Meta Luncurkan Model AI Baru untuk Mengurangi Keterlibatan Manusia
ilustrasi meta
Foto: fusion chatMeta, Perusahaan pemilik Facebook, baru saja mengumumkan peluncuran serangkaian model AI baru dari divisi risetnya, termasuk "Self-Taught Evaluator" yang dapat membuka jalan menuju pengurangan keterlibatan manusia dalam proses pengembangan AI.
Pengumuman ini dilakukan pada hari Jumat, 18 Oktober, mengikuti perkenalan alat tersebut dalam sebuah makalah yang dirilis pada bulan Agustus, yang menjelaskan bagaimana model ini mengandalkan teknik "chain of thought" yang sama seperti yang digunakan oleh model o1 terbaru dari OpenAI untuk membuat penilaian yang dapat diandalkan terhadap respons model.
Teknik ini melibatkan pemecahan masalah kompleks menjadi langkah-langkah logis yang lebih kecil, yang tampaknya meningkatkan akurasi respons terhadap masalah yang menantang di berbagai bidang, seperti sains, pemrograman, dan matematika. Dalam pengembangan model evaluator ini, para peneliti Meta menggunakan data yang sepenuhnya dihasilkan oleh AI untuk melatih model tersebut, sehingga menghilangkan keterlibatan manusia pada tahap ini.
Kemampuan untuk menggunakan AI dalam mengevaluasi AI dengan andal menawarkan sekilas tentang kemungkinan membangun agen AI otonom yang dapat belajar dari kesalahan mereka sendiri, menurut dua peneliti Meta yang terlibat dalam proyek tersebut.
Banyak orang dalam bidang AI membayangkan agen semacam itu sebagai asisten digital yang cukup cerdas untuk menjalankan berbagai tugas tanpa intervensi manusia.
Model yang mampu memperbaiki diri sendiri ini dapat mengurangi kebutuhan akan proses yang sering kali mahal dan tidak efisien yang saat ini dikenal sebagai Reinforcement Learning from Human Feedback (RLHF).
Proses ini memerlukan masukan dari pengamat manusia yang harus memiliki keahlian khusus untuk menandai data dengan akurat dan memverifikasi bahwa jawaban terhadap pertanyaan kompleks dalam matematika dan penulisan adalah benar. "Kami berharap, seiring dengan berkembangnya AI yang semakin super-manusia, ia akan semakin baik dalam memeriksa kinerjanya sendiri, sehingga ia sebenarnya akan lebih baik daripada rata-rata manusia," kata Jason Weston, salah satu peneliti, dilansir dari Reuters, Minggu, (20/10).
"Ide untuk belajar sendiri dan dapat melakukan evaluasi diri adalah kunci untuk mencapai tingkat AI super-manusia," tambahnya. Penelitian ini mencerminkan kemajuan signifikan dalam pengembangan AI yang dapat bekerja secara independen dan dapat meningkatkan efisiensi serta akurasi dalam berbagai aplikasi.
Perusahaan lain, termasuk Google dan Anthropic, juga telah menerbitkan penelitian tentang konsep RLAIF, atau Reinforcement Learning from AI Feedback. Namun, berbeda dengan Meta, perusahaan-perusahaan tersebut cenderung tidak merilis model mereka untuk digunakan secara publik.
Selain Self-Taught Evaluator, Meta juga merilis alat-alat AI lainnya pada hari Jumat, termasuk pembaruan untuk model identifikasi gambar mereka, Segment Anything, serta alat yang mempercepat waktu respons model bahasa besar (LLM) dan dataset yang dapat digunakan untuk membantu penemuan material anorganik baru. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen Meta untuk tetap berada di garis depan inovasi AI dan menyoroti potensi aplikasi luas dari teknologi baru ini di berbagai bidang.
Inovasi ini tidak hanya menjanjikan efisiensi yang lebih besar dalam pengembangan AI, tetapi juga membuka peluang baru untuk menciptakan asisten digital yang lebih cerdas dan mampu bekerja secara mandiri. Dengan kemajuan ini, Meta berusaha untuk membentuk masa depan interaksi manusia dengan teknologi, di mana AI dapat berfungsi sebagai rekan yang lebih handal dan efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks.
Dengan langkah ini, Meta tidak hanya menargetkan peningkatan kualitas dan kecepatan dalam proses pengembangan AI, tetapi juga berambisi untuk menciptakan ekosistem di mana AI dapat beradaptasi dan belajar tanpa ketergantungan pada masukan manusia yang konvensional.
Di tengah meningkatnya perhatian terhadap etika dan keamanan AI, pendekatan baru ini memberikan gambaran menarik tentang bagaimana teknologi dapat terus berkembang sambil menjaga prinsip-prinsip yang bertanggung jawab.
Dalam konteks ini, publikasi hasil penelitian dan alat baru oleh Meta dapat menjadi titik tolak bagi lebih banyak penelitian dan kolaborasi di masa depan, mendorong batasan apa yang mungkin dicapai oleh AI.
Seiring dengan berkembangnya teknologi ini, tantangan baru dan peluang menarik akan muncul, yang pada gilirannya dapat membentuk kembali cara kita memandang dan berinteraksi dengan kecerdasan buatan.
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Electricity Connect 2024, Momentum Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Tim Putra LavAni Kembali Tembus Grand Final Usai Bungkam Indomaret
Berita Terkini
- Kasdam Brigjen TNI Mohammad Andhy Kusuma Buka Kejuaraan Nasional Karate Championship 2024
- BNI Kantongi Gold Rank ASRRAT 4 Tahun Berturut-turut
- World Plastics Council and Global Plastics Alliance Minta Akhiri Polusi Plastik
- Lima Remaja Diamankan Polisi Saat Hendak Tawuran di Jakarta Barat
- Ini Peringkat 30 Eksportir Terbesar di Dunia, Indonesia Nomor 3 dari Belakang