Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menjaga Etika dan Etiket Komunikasi Sosial di Era Digital

A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Etika & Etiket Komunikasi

Penulis : Dr. William Chang

Penerbit : Kanisius

Cetakan : 2018

Tebal : 184 halaman

ISBN : 978-979-21-5520-4

Komunikasi merupakan bagian penting dalam kehidupan. Dengan komunikasi, manusia berhubungan dengan orang lain. Di sini muncul apa yang disebut komunikasi sosial. Komunikasi sosial mengandung makna untuk membangun jaringan hubungan individu dan antarkelompok sosial dalam berbagai dimensi. Masalahnya, di era digital tatanan komunikasi sosial kerap dirusak penyebaran berita bohong (hoax), ujaran kebencian (hate speech), provokasi, dan sebagainya. Komunikasi tak menghasilkan makna dan pengertian, namun justru memancing emosi, amarah, dan kebencian.

Buku ini memaparkan berbagai prinsip dasar tentang etika dan etiket komunikasi. Penulis melihat pentingnya menghadirkan tinjauan etis dalam bidang komunikasi karena semakin maraknya hasutan, provokasi, dan ujaran kebencian di media sosial dewasa ini. Melalui paparannya, penulis berharap pembaca kembali mengingat nilai-nilai dasar dalam berkomunikasi sehingga tidak mudah terjerumus dalam pengaruh hal-hal negatif tersebut.

Dasar pertimbangan etis dalam komunikasi sosial adalah kemanusiaan dan kebebasan. Dasar kemanusiaan artinya setiap gerak dan dunia komunikasi sosial harus mengingat kembali peran manusia sebagai subjek utama dalam kegiatan komunikatif, yang artinya memiliki tanggung jawab moral kemanusiaan. Dasar kebebasan artinya setiap individu memiliki hak dan kebebasan berbicara dan berpendapat. Namun, penulis menekankan bahwa kebebasan di sini harus dibarengi dengan sikap tanggung jawab (hlm 114-116).

Salah satu hal penting dalam komunikasi adalah kebenaran. Kita memiliki tanggungjawab mengatakan kebenaran atau keabsahan dari setiap informasi yang kita katakan. Penulis melihat, ada dua hal terkait kebenaran dalam perkataan (la veridicita). Pertama, kebenaran ini terkait dengan amanat atau perintah hati nurani yang bersih. Kedua, kebenaran perkataan dalam komunikasi sosial terkait dengan seluruh kepribadian pembawa berita. Ini tak hanya terletak pada unsur bahasa yang digunakan, tapi juga tingkah laku spontan reflektif (hlm 84-85).

Namun, berkata benar saja belum cukup. Dalam konteks komunikasi sosial, seorang penyampai informasi hendaknya juga "bijaksana". Artinya, di samping berdasarkan kebenaran, orang juga harus mendasarkan perkataannya dengan kebijaksanaan. Ini berkaitan dengan nilai-nilai etis yang hidup di satu masyarakat. Terlebih kita berkomunikasi dalam tatanan masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia, dengan keragaman latar belakang budaya, suku, agama, dan sebagainya. Jangan sampai apa yang kita katakan menyakiti dan melukai sesama.

Selain etika, etiket juga penting. Etiket berasal dari kata "etiquette" (Perancis) yang berarti seperangkat kebiasaan dan aturan dalam berperilaku dengan menjunjung tinggi kesopanan. Etiket komunikasi tak lepas dari konteks kebudayaan tempat komunikasi itu dilangsungkan (hlm 131). Penulis memberi perhatian pada fenomena komunikasi di media sosial saat ini, di mana banyak orang seakan kehilangan etika dan etiket. Hal ini tampak dari sikap yang kurang atau tidak menghargai orang lain. Ketika menulis status, komentar, dan membagikan konten, warganet sering melupakan etika dan etiket komunikasi.

Hal tersebut diperparah merebaknya konten-konten negatif seperti hoax, ujaran kebencian (hate speech), hingga kampanye hitam yang marak menjelang pemilu seperti sekarang. Dalam bahasan khusus bertajuk "bahaya politisasi medsos", penulis memaparkan terungkapnya sindikat penyebar hoax dan ujaran kebencian Saracen beberapa waktu lalu yang menunjukkan bagaimana kepentingan politik berusaha menguasai media sosial. Gerakan yang punya sekitar 800.000 akun Facebook yang tersebar di Indonesia dan dunia ini sangat berbahaya karena bisa menghancurkan tatanan keharmonisan masyarakat (hlm 155).

Melihat bahaya besar ketika komunikasi tak dibarengi etika tersebut, penulis melihat pentingnya pendidikan etika dan etiket komunikasi. Hal ini bisa dibangun tidak hanya melalui pendidikan formal di sekolah, namun juga dari lingkungan keluarga, lingkungan sekitar masyarakat, hingga lingkungan kerja. Nilai-nilai etis dalam komunikasi harus ditanamkan dan ditumbuhkan sejak dini, agar orang bisa tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang bisa menjaga perkataannya, demi menjaga keharmonisan sosial dengan sesama.

Diresensi Al-Mahfud, alumni STAIN Kudus

Komentar

Komentar
()

Top