Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Staatsspoorwegen

Menyusuri Kejayaan Jaringan Kereta Api Tua di Jawa Barat

Foto : foto-foto: koran jakarta/teguh rahardjo
A   A   A   Pengaturan Font

Jembatan kereta api yang terbuat dari besi baja hingga terowongan kereta api menjadi peninggalan sekaligus bukti pernah ada masa kejayaan Hindia Belanda dalam bidang transportasi jalur darat. Bangunan-bangunan itu banyak tersebar di wilayah Jawa Barat (Jabar), khususnya di jalur selatan.

Bersama dengan komunitas pecinta kereta api dan PT KAI, Koran Jakarta berkesempatan menyusuri bukti kejayaan jaringan kereta api yang pernah ada ratusan tahun lalu. Kami menyusuri jalur selatan dan melihat keindahan dan kejayaan yang pernah ada waktu itu. Bukti luar biasa yang saat ini sebagian sudah mulai rusak dan hilang ditelan zaman.

Perusahaan Kereta Api Hindia Belanda atau Staatsspoorwegen (SS) memang tidak tanggung-tanggung dalam membangun jaringan rel kereta api. Jejak kejayaan kereta api itu masih dapat dilihat hingga kini.

Saat menyusuri jalur kereta api dari Bandung hingga Banjar - Pangandaran, sejumlah bekas peninggalan SS masih terlihat meski sebagian besar sudah rusak parah. Namun secara arsitektur, bangunan yang usianya sudah lebih dari 200 tahun itu masih terlihat kokoh dan cantik.

Misalnya saat melintasi jalur kereta api antara Banjar - Cijulang yang saat ini sudah tidak aktif lagi. Jalur ini tidak aktif karena memang awal pembangunannya lebih ditujukan untuk tujuan pariwisata. Khususnya wisata pegunungan dan pantai di Pangandaran. Namun meski sudah ditutup lebih dari 30 tahun, pesona alam disepanjang jalur tersebut tetap memesona.

Jalur cabang dari lintas utama Bandung-Yogyakarta ini memiliki beberapa bangunan yang cukup fenomenal. Sebab terdapat tiga terowongan serta ada dua struktur jembatan yang panjang dan tinggi.

Terowongan Wilhelmina salah satunya. Terowongan ini merupakan terowongan kereta api terpanjang di Indonesia, yakni mencapai 1.208 meter. Sejumlah terowongan yang dibuat Belanda biasanya ujung pintu keluar dapat terlihat dari pintu masuk terowongan. Namun khusus untuk Wilhelmina, tidak terlihat karena jaraknya yang sangat panjang.

Nama terowongan diambil dari nama Ratu Kerajaan Belanda, Wilhelmina Helena Pauline Maria. Wilhelmina menjadi Ratu Kerajaan Belanda dari 1890 hingga 1948. Oleh masyarakat setempat, terowongan Wilhelmina sering disebut terowongan Sumber.

Sayang lampu-lampu dalam terowongan sudah tidak berfungsi lagi, sehingga suasana gelap gulita saat memasukinya. Perlu waktu sekitar setengah jam untuk menyusuri terowongan ini. Terowongan ini berada di Desa Emplak Kabupaten Ciamis, Jabar. Untuk menuju terowongan ini harus menuruni bukit curam dan jalan setapak. Namun rasa lelah akan terobati dengan keindahan alam dan air terjun yang dijumpai tidak jauh dari Terowongan Wilhelmina.

Selain itu, ada terowongan yang lebih pendek yakni Terowongan Hendrix sepanjang sekitar 100 meter dan Terowongan Juliana sepanjang 250 meter. Juliana terletak sekitar 1 kilometer arah Utara dari Wilhelmina. Terowongan itu kini menjadi akses jalan warga desa, baik pejalan kaki, motor ataupun mobil dapat melintasinya karena memang ukurannya yang cukup besar..

Jembatan Terpanjang di Indonesia

Karya luar biasa lainnya adalah dua jembatan yang dibangun melintasi lembah atau hutan di bawahnya.

Misalnya Jembatan Cikacepit dengan panjang 1.250 meter, lebar 1,70 meter, dan ketinggian sekitar 100 meter dari permukaan tanah. Kondisi jembatan sudah rusak karena bantalan rel sudah lapuk dan hancur.

Cikacepit juga merupakan jembatan terpanjang di Indonesia. Selain itu ada satu jembatan lagi yakni Jembatan Ciputrapinggan. Jembatan ini juga sangat unik karena terletak tepat di tepi Laut Hindia.

Kereta api akan berjalan sangat pelan saat melintasi jalur tersebut, tidak boleh lebih dari 10 kilometer per jam. Sungguh terlihat mengerikan saat membayangkan kereta api melintasi jembatan tersebut. Meski kereta yang melintas berukuran kecil, bukan seperti kereta saat ini.

Hal itu juga terlihat dari Terowongan Hendrix yang juga terlihat kecil. Ujung Terowongan Hendrix ini adalah jembatan tersebut. Jembatan ini sudah tidak mungkin dipakai lagi, besi sudah berkarat dan terlihat rapuh.

Sedikit mengulas sejarah, jalur Banjar - Cijulang merupakan salah satu jalur KA ringan yang dibangun Belanda untuk keperluan militer, khususnya menjaga teritorial Jabar bagian Selatan dan digunakan untuk mengirim kopra. Dan tentunya sebagai jalur wisata bagi tuan dan noni Belanda yang hendak menikmati keindahan alam dari ketinggian dan pantai Pangandaran.

Jalur ini kemudian kalah bersaing dengan angkutan darat, dan karena biaya perawatan yang tinggi, pada 1986 jalur tersebut ditutup. Penutupan dilakukan dua tahap, pada 1984 Pangandaran - Cijulang ditutup karena banyak bantalan yang lapuk. Dan pada 1986, jalur Pangandaran Banjar menyusul ditutup. Sebenarnya pada 1996 pemerintah mencoba mengaktifkan kembali, namun karena krisis 1998 rencana itu terhenti hingga sekarang. Beberapa rel KA bahkan kini hilang akibat penjarahan saat era reformasi 1998.

Stasiun Banjar juga menjadi titik berhentinya tipe lokomotif untuk trek datar dan trek pegunungan. Dulu, di stasiun ini lokomotif tipe jalur datar (D52) dari arah Selatan (Yogya) harus diganti dengan lokomotif jalan pegunungan (CC50) agar mampu melaju menuju wilayah Bandung (Jabar) yang penuh dengan bukit dan gunung. tgh/R-1

Memiliki Dua Fungsi

Jembatan Cirahong adalah jembatan kereta api yang terletak di perbatasan Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis, tepatnya di Manonjaya, Tasikmalaya. Jembatan ini melintas di atas Sungai Citanduy yang merupakan perbatasan dari kedua kabupaten tersebut.

Jembatan ini dibangun pada 1838 dan diberi nama dengan nomor nomor BH 1290, terletak di timur Stasiun Manonjaya. Jembatan yang memiliki panjang 202 meter ini merupakan jembatan yang unik, karena memiliki 2 fungsi.

Bagian atas jembatan berfungsi untuk lalu lintas kereta api, sedangkan bagian bawah jembatan berfungsi untuk lalu lintas kendaraan. Namun kendaraan yang melintas harus bergantian masuk, karena ukuran jembatan yang sempit.

Jembatan ini merupakan jalur alternatif dari Tasikmalaya menuju Ciamis lewat Manonjaya dan sebaliknya. Jembatan Cirahong merupakan satu-satunya jembatan peninggalan Belanda di Kabupaten Ciamis.

Karena keunikannya, jembatan ini sering digunakan muda-mudi untuk memadu kasih. Kebetulan ujung jembatan terdapat banyak rumah makan, kafe hingga saung kecil yang menjajakan makanan, serta tempat nongkrong.

Itulah sejumlah bangunan Statspoorwegen yang dulu menjadi bangunan fenomenal. Kini tinggal tersisa beberapa bangunan dan kondisinya pun sudah rusak. Bagi pecinta kereta api, sisa bangunan ini menjadi daya tarik buat mereka, terutama untuk para pecinta wisata khusus bidang transportasi. tgh/R-1

Komentar

Komentar
()

Top