Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Merajut Nusantara

Mewujudkan Tradisi Agung dari Keberagaman Budaya

Foto : dok.Merajut Nusantara
A   A   A   Pengaturan Font

Telah berkiprah di dunia fashion khususnya kebaya selama 15 tahun, akhirnya desainer kebaya Indonesia Vera Anggraini memberanikan dirinya untuk menggelar pagelaran fashion show pertamanya.

Bertajuk Merajut Nusantara, pertunjukan ini merupakan salah satu bentuk cinta Vera akan kecintaannya pada budaya Nusantara. Kecintaannya akan tradisi pernikahan Tanah Air dengan beragam budaya dan tradisinya yang indah, agung, dan juga sakral, kaya akan arti dan nilai filosofi dari budaya pernikahan tradisional Indonesia.

"Awalnya sempat ragu karena ini merupakan momen yang sangat luar biasa. Namun karena banyak yang mendukung dan cinta akan keragaman Indonesia, akhirnya bersedia menjalani proses ini," cerita Vera saat ditemui beberapa saat lalu di Jakarta.

Ia memamerkan empat puluh kebaya pernikahan Nusantara mulai dari Aceh hingga Papua yang sarat akan tradisi dan ritual yang telah disiapkan selama kurang lebih empat bulan. "Ini merupakan sesuatu yang sangat luar biasa, di luar bayangan. Saya gak muluk-muluk, agar semua orang dapat melihat kebaya Indonesia yang sangat beragam dan cantikcantik ini melalui pagelaran busana saya," katanya.

Ia menawarkan ragam yang kaya mulai dari bentuk kebaya, pemilihan bahan, maupun warna. Untuk bahan, ia menggunakan bahan-bahan seperti brokat, beludru, tenun, organdi tile, serta warna-warna terang semisalnya emas, hijau, marun, biru, ungu, dan silver.

Dibantu oleh sanggar-sanggar tradisional dari berbagai macam daerah dengan kolaborasi yang apik, Vera mampu menampilkan bentuk kebaya dengan siluet modern dipadupadankan sesuai pakem tradisi yang ada namun tetap dapat diterima oleh generasi saat kini.

Ia berharap dengan pagelaran Merajut Nusantara ini, masyarakat tidak akan lupa dengan budaya daerahnya masing- masing dan tetap bangga dengannya. "Kita bisa tetap bangga menjadi orang Indonesia dengan keberagaman suku yang ada dan melestarikannya dengan memakai baju tradisional saat pernikahan," harapnya.

Djaduk Ferianto selaku penata suara pada pagelaran tersebut juga menambahkan bahwa proses kreatif seperti itu harus terus melestarikan karena kebaya dapat menjadi salah satu investasi baru untuk generasi mendatang. "Banyak yang mencoba memberikan kontribusi nilai-nilai Indonesia, itu merupakan suatu usaha yang jika dilihat nilainya cukup tinggi dan bisa memberikan nilai tambah pada generasi baru dan menjadi suatu aset," terangnya.

Keindahan Tiga Segmen

Pada pagelaran fashion show Merajut Nusantara, terdapat tiga segmen yang menampilkan tiga bagian berbeda yang ada di Indonesia. Yang pertama dimulai dari Khatulistiwa, menampilkan 13 koleksi kebaya dari Sulawesi dan Indonesia Timur.

Penonton dibawa menikmati keindahan warna dan kekayaan tradisi Bali, Kutai, Nusa Tenggara Timur, Papua, Toraja, Mamuju, dan juga Bugis. Meskipun banyak daerah di Indonesia yang tidak memiliki kebaya, namun Vera menampilkan perpaduan antar budaya sehingga dapat memberikan kebaya yang indah dan dapat mencerminkan daerah tersebut.

Semisalnya pada Papua, ia memberikan ruffle di bagian leher dengan pencampuran warna abu-abu dan merah yang diiringi dengan dekorasi kristal sehingga cocok dengan hiasan kepalanya. "Dengan menampilkan modifikasi ini, suku-suku tertentu dapat menggunakan baju tradisional," kata Vera.

Untuk Jawadwipa menghadirkan kebaya dari pulau Jawa dan pulau di sekitarnya seperti Bali dan Madura. Ada sekitar 12 kebaya yang tampilkan. Penampilannya dibuka mulai dari adat Betawi, Sunda, dilanjutkan dengan kebaya Sumedang, Solo, Yogyakarta, Bojonegoro, Madura dan ditutup dengan tiga kebaya dari Bali.

Vera sengaja membawa tiga kebaya Bali karena ada setiap daerah di Bali memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing sehingga ia ingin agar masyarakat menjadi lebih tahu mengenai hal tersebut.

Pada bagian terakhir menampilkan kebaya Sumatera, Vera membawakan 15 kebaya mulai dari Aceh hingga Lampung. Ia mengkreasikan kebaya-kebaya tersebut dengan potongan modern dan dikolaborasikan dengan warna-warna yang berbeda dengan yang biasa dikenakan, terlebih di Sumatera memiliki warnawarna pakem yang tidak bisa dihilangkan.

Semisalnya baju tradisional yang memiliki pakem harus mengenakan warna emas, namun dapat dikolaborasikan dengan penggunaan warna silver atau rose gold dengan memberikan sedikit sentuhan warna emas. Selain itu, dapat pula menggunakan aksesoris dengan warna emas untuk mendukung penampilan tersebut.

Yang menarik, Vera memodifikasi budaya Lampung yang biasanya baju adatnya tidak menjuntai menjadi menjuntai ditambah dengan pemakaian aksesoris di bagian leher. "Jadi kainnya pakai kain tapis dan ditambah aksesoris koin-koin di setiap kain tapis tersebut," ujar Vera.

Pasar Potensial

Make up dan fashion merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Melihat laju perkembangan sosial media akhir-akhir ini yang begitu pesat, tidak menutup kemungkinan adanya trentren make up baru yang terus bermunculan.

Pergerakan Korean Wave di Indonesia semakin berkembang setiap tahunnya, ditambah lagi dengan kemajuan teknologi dan kemudahan mengakses halhal yang berbau Korea, mulai dari Drama Korea, Grup Musik Korea, dan lain-lainnya tidak menyurutkan para penggemarnya yang biasanya disebut Korean Fans untuk berhenti di sana, banyak pula yang akhirnya mengikuti tren-tren make up ala Korea.

Memang jika dibandingkan dengan make up barat yang lebih rumit dan lebih tegas, make up ala Korea jauh lebih simpel. "Make up barat itu lebih rumit langkah-langkahnya, ada contouring lah, baking lah," ujar Lizzie Parra, salah satu beauty influencer yang hadir ke acara opening store Moonshot.

Sedangkan untuk make up sendiri, orang Korea menurutnya menyukai sesuatu yang lebih natural. Mulai dari pemakaian alat make up yang tidak terlalu menor, lipstik ombre, hingga make up yang cenderung glowing atau dewy untuk memancarkan kesehatan kulitnya.

Menyikapi hal tersebut, sebuah brand make up Korea Moonshot pun melihat pasar Indonesia menjadi suatu lahan yang berpotensial untuk mengembangkan produknya di bidang make up.

"Kecantikan ala Korea sebenarnya masih luas dan lagi yang berbau Korean Wave saat ini sangat diterima di Indonesia. Jadi kami berharap dengan hadirnya Moonshot dapat memberikan alternatif kepada konsumen untuk mengekspresikan dirinya lewat make up tanpa meninggalkan kecantikan alaminya," tutur Amanda Bramana selaku Marketing Manager C&F.

gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top