Menyaksikan Lukisan Purba di Gua Luvat
Foto: kemenparekrafPulau Kei Kecil di Kabupaten Maluku Tenggara (KMT), memiliki formasi tanah berupa karang yang terbentuk karena terangkat dasar laut karena adanya tenaga endogen. Tidak aneh di sini bisa dijumpai fenomena yang biasanya dijumpai di pulau atau pegunungan karst yaitu gua.
Di Desa Letvuan, Kecamatan Hoat Sorbay, misalnya terdapat Gua Hawang, sebuah gua dengan kolam air tawar di bawahnya. Air kolamnya sangat jernih yang menarik pengunjung untuk berenang atau menyelam menikmati kesegarannya.
Sumber airnya dari dalam tanah. Dengan materi batu kapur yang ada membuat gua ini tetap jernih meski untuk bermain air dengan cara apapun. Sedangkan di atasnya terlihat stalaktit runcing yang menjatuhkan rembesan air di atas kolam.
Air kolam gua dipenuhi dengan formasi batu kapur yang unik, serta beragam flora dan fauna bawah laut yang memukau. Hal ini menjadi daya alasan para wisatawan dan juga para penyelam profesional yang yang ingin mengagumi keindahannya.
Bukan hanya indah, Gua Hawang memiliki mitos yang membuat orang semakin penasaran. Dimensi mistis yang berkembang, jika air di dalam gua ini tampak bercahaya, orang yang berani menyelam dan merasakannya akan mendapatkan anugerah kecantikan abadi.
Mitos ini diceritakan secara turun temurun. Karena mitos itu mendorong mereka yang datang mencoba untuk mandi menikmati kejernihannya. Namun terlepas dari mitos yang berkembang Gua Hawang adalah surga tersembunyi di KMT menawarkan pengalaman luar biasa, apalagi gua itu dikelilingi hutan.
Air Gua Hawang berasal dari sungai bawah tanah yang terhubung langsung dengan mata air Evu yang merupakan sumber mata air terbesar di Kepulauan Kei.
Gua lainnya yang ada di KMT adalah Gua Luvat. Berbeda dengan Gua Hawang, gua ini memiliki nilai sejarah karena pernah dihuni manusia purba. Hal ini ditandai dengan adanya lukisan di dinding gua yang masih terpelihara sampai sekarang.
Gua Luvat yang kini menjadi situs sejarah berada di Desa Ohoidertawun Atas, Kecamatan Kei Kecil. Letaknya berada di batuan cadas pada tebing tinggi di tepi pantai. Dinding tebing gua tersebut terbentang sepanjang 100 meter dengan ketinggian 10 meter dan lokasinya sekitar 1 kilometer dari pemukiman masyarakat.
Coretan-coretan gambar atau lukisan yang berada di dinding tebing banyak menggambarkan kehidupan sehari-hari dan kegiatan religi manusia di masa lampau. Terdapat gambar berbentuk manusia, matahari, flora, dan fauna. Ada gambar perahu menunjukkan kehidupan masyarakat pada masa itu telah mengenal alat transportasi khususnya pada transportasi air. Ada juga lukisan cetak tangan.
Lukisan-lukisan itu sepertinya menggambarkan pola hidup dan aktivitas masyarakat saat itu yang berhubungan dengan alam. Sementara para ahli mengaitkan peninggalan ini dengan penyebaran manusia Austronesia sekitar 3.500 tahun lampau. Pasalnya lukisan serupa juga ditemukan di gua-gua di Kalimantan, Sulawesi dan Papua. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Ini Gagasan dari 4 Paslon Pilkada Jabar untuk Memperkuat Toleransi Beragama
- 2 Irwan Hidayat : Sumpah Dokter Jadi Inspirasi Kembangkan Sido Muncul
- 3 Trump Menang, Penanganan Krisis Iklim Tetap Lanjut
- 4 Jerman Percaya Diri Atasi Bosnia-Herzegovina
- 5 Disbun Kaltim Fasilitasi Alih Fungsi Lahan Tambang Menjadi Perkebunan
Berita Terkini
- Running Wild Jin BTS Raih Peringkat 10 Besar di Spotify Global
- Regulasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi Segera Dipangkas
- Singkawang bersihkan kota kejar target penghargaan Adipura 2024
- Ndarboy Genk Rilis Single Pop Jawa Terbaru Bertajuk "Bajirut"
- Dinas Kesehatan Singkawang susun percepatan penurunan stunting 2025