Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Mereduksi Risiko Gempa

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Oleh Totok Siswantara

Indonesia sedang berduka akibat gempa kedua Lombok berkekuatan 7 SR yang sampai kemarin siang tercatat lebih dari 80 korban jiwa. Angka ini akan masih bertambah karena belum semua korban terdata. Banyak bangunan, tempat ibadah, dan perumahan rusak. Korban gempa Lombok sebagian besar karena tertimpa bangunan yang roboh. Gempa beruntun diharapkan bisa meneguhkan mitigasi bencana.

Pemerintah daerah harus memiliki pengetahuan dan komitmen tinggi untuk mereduksi risiko bencana, khususnya infrastruktur publik dibangun dengan memperhatikan fleksibilitas terhadap gempa. Gempa dahsyat semakin membuka mata betapa pentingnya penerapan teknik bangunan yang dapat mereduksi efek gempa.

Fakta menyebutkan, sebagian besar korban gempa karena tertimpa bangunan. Maka, harus dipikirkan bangunan di daerah rawan gempa. Wilayah Indonesia selama ini dianalogikan sebagai laboratoriun gempa bumi dengan skala penuh. Dengan kondisi itu didapat berbagai teori kerusakan struktur bangunan yang bisa menjadi aneka model untuk memperbaiki rancang bangun. Bahkan juga bisa melahirkan penemuan teknologi baru yang dapat dijadikan solusi tepat guna.

Berbagai temuan dan analisis model kerusakan dari laboratorium alam dapat digunakan sebagai dasar perbaikan rekayasa struktur bangunan bila ada gempa, agar korban diminimalkan. Terbatasnya dana membuat program mitigasi selalu terhenti di tengah jalan. Bahkan program yang amat penting untuk daerah rawan sering terlupakan sampai timbul bencana lagi. Mitigasi juga mencakup aspek psikososial dalam menghadapi dan pascabencana alam.

Program reduksi bencana dunia dari UN-ISDR (United Nations-International Strategy for Disaster Reduction), telah memberi pesan untuk senantiasa "Learning from today's disasters for tomorrow's hazards" (Belajar dari bencana hari ini untuk menghadapi ancaman esok). Bagi daerah langganan gempa harus ekstrawaspada dan mencari solusi teknologi meminimalkan korban jiwa dan harta benda.

Ada bahan baku lokal melimpah yang murah. Beberapa desain dan rancang bangun terhadap bangunan hasil inovasi para teknolog lokal sudah berhasil diselesaikan dengan baik.

Sayang, banyak pihak kurang merespons dan memasyarakatkan hasil aplikasi teknologi tepat guna tadi. Salah satu solusi tersebut seismic bearing hasil rancang bangun para teknolog Balai Penelitian Teknologi Karet (BPTK) Bogor, Jawa Barat.

Teknologi bangunan dengan metode seismic bearing mampu meredam berbagai energi dan gaya akibat gempa menggunakan bantalan karet alam dipadu lempeng baja. Penggunaan bantalan karet alam teruji mampu melindungi bangunan terhadap goncangan memakai prinsip base isolation.

Bantalan terbuat dari kombinasi lempengan karet alam dan lempeng baja dipasang di setiap kolom bagian bawah, di antara pondasi dan bangunan. Karet alam berfungsi untuk mengurangi getaran gempa. Sedangkan lempengan baja untuk menambah kekakuan bantalan karet, sehingga defleksi dan deformasi bangunan saat bertumpu di atas bantalan karet tidak besar.

Pengaruh gempa bumi yang sangat merusak struktur bangunan adalah load pad dari komponen gaya atau getaran horizontal yangt menimbulkan gaya reaksi besar. Bahkan di puncak atau ujung bangunan dapat membesar dua kali. Bila aliran gaya pada bangunan lebih besar dari kekuatan struktur, bangunan tersebut akan rusak parah. Gaya reaksi yang diterima struktur bangunan dapat dikurangi melalui penggunaan bantalan karet alam.

Kurangi Getaran

Prinsip dasar cara perlindungan bangunan oleh bantalan karet alam mengurangi getaran gempa dengan arah horizontal, sehingga memungkinkan struktur bangunan bergerak bebas, tanpa tertahan pondasi. Melalui uji coba skala penuh bangunan, bantalan karet alam dapat meredam daya reaksi hingga 70 persen karena karet alam memiliki sifat fleksibilitas dan penyerap energi.

Untuk membuka daerah terisolir karena jembatan runtuh bisa dibuat jembatan termporal dan portable seperti panel bailey agar daerah yang sulit dijangkau cepat. Bisa juga dipasang jembatan Medium Girder Bridge (MGB), teknologi jembatan darurat dari Inggris. MGB merupakan jembatan taktis militer untuk menyeberangkan material maupun dukungan logistik yang sangat praktis. Ini juga mempunyai daya dukung besar dan mampu menahan beban sampai 60 ton. MGB juga mudah dibongkar pasang.

Optimasi tanggap darurat bencana yang melibatkan militer memerlukan platform bersama untuk memudahkan operasi dan berbagi informasi. Ini terutama dalam melibatkan berbagai peralatan militer. Optimalisasi juga untuk mencari metode mempersingkat durasi penyelamatan korban bencana alam. Pengalaman penanganan bencana acapkali waktu pengerjaan terkendala banyaknya sukarelawan yang kurang pengalaman mengoperasikan peralatan.

Gempa bumi yang sering terjadi di Indonesia membuat Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membuat skenario dan simulasi andai terjadi gempa besar di Indonesia yang berpotensi menewaskan ribuan orang berupa dokumen rencana tanggap darurat. Skenario dan simulasi tadi didasarkan andai terjadi gempa berskala 7,8 Richter. Dalam simulasi terlihat peralatan telekomunikasi dan berbagai infrastruktur perhubungan, bangunan publik, sarana produksi akan rusak total.

Badan Pengurangan Risiko Bencana PBB menyatakan, dengan skenario dan simulasi tersebut, diketahui bahwa bangsa Indonesia kini belum siap sepenuhnya dengan risiko bencana. Maka, harus memperbaiki sistem mitigasi dan penegasan peraturan serta teknik pendirian bangunan. Sebab dalam simulasi PBB disebutkan, keruntuhan bangunan banyak menelan korban jiwa.


Penulis meminati masalah kegempaan

Komentar

Komentar
()

Top