Menuju Puncak "Pakuning Tanah Jawa"
Masyarakat Indonesia mengeklaim kaum religius, meski di mana-mana terus saja terjadi tindak barbar: perusakan, pembakaran, dan pembunuhan yang jauh dari sikap orang ber- Tuhan. Namun, dalam sejarahnya, penduduk negeri ini juga memiliki banyak sekali mitos, seperti Gunung Tidar, Magelang, Jateng.
Meski orang Magelang menyebutnya Gunung Tidar, senyatanya kawasan ini hanyalah perbukitan dengan ketinggian 503 meter di atas permukaan laut. Orang setempat tidak tahu setiap ditanya Bukit Tidar. "Oooo… Gunung Tidar," ujar seorang sopir angkot, Sudarman (60). Dia tidak tahu ketika diminta mengantar ke Bukit Tidar. Begitu, diluruskan, ke Gunung Tidar, dia lalu menjawab kalimat tersebut. Gunung Tidar sungguh bisa menjadi paru-paru Kota Magelang yang kebetulan berada di tengah kota.
Hutan Gunung Tidar bisa menjadi paru-paru kota karena "dihuni" begitu banyak jenis pepohonan yang tinggi-tinggi seperti pinus, kolang-kaling, dan cemara. Ada juga pepohonan kecil seperti salak. Kelebatan hutan tersebut merupakan buah reboisasi yang dilakukan tahun enam puluhan. Hutan lebatnya bisa menyerap polusi kota modern.
Gunung Tidar sekarang memang lebih diperkenalkan sebagai wisata spiritual karena begitu banyaknya mitologi yang melingkupinya. Salah satu mitologi Gunung Tidar diceritakan bahwa dulu kala tanah Jawa terus terombang-ambing di tengah samudera. Maka agar tanah Jawa tidak ditelan lautan, dewa memasang paku besar yang kelak bernama Gunung Tidar. Maka orang menyebut Gunung Tidar adalah "Pakuning Tanah Jawa" (paku tanah Jawa). Sejah dipaku dengan Gunung Tidar, Jawa menjadi tenang dan tak lagi diombang-ambingkan samudera.
Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Komentar
()Muat lainnya