Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menguak Arus Anarkisme "Postmodern"

A   A   A   Pengaturan Font

Judul : Anarkisme Postmodern
Penulis : Lewis Call
Penerbit : Basabasi
Cetakan : Pertama, Februari 2019
Tebal : 280 halaman
ISBN : 978-602-5783-78-4

Modernitas yang bermula Eropa telah menyebar ke seantero dunia. Akan tetapi, kita tidak bisa menutup mata penindasan dan kekerasan dunia ini. Contoh, peperangan Timur Tengah yang banyak menimbulkan korban jiwa, menghancurkan rumah-rumah, tempat ibadah, sekolah, rumah sakit, dan sebagainya. Kelaparan dan wabah penyakit Afrika. Bahkan di negara Eropa sekalipun, mereka terjajah oleh rasa takut akan Islam phobia.

Di Indonesia sendiri, tidak bisa menutup mata terhadap aksi penyebaran hoax dan ujaran kebencian yang begitu masif. Hal ini menimbulkan dampak besar terhadap dunia nyata. Banyak praktik intoleransi terhadap umat beragama, kebencian, dan dengki. Secara tidak sadar, inilah penindasan era modernitas.

Lewis Call meneliti arus filosofis baru di mana anarkisme bertemu postmodernisme. Teori anarkisme yang ditafsirkan Lewis Call cenderung unik. Ia tidak mengangkat pemikiran anarkisme yang terkenal macam Bakunin, Kropotkin, dan Stirner. Buku ini malah mengangkat pemikiran seorang yang tidak begitu pekat terhadap anarkisme. Sebut saja Nietzsche, Foucault, Baudrillard, William Gibson, dan Bruce Sterling. Mereka dalam sejarah tidak pernah didapuk sebagai pemikir anarkis, terutama William Gibson dan Bruce Sterling, sastrawan fiksi ilmiah.

Inilah keunikan dan daya tarik buku yang mendobrak teori anarkisme konvensional. Buku secara rinci melihat anarkisme dari sudut pandang postmodern. Anarkisme merupakan pemikiran tentang pertentangan atau pembangkangan. Buku berulang kali menyebut dan menjelaskan, anarkisme postmodern lanjutan dari anarkisme.

Buku ingin sampaikan, anarkisme postmodern adalah tafsiran anarkisme yang diteropong melalui sudut pandang postmodern. Menjadikan teori ini sebagai peluru yang lebih tajam untuk mengoyak penindasan yang beragam.

Sebuah anarkisme dari ragam postmodern tentunya mengandung kritik tradisional terhadap kapital dan negara, namun juga berjalan dengan baik melebihi kritik konvensional. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan teori politik yang sesuai dengan kondisi postmodern, di antaranya menentang subjek terpadu mencurigakan dari anarkisme klasik (hal 48). Artinya, perlawanan terhadap penindasan tidak terbatas.

Kemudian, menentang obsesi anarkis klasik terhadap kapital dan negara. Anarkisme postmodern menawarkan pengertian tentang kuasa yang lebih luas dan bernuansa. Kasus ini terutama ada di dalam karya Foucoult. Dia ingin menghindari bentuk kuasa top-down yang sederhana. Foucoult bersikeras, kuasa berbentuk "kapiler," selalu ada dalam setiap relasi sosial (hal 49).

Maka anarkisme postmodern lebih jauh telah menyentuh berbagai ranah, tidak semata karena negara dan kapital. Dia juga melawan budaya (secara spesifik: modernitas) yang secara tidak sadar telah menindas dari berbagai arah, baik materiil maupun pemikiran.

Modernitas dari bangsa Eropa dan Amerika, dampak negatifnya mengikis budaya Indonesia. Ilmu pengetahuan dan teknologi masuk ke negeri ini berbarengan dengan kebudayaan Eropa dan Amerika. Budaya negeri ini yang ketimuran pun, lambat laun terkikis.

Pola pikir modernitas seharusnya memberi pencerahan, tapi justru menciptakan otoritas tersendiri dan bertindak sewenang-wenang. Inilah yang berusaha didobrak anarkisme postmodern. Anarkisme postmodern bertopang pada filsafat Nietzsche yang memberontak pada politik ekonomi yang menindas dan budaya-pemikiran. Buku menjelaskan, pembebasan dari penindasan ini dimulai dari diri sendiri sebagai kunci terpenting memulai perlawanan.

Baca Juga :
Bonus Thomas Cup

Setelah diri bebas penindasan, dilanjutkan dengan pemikiran Foucault. Buku memakai pemikiran Foucault yang kental akan sains untuk menganalisis relasi kuasa negara, kapital, dan ilmu. Menurut Foucault, kuasa berbentuk "kapiler." Penindasan ada di mana saja. Diresensi Umi Salamah, Mahasiswi IAINU Kebumen

Komentar

Komentar
()

Top