Menko PMK Dorong Inovasi Layanan Kesehatan Berbasis Digital
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno dan Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin (tengah) dalam acara Festival Inovasi Kesehatan (HAI FEST) di Jakarta Convention Center, pekan lalu.
Foto: istimewaJAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, mendorong inovasi layanan kesehatan berbasis digital sebagai bagian dari inovasi pelayanan kesehatan bermutu bagi masyarakat. Hal tersebut penting untuk untuk membangun SDM Indonesia yang unggul dan berdaya saing.
“Kesehatan itu pengali satu dari prestasi, tetapi sebaliknya sakit itu pengali nol dari prestasi. Sehat adalah utama, jadi membangun SDM itu sehat yang paling utama, dan mencegah penyakit adalah utama,” ujar Pratikno saat memberikan sambutan dalam Festival Inovasi Kesehatan (HAI FEST) di Jakarta Convention Center, pekan lalu.
Dia mendorong terciptanya inovasi pelayanan kesehatan bermutu, pengembangan sistem teknologi kesehatan perlu terus dilakukan dan bisa difokuskan untuk memberi produk-produk di dalam negeri.
Menurutnya, perlu dibangun sistem teknologi yang mampu mendeteksi tingkat kesehatan dan keamanan makanan untuk dikonsumsi.
"Saya membayangkan kalau gadget bisa mendeteksi lemak jenuh dalam makanan, bisa mendeteksi makanan yang telah terindikasi berbagai macam bakteri membahayakan atau tidak,” jelasnya.
Pratikno mengungkapkan, upaya pengembangan itu dapat dilakukan melalui sinergi para peneliti lintas disiplin ilmu, industri, dan pemerintah. Pihaknya berkomitmen akan terus berperan menjadi ‘jembatan’ yang mengoordinasikan berbagai kepentingan.
"Tidak hanya dalam internal, tetapi juga menjadi penghubung antar kementerian koordinator untuk menciptakan solusi dan inovasi menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat," katanya.
Ketahanan Sistem
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menekankan, inovasi kesehatan menjadi salah satu implementasi dari transformasi kesehatan pilar ketiga, yakni ketahanan sistem kesehatan. Pengalaman buruk Indonesia saat menghadapi Pandemi Covid-19 menjadi titik balik Indonesia untuk memperkuat sistem kesehatan dalam negeri yang ternyata sangat rapuh.
Dia mencontohkan, di sektor farmasi dan alat kesehatan, Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Ditambah pembatasan perjalanan dan lockdown saat itu menyebabkan supply alat kesehatan menjadi sangat terbatas. "Akibatnya, Indonesia kesulitan mendapatkan obat, vaksin dan ventilator," tuturnya.
Dia menegaskan, pemerintah bertekad membangun sistem kesehatan yang aman, yang bisa bertahan jika terjadi pandemi lagi. Pigaknya akan mendorong pembangunan industri farmasi, industri alat kesehatan dan industri pelayanan kesehatan diproduksi di dalam negeri.
Budi meelanjutkan, Indonesia memiliki potensi pasar kesehatan yang sangat besar. pembelanjaan di sektor kesehatan mencapai 560 triliun rupiah sampai 580 triliun rupiah setiap tahunnya.
“Rata-rata spending-nya, per kapita 140 dollar AS, Malaysia itu 300 dollar lebih tinggi, Singapore 3.000 dolar lebih tinggi. Jadi, kalau dalam 5 atau 10 tahun masyarakat Indonesia usianya mirip, naik seperti Malaysia atau Singapore, otomatis orang Indonesia akan naik belanja kesehatannya,” ucapnya.
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- Sensasi “Menyengat” di Pemandian Air Panas Soka
- Wisata Taman Laut 17 Pulau Destinasi Alternatif Pulau Komodo
- Gerak Cepat, Gulkarmat Kerahkan 75 Personel Padamkan Rumah yang Terbakar di Kampung Bahari
- Beijing Kecam Tindakan Pemerintah AS yang Batasi Visa Pejabat Hong Kong
- Mengagetkan Cawagub DKI Suswono Tidak Bisa Mencoblos di Pilkada Jakarta, Ternyata Ini Penyebabnya