Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Prospek Global

Menkeu Dorong Kerja Sama Multilateral Atasi Ancaman Resesi

Foto : ISTIMEWA

Menteri Keuang­an (Menkeu), Sri Mulyani In­drawati

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, memperingatkan dunia berada dalam ancaman resesi karena berbagai tantangan global seperti konflik geopolitik, kenaikan harga energi maupun pangan, serta tekanan inflasi tinggi yang berpotensi melemahkan pertumbuhan. Karena itu, dibutuhkan kerja sama multilateral untuk mencari solusi bersama, terutama G20 yang memberikan pengaruh terhadap 85 persen perekonomian dunia untuk mencari solusi bersama.

Meski demikian, dia mengakui keberagaman anggota G20 merupakan dinamika yang bisa menghambat terjadinya kesepahaman dalam merespons isu global, meski hal tersebut juga bisa menjadi kekuatan bersama.

"Kita pasti ada perbedaan dalam posisi, manfaat dan pengalaman dalam berbagai hal, tapi perbedaan ini dapat mengizinkan untuk mencari solusi terbaik yang inklusif bagi dunia," kata Sri Mulyani saat membuka Pertemuan Ke-4 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Rabu (12/10) malam waktu setempat atau Kamis (13/10) WIB.

Indonesia, lanjut dia, sebagai pemegang Presidensi G20 di 2022 juga berupaya untuk menularkan semangat kerja sama, kolaborasi dan konsensus bersama yang bermanfaat untuk mencari solusi untuk mengatasi isu global dalam konteks semangat multilateral.

"Indonesia pun mengapresiasi para anggota yang telah mendukung kepemimpinan Presidensi G20 sejak awal hingga sekarang," katanya.

Picu Kemiskinan

Sementara itu, mengutip data Trading Economics, pakar ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, mengungkapkan sekitar 75 persen suku bunga acuan negara-negara di dunia berada di bawah tingkat inflasi. Artinya secara Time Value of Money, nilai nominal dan riil uang sudah minus karena tergerus inflasi.

Menurutnya, perekonomian dunia sudah tidak sehat dan selanjutnya berpotensi menimbulkan kemiskinan secara bersamaan. Untungnya, keadaan Indonesia sekarang relatif lebih baik.

"Yang perlu dilakukan adalah menjaga sustainability berbagai komoditas ekspor. Selain itu, program substitusi jelas harus diwujudkan. Karena mayoritas masyarakat kita suka makan mi yang bahan dasarnya gandum dari impor. Karenanya, pengembangan sorgum harus terus ditingkatkan untuk mengganti kebutuhan impor kita," tuturnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top