok pengeluaran tersebut, inflasi April sebesar 0,95 persen (mtm) yang tertinggi sejak Januari 2017 ini turut dipicu oleh kelompok pengeluaran transportasi dengan andil mencapai 0,29 persen.

Kelompok pengeluaran transportasi sendiri mengalami inflasi sebesar 2,42 persen pada April 2022 karena adanya kenaikan harga bensin khususnya pertamax.

Peneliti Pusat Kajian Iklim Usaha dan Rantai Nilai Global LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Mohamad D. Revindo, secara khusus menyoroti masalah minyak goreng yang sudah berjalam sejak Oktober tahun 2021.

Ia mengatakan selain harga minyak goreng yang masih tinggi, keberadaannya juga masih jarang di pasar tradisional.

"Karena itu, ketersediaan minyak goreng curah di pasar tradisional akan sangat penting bagi masyarakat," tegasnya.

Dorong Hilirisasi

Ia berpandangan bahwa kebijakan ini bukan hanya untuk jangka pendek demi stabilisasi pasokan minyak goreng domestik, tetapi juga upaya hilirisasi produk olahan sawit.

Bagi pemerintah, kelangkaan dan harga tinggi minyak goreng merupakan ancaman terhadap stabilitas sosial dan ekonomi nasional mengingat pentingnya produk ini untuk rumah tangga yang daya belinya belum sepenuhnya pulih dari pandemi, untuk berbagai usaha yang menggunakan minyak goreng sebagai input-nya, dan ancaman inflasi secara umum.

Pasal 5 Permendag 22/2022 menjelaskan bahwa pelaksanaan larangan sementara ekspor produk sawit dan turunannya akan dievaluasi secara periodik setiap bulan atau sewaktu-waktu dalam hal diperlukan. "Pelarangan ekspor ini akan dilakukan hingga minyak goreng curah di masyarakat tersedia di pasar dengan harga 14.000 rupiah per liter di seluruh Indonesia," pungkasnya.


Redaktur : andes
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top