Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Mertua Jenderal Bintang Empat Kopassus, Sang Menantu Kini Disebut Calon Kuat Panglima TNI

Foto : Istimewa

Jenderal Andika Perkasa dan Jenderal Hendropriyono.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pada Senin (11/10), mendadakMenteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno bertemu dengan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa di Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad) di Jakarta.Kedatangan menteri kepercayaan Presiden Jokowi ini pun memicu berbagai spekulasi.

Ada yang mengaitkannya dengan bursa calon Panglima TNI. Seperti diketahui, Jenderal Andika Perkasa, orang nomor satu di Angkatan Darat disebut sebagai salah satu calon kuat Panglima TNI. Perwira tinggi lainnya yang juga disebut sebagai calon kuat Panglima TNI adalah Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Yudo Margono.

Apakah kedatangan Menteri Pratikno ke Mabesad itu merupakan sinyal dari Istana bahwa Jenderal Andika Perkasa adalah jenderal yang akan dicalonkan sebagai pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto? Sampai saat ini belum ada kejelasan terkait itu.

Sosok Jenderal Andika sendiri memang selama ini selalu menyita perhatian. Ia juga bukan jenderal sembarangan. Mertuanya yakni Jenderal (Purn) Hendropriyono, juga bukan perwira ecek-ecek. Sang mertua, sama seperti Jenderal Andika, didikan Kopassus. Sama-sama prajurit Komando.

Jenderal Hendro yang lahir di Yogyakarta pada 7 Mei 1945 disebut salah satu legenda di Kopassus. Karirnya memang malang melintang di Korps Baret Merah. Bahkan, bersama dengan Kopassus, ia banyak terlibat dalam berbagai operasi militer penting. Salah satunya, diterjunkan ke Timor-Timur dalam Operasi Seroja.

Bersama Sintong Pandjaitan, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Sutiyoso, Hendro menjadi salah satu dari sederet jenderal senior Kopassus yang masih hidup. Hendro sendiri merupakan alumni Akademi Militer Nasional (AMN) tahun 1967.

Sejak lulus dari AMN (Akmil sekarang), Hendro mulai merintis karir di Kopassus. Jabatan pertama yang dipegangnya di Kopassus adalah sebagai Komandan Peleton dengan pangkat Letnan Dua Infanteri. Saat itu Kopassus masih bernama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha).

Setelah itu, Hendro didapuk menjadi Komandan Detasemen Tempur Para-Komando. Beberapa jabatan di Kopassus sempat dipegangnya antara lain Komandan Peleton Puspassus AD, Komandan Kompi Prayudha Kopassandha, Komandan Detasemen Tempur 13, dan Wakil Asisten Personel Kopasandha merangkap sebagai Wakil Asisten Operasi.

Karirnya kemudian banyak malang melintang di dunia intelijen. Hendro pernah menjabat sebagaiAsisten Intelijen Komando Daerah Militer Jakarta Raya/Kodam Jaya pada tahun 1986. Jabatan lainnya di dunia intelijen yang pernah dipegangnya adalah sebagaiDirektur Pengamanan VIP dan Objek Vital, Direktur Operasi Dalam Negeri Badan Intelijen Strategis (Bais) ABRI atau Bais TNI. Jabatan ini dipegang Hendro dari tahun 1991 sampai 1993. Di Bais TNI, Hendro juga pernah menjabat sebagaiDirektur D Badan Intelijen Strategis ABRI dan Direktur A Badan Intelijen Strategis ABRI.

Lalu, saat Megawati Soekarnoputri jadi Presiden, Hendro dipercaya untuk menduduki posisi sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang dipegangnya dari tahun 2001 sampai 2004. Perannya di dunia intelijen Indonesia cukup besar.

Hendro tercatat penggagas lahirnya Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) di Sentul, Bogor. Dan, pada bulan 7 Mei 2014, mertua dari Jenderal Andika Perkasa, Kasad saat ini, dikukuhkan sebagai guru besar di bidang ilmu Filsafat Intelijen STIN berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 2576f/A4.3/KP/2014.

Dengan dikukuhkannya Hendro sebagai Guru Besar Intelijen, maka ia pun menjadi satu-satunya dan pertama di dunia yang menjadi Profesor Intelijen. Atas gelar ini, nama Hendro tercatat masuk dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).

Jenderal Andika Perkasa juga bukan perwira sembarangan. Perwira kelahiran Bandung pada 21 Desember 1964 merupakan lulusan Akmil tahun 1987. Sejak 22 November 2018, mantan Danpaspampres ini resmi memegang posisi sebagai orang nomor satu di TNI AD.

Sama seperti mertuanya, Jenderal Andika adalah prajurit pasukan khusus. Dibesarkan di Korps Baret Merah. Di korps satuan elit TNI AD inilah, suami dari Diah Erwiany Trisnamurti Hendrati Hendropriyono atau akrab dipanggil Hetty Andika Perkasa mulai merintis karir militernya.

Di Korps Baret Merah, Andika pernah memegang beberapa posisi. Usai lulus dari Akmil tahun 1987, Jenderal Andika langsung masuk Kopassus. Jabatan pertama yang dipegangnya adalah sebagai Komandan Peleton Grup 2/Para Komando, Kopassus. Kemudian setelah itu menjabat Komandan Unit 3, Grup 2/Para Komando, Kopassus.

Tahun 1991, Jenderal Andika didapuk sebagai Komandan Subtim 2, Sat Gultor 81, Kopassus. Masih di Kopassus, sekitar tahun 1995, ia dipercaya menjadi Komandan Tim 3, Sat Gultor 81, Kopassus.

Setelah itu, menjadi Komandan Resimen 62, Yon 21 Grup 2/Para Komando, Kopassus yang dipegangnya mulai tahun 1997. Setahun berikutnya, ia menjadi Pama Kopassus.

Lalu jadi Pamen Kopassus. Tahun 2002, ia kembali ditarik ke Kopassus setelah bertugas di luar Korps Baret Merah. Di Kopassus, Jenderal Andika ditunjuk memangku jabatan sebagai Komandan Batalyon (Danyon) 32/Apta Sandhi Prayuda Utama, Grup 3/Sandhi Yudha, Kopassus dengan pangkat Letnan Kolonel. Setelah itu karirnya melesat. Andika pernah jadi Pangkostrad. Setelah itu naik kelas jadi Kasad. Kini, namanya disebut sebagai calon kuat Panglima TNI.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top