Menlu Austria Sebut Dewan Keamanan PBB Harus Libatkan Lebih Banyak Negara Global South
Perwakilan yang lebih luas dari negara-negara Global South di Dewan Keamanan PBB sangat penting untuk reformasi lembaga tersebut. Tanpa reformasi ini, badan tersebut akan menghapus eksistensinya sendiri, ujar Menteri Luar Negeri Austria, Alexander Schallenberg, pada Kamis (26/9/2024).
Foto: ANTARA/AnadoluMoskow - Perwakilan yang lebih luas dari negara-negara Global South di Dewan Keamanan PBB sangat penting untuk reformasinya karena tanpa hal tersebut, badan itu akan mengalami kehancuran, ujar Menteri Luar Negeri Austria, Alexander Schallenberg.
"Kita tidak bisa memiliki Dewan Keamanan yang mencerminkan dunia tahun 1945. Kita memerlukan Dewan Keamanan yang mencerminkan dunia tahun 2025. Kita membutuhkan negara-negara Asia dan Afrika lainnya di Dewan Keamanan. Global South harus memiliki posisi yang lebih kuat. Jika kita tidak mencapainya, PBB akan menghapus eksistensinya sendiri," kata Schallenberg dalam wawancaranya dengan surat kabarDer Standard,Kamis.
Presiden AS Joe Biden menyerukan reformasi Dewan Keamanan PBB tahun lalu, dan hal tersebut disampaikan dengan lebih jelas dibandingkan presiden AS lain sebelumnya, ujar Schallenberg.
Ia menambahkan bahwa dunia membutuhkan sistem internasional berbasis aturan.
"Pendekatan multilateral bukanlah sebuah kemewahan, tetapi sesuatu yang sangat penting untuk kelangsungan hidup kita. Kami, Austria, sebagai negara di Eropa Tengah yang berorientasi pada ekspor, sangat bergantung pada kepatuhan terhadap aturan," kata Schallenberg.
"Kita harus memastikan bahwa negara-negara besar, termasuk yang memiliki senjata nuklir, tidak mengabaikan aturan tersebut secara imperialistik. Namun, untuk menjaga multilateralitas ini, kita memerlukan reformasi. Dewan Keamanan saat ini tidak cukup inklusif," kata Schallenberg menambahkan.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, bersama banyak pemimpin dunia, telah berulang kali menyerukan reformasi Dewan Keamanan PBB, karena hal tersebut akan membantu dalam pencegahan dan penyelesaian konflik, serta menyeimbangkan kembali hubungan global.
Sebagian besar gagasan reformasi berkaitan dengan memperluas badan tersebut dengan meningkatkan keterwakilandari mayoritas negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, yang saat ini sangat rendah.
Berita Trending
- 1 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 2 Dorong Sistem Pembayaran Inklusif, BI Hadirkan Tiga Layanan Baru BI-Fast mulai 21 Desember 2024
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Sabtu, Harga Pangan Mayoritas Turun, Daging Sapi Rp131.990 per Kg
Berita Terkini
- RSCM Luncurkan Tes Genomik Pengobatan Presisi untuk Penyakit Metabolik
- Basarnas Natuna Jalin Kerja Sama dengan Disdamkar dan Pertamina
- Penyebab Banjir Tempurejo Karena Pendangkalan Sungai
- Lalu lintas di ruas Tol Jabotabek dan Jabar meningkat H-3 natal
- BPBD Jatim sebut penyebab banjir Tempurejo karena pendangkalan sungai