Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Untuk mengobati rasa kangen pada masa kecil, Museum Sonobudoyo sepanjang Juni ini menggelar pameran "Kembara Gembira: Ayo Dolan, Ayo Cerita" yang akan mengajak pengunjung membuat kerajinan permainan tradisional bekerja sama dengan pengrajin dari desa wisata kerajinan Pandes, Bantul.

Mengingat Kenangan Masa Kecil Bersama Museum Sonobudoyo

Foto : istimewa

Museum Sonobudoyo, Yogyakarta

A   A   A   Pengaturan Font

Irfan Handoyo, 32 tahun, berjalan perlahan menyusuri labirin warna-warni bersama istri dan seorang anak laki-lakinya yang masih berusia 7 tahun. Langkahnya terhenti di sebuah lorong yang terdapat di ujungnya terdapat sebuah mainan dari kayu dengan dua wajah manusia di setiap ujung yang saling membelakangi. Mainan itu bernama dakon.
"Dulu saya sering main dakon sama saudara atau teman, tapi yang bentuknya biasa," kata Irfan saat ditemui Koran Jakarta di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, Senin (14/6) lalu.
Langkah Irfan terhenti karena sebuah dakon tua dari kayu. Melihat dakon itu, dia langsung teringat masa-masa dimana dia menjadi seorang pemain dakon jagoan yang paling disegani di antara temannya.
Dakon tua yang menjadi salah satu koleksi dalam pameran bertajuk "Kembara Gembira: Ayo Dolan, Ayo Cerita" di Museum Sonobudoyo itu telah membawa Irfan menyusuri lorong waktu ke masa-masa paling membahagiakan bagi semua orang yaitu masa anak-anak.
Dakon hanya jadi satu di antara banyak mainan lain yang membuat Irfan hanyut dalam kenangan masa lampaunya. Selain Dakon, masa kecilnya juga akrab dengan gasing, yoyo, adu jangkrik, dan kapal otok-otok yang semuanya tersedia juga dalam pameran itu.
"Kebetulan sebagian besar saya pernah memainkannya," ujar dia.
Berbeda dengan Irfan yang begitu antusias dengan pameran tersebut, sang anak justru tampak kurang antusias. Perbedaan zaman di antara keduanya benar-benar terasa. Sepanjang hidupnya, barangkali sang anak belum pernah melihat mainan-mainan macam itu, apalagi memainkannya. Irfan pun paham betul posisi itu.
"Yang penting tahu kalau ada mainan kayak gini, tadi saya ceritain juga sedikit, tapi emang zamannya udah beda jadi susah ya," papar dia.
Satu-satunya yang bisa menarik perhatian sang anak adalah kapal otok-otok, sebuah kapal kecil yang dibuat dari seng bekas dan berbahan bakar minyak goreng. Panitia dalam pameran ini memang telah menyediakan kapal otok-otok yang boleh dimainkan oleh pengunjung, lengkap dengan arena balapnya.
Melihat anaknya yang tertarik dengan permainan-permainan zaman dulu, Irfan pun ingin membelikan mainan seperti itu karena menurut dia anak-anak sekarang tidak menyukai permainan tradisional bukan karena permainan tradisional itu jelek, melainkan karena mereka tidak dikenalkan dengan permainan-permainan tradisional itu.
"Besok kalau ada waktu coba nyari, belum tahu juga di mana yang jual. Kalau enggak coba nanti cari di online," ujar Irfan.


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top