Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bisnis Hortikultura

Minimnya Sumber Air Picu Kenaikan Harga Cabai

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan, lonjakan harga cabai baru-baru ini karena beberapa faktor, salah satunya adalah terbatasnya sumber air di dataran tinggi. Hal lainnya, disebabkan oleh kurang terawatnya tanaman cabai seiring rendahnya harga cabai sebelumnya. Hal ini ditegaskan oleh Direktur Pemasaran dan Pengolahan Hasil Ditjen Hortikultura Kementan, Yasid Taufik di Jakarta, Kamis (11/7).

Lebih lanjut, Yasid mengatakan, faktor lainnya karena terhambatnya distribusi hasil panen dari daerah sentra ke non sentra akibat mahalnya biaya jasa ekspedisi. Menurut dia, kunci stabilisasi pasokan dan harga cabai tersebut ketersediaan air di lahan dan kelancaran distribusi.

"Kedua faktor ini yang terus dikawal dengan mengatur pola tanamnya agar sesuai kebutuhan dan selanjutnya secara otomatis berdampak pada terjaminnya stabilisasi harga dan pasokan cabai terjaga,"ungkapnya di Jakarta pada Kamis (11/7).

Dia menuturkan, bahwa harga cabai memang cenderung naik, namun masih batas toleransi. Di sisi lain ini juga sebagai bonus buat petani untuk mendapat untung guna menutupi utang akibat rendahnya harga cabai di musim tanam sebelumnya.

Sementara, Pelaksana Harian Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Mardhiyah Hayati menambahkan kenaikan harga cabai tidak akan berlangsung lama. Pasalnya, hukum supply demand cabai pada dasarnya mengikuti mekanisme pasar, meski dalam kondisi tertentu serjng terjadi anomali.

"Solusinya, ya mengatur pola tanam untuk penyediaan yang merata dengan memperhitungkan tingkat kebutuhan di masing-masing wilayah," ujar Mardhiyah.

Untuk itu, sambung Mardhiyah, kalau ada pola tanam yang sudah ditetapkan, petani harus mematuhinya. Misalnya, di Surabaya kemarin mencuat pemberitaan tentang harga cabai naik. Namun demikian, fakatanya adalah bukan karena di Jawa Timur tidak ada cabai, tetapi belum berproduksi optimal, seperti di Kediri, Malang dan Banyuwangi.

Masih Wajar

Ketua Paguyuban Petani Cabai di Kediri, Suyono melalui keterangan pernya mengatakan, gejolak itu masih dalam taraf yang wajar. Harga cabai di tingkat konsumen di Surabaya memang sedikit naik, tetapi tidak ekstrim. Bahkan cabe dari Sulawesi Selatan malah masuk ke Pasar Pare, Kediri.

Sementara, di Sulawesi Selatan cabe rawit merah tingkat petani 16.000- 20.000 rupiah per kg dan cabai keriting 20.000-25.000 rupiah per kg. "Kami minta pedagang jangan latah dengan fenomena ini. Sedikit naik, terus ikutan jual mahal di ecerannya. Kan kasihan konsumen,"paparnya. ers/E-12

Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top