Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menjaga Inflasi Tetap Rendah

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Oleh Dr Nugroho SBM, MSi

Salah satu tujuan kebijakan ekonomi makro, khususnya moneter, adalah menjaga inflasi tetap rendah yang menjadi tugas utama Bank Indonesia (BI) dibantu pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Inflasi yang tinggi mempunyai beberapa dampak negatif, di antaranya menggerogoti daya beli masyarakat, khususnya berpenghasilan rendah. Ini akan menurunkan kesejahteraan dan meningkatkan kemiskinan.

Inflasi tinggi biasanya juga akan diikuti depresiasi atau penurunan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Ini menyebabkan dampak ikutan berupa kenaikan harga barang-barang impor dan beban pembayaran cicilan serta bunga utang luar negeri, tanpa tambahan utang baru.

Inflasi tinggi akan mendorong ketidakstabilan ekonomi. Selanjutnya. mendorong para spekulan bermain untuk mencari keuntungan pribadi. Selain itu, bisa mengancam kredibilitas pemerintah sampai bisa-bisa bahkan melengserkan rezim berkuasa. Ini dialami Orde Lama di bawah Soekarno yang jatuh gara-gara (tahun 1965) inflasi mencapai 600 persen. Harga-harga naik enam kali lipat. Soeharto juga jatuh karena krisis moneter dan ekonomi yang salah satu indikatornya tingginya tingkat inflasi mencapai 54,54 persen.

Inflasi tinggi memperparah ketimpangan pemerataan atau distribusi pendapatan dan membuat orang kaya makin kaya, yang miskin tambah terperosok. Orang kaya biasanya mempunyai beberapa jenis ase. Beberapa di antaranya, justru nilainya naik saat inflasi tinggi seperti tanah dan bangunan. Sementara itu, orang miskin biasanya hanya mempunyai uang tunai yang nilainya justru makin anjlok.

Baca Juga :
Bonus Thomas Cup

Tiga tahun terakhir, BI telah berhasil menjaga inflasi tetap rendah. Realisasi inflasi 2015 pada level 3,35 persen, 2016 (3,02), 2017 (3,61), dan 2018 ditargetkan 3,18 persen. Inflasi rendah lebih baik daripada deflasi atau penurunan harga karena merangsang dunia usaha lebih produktif guna meningkatkan keuntungan. Sedangkan, deflasi atau penurunan harga justru tidak baik karena biasanya merupakan indikator penurunan daya beli.

Ada beberapa faktor BI dan pemerintah berhasil menjaga inflasi tetap rendah. Di antaranya, BI tetap independen dalam melaksanakan kebijakan moneter. Artinya, BI bebas menggunakan alat atau piranti kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi, tanpa intervensi pemerintah maupun DPR. Kemudian, terjadi koordinasi yang baik antara pemerintah dan BI seperti dalam menentukan target inflasi. Koordinasi ini membuat target inflasi lebih realistik dan memungkinkan koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal bisa berjalan baik.

Selain itu, inflasi daerah bisa terjaga dengan baik sehingga akumulasinya secara nasional juga rendah berkat kerja secara efektik Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Tim terdiri dari BI, Dinas Perdagangan, BPS, dan kepolisian. Instrumen baru BI yang diberlakukan sejak Agustus 2016 tentang BI 7 Days Repo Rate yang menggantikan BI Rate ternyata - di luar dugaan banyak pihak efektif mencapai target-target kebijakan moneter, termasuk inflasi.

Tantangan

Namun prestasi BI menjaga inflasi tetap rendah tersebut akan mendapat tantangan serius di tahun depan dengan target 3,5 persen plus minus 1 persen. Dalam jangka menengah sampai 2021, inflasi dipatok lebih rendah, yaitu 3 persen plus minus 1 persen. Tahun 2019 akan dilaksanakan pilihan presiden (pilpres) dan juga lesgislatif (pileg). Dalam perhelatan tersebut bisa saja ada berbagai faktor pendorong inflasi karena pertambahan jumlah uang beredar. Antara lain, pengeluaran besar-besaran calon presiden dan wakil serta para calon anggota legislatif untuk kampanye. Pengeluaran ini selain mempertinggi pertumbuhan ekonomi, juga bisa mendongkrak inflasi.

Kebijakan fiskal yang dilakukan juga bisa "tergoda" untuk pengeluaran-pengeluaran yang populis seperti untuk berbagai bantuan sosial agar masyarakat bersimpati pada petahana. Kemudian, pengeluaran untuk menjaga keamanan pemilu, apalagi bila terjadi kerusuhan biayanya lebih besar.

Lalu, dari sisi moneter, bank-bank pemerintah juga bisa terpaksa mengucurkan kredit berlebihan untuk mendukung petahana sehingga menyebabkan pertambahan uang beredar yang akan mendorong tingkat inflasi lebih tinggi. Perlu diingat, dalam peristiwa-peristiwa besar termasuk politik, para spekulan sering bermain. Caranya, menimbun barang untuk meraih keuntungan. Ini akan menyebabkan harga-harga naik yang berarti menaikkan inflasi.

Maka, agar inflasi tetap terjaga rendah BI harus tetap menjaga independensi dalam melaksanakan kebijakan monter. BI harus dengan tegas dan independen mengendalikan jumlah uang beredar, jika perlu menjalankan kebijakan uang ketat. Pemerintah hendaknya juga mengerem "nafsu" untuk melaksanakan kebijakan fiskal populis guna menarik simpati rakyat. Sebab buntutnya menyebabkan inflasi naik, sehingga justru merugikan rakyat.

Bank-bank pemerintah juga harus menjaga kehati-hatian dalam pemberian kredit agar tidak berlebihan. Para capres dan cawapres hendaknya menjaga agar berkampanye yang menyejukkan supaya tidak menimbulkan ketegangan. Masyarakat juga harus bersikap dewasa dalam menghadapi pilpres dan pileg. Berbeda pilihan boleh, tetapi jangan sampai menimbulkan kerusuhan. Untuk memberantas para spekulan yang senang menimbun barang, TPID hendaknya sering melakukan inspeksi mendadak. Spekulan hendaknya ditindak secara tegas.


Penulis Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Semarang

Komentar

Komentar
()

Top