Mengubah Sampah Jadi Berkah di Pulau Barrang Lompo
Arsip foto. Petugas TPS3R Pulau Barrang Lompo, Kecamatan Sangkarrang, Kota Makassar saat mengepak berbagai macam limbah anorganik yang telah dipilah dan siap dikirim ke DLH Kota Makassar.
Foto: ANTARA/HO/Lurah Barrang LompoMAKASSAR - Di tengah birunya laut yang mengelilingi Pulau Barrang Lompo, Kecamatan Sangkarrang, ada cerita inspiratif tentang bagaimana sebuah komunitas kecil di pulau ini berhasil mengubah masalah sampah menjadi berkah.
Pulau yang bisa didatangi dengan menggunakan kapal motor dengan lama perjalanan sekitar 30 menit dari Makassar itu pernah terkenal dengan gundukan sampahnya, bahkan sampai ke dasar lautnya.
Tapi, ketika dikunjungi pada pertengahan Januari 2025, bekas-bekas cerita itu tak terlihat.
Menurut Kurniati, Lurah Barrang Lompo, desanya bersih berkat kerja keras semua elemen masyarakat yang bahu-membahu menyukseskan program TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) yang dimulai pada 2020.
Memang tidak seketika ada perubahan ketika program itu dijalankan. Perlahan dan pasti, pulau berpenduduk lebih dari 5.000 jiwa ini mulai menunjukkan perubahan besar dalam pengelolaan sampah dan kesadaran lingkungan warganya.
Kurniati menceritakan bahwa sebelum TPS3R hadir, pengelolaan sampah di pulau ini sangat memprihatinkan. Sampah seringkali dibuang sembarangan, bahkan ke laut, mencemari keindahan alam yang menjadi salah satu daya tarik kawasan ini.
Namun, sejak hadirnya program bank sampah hampir satu dekade lalu, sedikit demi sedikit pola pikir masyarakat mulai berubah.
“Awalnya memang sulit, masih banyak warga yang abai dengan kebersihan lingkungan. Tapi sekarang, setelah melihat manfaat ekonomis dari pengelolaan limbah, mereka mulai berpartisipasi,” ujar Kurniati.
Tokoh warga setempat, H Manda, mengakui perubahan pola pikir warga pulau itu tentang pengelolaan sampah. Dari ketidakpedulian menjadi ketekunan memilah sampah organik dan anorganik.
Kepedulian warga itu juga berkat penyadaran berbagai pihak yang menyentuh hati warga. Serta kesiapan pihak kelurahan yang menyiapkan tempat sampah di beberapa titik dan dengan jelas ada pemisahan antara yang organik dan nonorganik.
Tim satgas kebersihan yang bekerja di bawah kelurahan secara rutin mengumpulkan sampah, memilah ulang dengan teliti.
Sampah organik diolah menjadi pupuk, yang nonorganik di bawa ke TPS3R.
Di balik keberhasilan program ini, ada tim kecil berisi 17 petugas kebersihan yang tak kenal lelah bekerja setiap hari.
Sepuluh orang bertugas menyapu jalan dan membersihkan lingkungan, sementara lima unit kendaraan Fukuda digunakan untuk mengangkut sampah dari rumah-rumah warga. Dua petugas tambahan mengelola sampah secara swakelola.
Dalam sehari, sekitar satu ton sampah dikumpulkan dari seluruh penjuru pulau. Dari jumlah tersebut, limbah plastik seperti botol mineral, gelas plastik, dan kardus menjadi primadona daur ulang.
Hasilnya cukup menggembirakan. Dalam satu kali pengiriman limbah ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH), mereka mampu mengolah 400 kilogram plastik, 150 kilogram kaleng, 1.200 kilogram kardus, dan 100 kilogram kertas berbagai jenis.
“Hasil penjualan limbah daur ulang bisa mencapai tiga juta rupiah setiap kali pengiriman. Uang ini kemudian kami bagikan kepada seluruh petugas TPS3R sebagai tambahan penghasilan,” jelas Kurnia.
Para petugas yang juga merupakan tenaga kontrak kecamatan ini mendapatkan penghasilan tetap sekitar Rp2,5 juta per bulan.
Hasil nyata
Pengiriman limbah ke DLH dilakukan sebanyak 152 kali dalam setahun dengan biaya pengiriman Rp500 ribu sekali jalan.
Petugas kebersihan di TPS3R pun merasa lebih bersemangat, apalagi setelah pihak Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar mau menanggung biaya pengiriman limbah tersebut.
Hasil dari pengiriman limbah yang bernilai ekonomi itu pun bisa dirasakan langsung manfaatnya karena sekali mengirim limbah, pihaknya bisa meraup uang hingga Rp3 juta lebih yang selanjutnya akan dibagikan secara merata kepada para petugas.
"Anak-anak di TPS3R jadi semakin semangat karena kalau sekali pengiriman itu bisa bernilai ekonomi hingga Rp3 juta. Mereka sangat senang karena uang itu bisa dipakai beli beras," katanya.
Dulu, kesadaran warga untuk mengelola sampah masih minim. Kebiasaan membuang sampah sembarangan, bahkan ke laut dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal, menjadi pemandangan yang sering terjadi. Namun, keadaan ini perlahan berubah.
Pulau Barrang Lompo, sebuah permata kecil di perairan Sulawesi Selatan, yang berjarak sekitar 11 kilometer dari daratan Kota Makassar pernah menjadi saksi bisu bagaimana lautnya yang biru berubah menjadi kuburan sampah.
Kesadaran warga dalam mengelola limbah dahulu masih minim. Bahkan, sebuah aksi penyelaman massal pernah mengungkap realitas mengejutkan: satu ton sampah diangkat dari dasar laut pulau ini.
Namun, kisah Barrang Lompo kini menjadi cerita perubahan dan harapan. Melalui program underwater clean up dan edukasi tentang plastik mikro, pemerintah bersama komunitas setempat bertekad mengubah pola pikir masyarakat yang dulu kerap menjadikan laut sebagai tempat pembuangan sampah.
Di bawah birunya langit Sulawesi Selatan, sebuah aksi heroik terjadi di kedalaman laut sekitar Pulau Barrang Lompo.
Sebanyak 50 penyelam yang tergabung dalam kegiatan underwater clean-up bahu-membahu membersihkan dasar laut dari tumpukan sampah yang terbawa arus. Dalam satu hari, tak kurang dari satu ton sampah diangkat ke permukaan.
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulawesi Selatan dan komunitas penyelam di Makassar.
Kepala DKP Sulsel Muh Ilyas mengatakan kegiatan pembersihan di bawah laut bukanlah hal baru. Sejak 2018, pihaknya secara rutin menggelar aksi pembersihan bawah laut.
Tujuannya bukan sekadar membersihkan lautan, tetapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem laut.
"Pulau Barrang Lompo adalah sumber penghidupan bagi masyarakat setempat. Banyak dari mereka menggantungkan hidup dari laut, baik sebagai nelayan maupun pengumpul hasil laut lainnya. Kelestarian laut ini sangat penting untuk masa depan mereka," ujar Ilyas.
Menyelamatkan laut dari plastik mikro
Salah satu fokus utama dalam kegiatan ini adalah bahaya sampah plastik mikro atau micro debris, partikel kecil berukuran 0,33 hingga 5 milimeter.
Sampah ini sering kali terabaikan karena ukurannya yang sangat kecil, namun dampaknya begitu besar.
Plastik mikro dengan mudah masuk ke dalam tubuh ikan, kura-kura, dan biota laut lainnya, yang pada akhirnya juga dapat masuk ke rantai makanan manusia. Sosialisasi kepada masyarakat setempat juga dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya plastik mikro.
"Kesadaran masyarakat adalah kunci utama. Kita tidak bisa terus-terusan membersihkan jika masyarakat tidak peduli. Edukasi menjadi bagian penting dari aksi ini," kata Ilyas.
Para penyelam yang terlibat tak hanya membawa keahlian mereka, tetapi juga semangat besar untuk menjaga kelestarian laut. Penyelaman dilakukan di sekitar terumbu karang yang menjadi habitat berbagai jenis ikan. Banyak di antara mereka menemukan sampah plastik, jaring bekas, hingga benda-benda asing lain yang tak seharusnya berada di laut.
"Rasanya campur aduk saat menemukan plastik atau sampah lain yang tersangkut di karang. Di satu sisi sedih melihat kondisi ini, tapi di sisi lain ada kepuasan bisa membersihkannya," ujar salah satu penyelam Zainal Abidin.
Melalui kegiatan rutin ini, DKP Sulsel berharap masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga laut.
Barrang Lompo dan laut di sekitarnya adalah saksi bisu dari kehidupan masyarakat yang menggantungkan diri pada hasil laut.
Namun, tanpa upaya nyata untuk menjaga kebersihan dan kelestariannya, sumber penghidupan itu bisa terancam.
Kegiatan bawah lautadalah bukti bahwa kerja sama antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat dapat menghasilkan dampak positif.
Laut bukan hanya milik mereka yang tinggal di pesisir, tetapi milik semua orang yang ingin melihat bumi tetap indah untuk generasi mendatang. Ant
Berita Trending
- 1 Jangan Lupa Nonton, Film "Perayaan Mati Rasa" Kedepankan Pesan Tentang Cinta Keluarga
- 2 Trump Mulai Tangkapi Ratusan Imigran Ilegal
- 3 Menkes Tegaskan Masyarakat Non-peserta BPJS Kesehatan Tetap Bisa Ikut PKG
- 4 Ketua Majelis Rektor: Rencana Kampus Kelola Tambang Jangan Jadi Masalah Baru
- 5 Berpotensi Kembali Terkoreksi Jelang Akhir Pekan